Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bersyukur di Setiap Detik

Suami saya mengambil cuti tepat di hari ultah saya. Terima kasih, suamiku.
Alhamdulillah bahagia dikasih kejutan ultah dari anak-anak. Terima kasih anak-anak tersayang.
Kata orang, age is just the number. Yah, mau 36 atau 63 sama saja. Yang berbeda adalah bagaimana kita mengisi usia sebaik-baiknya. Sejatinya saat bertambahnya angka usia di dunia, maka berkurang pula jatah hidup di alam fana

Batas umur telah ditentukan Sang Pencipta. Tak bisa bertambah ataupun berkurang. Yang bisa dimohonkan adalah diberi keberkahan usia. Memperoleh akhir hidup dengan husnul khatimah, sebaik-baik penutup.

Fira Nasta, mahasiswi FK UI pengarang novel Mencapai Takdir mendefinisikan usia adalah soal pencapaian hidup. Seberapa banyak angka usia bertambah, idealnya banyak juga yang mestinya telah dicapai. Amat disayangkan bila angka beranjak naik tapi belum meraih pencapaian apa pun.

Meski tak bisa dijadikan standar, karena tiap insan berputar di zona waktunya masing-masing. Alangkah tidak bijaknya jika mengkomparasikan pencapaian orang yang satu dengan yang lain. Apalagi bila ukurannya adalah sekadar prestasi duniawi.

Waktu berkontemplasi itu tak harus di hari lahir. Setiap hari di sujud dan dzikir panjang, kapan saja, leluasa mencurahkan hati pada-Nya. Sebagai seorang istri, merupakan pencapaian yang sangat disyukuri telah berada di atas bahtera rumah tangga yang kami arungi selama tiga belas tahun terakhir ini. Semoga saya dan suami ditakdirkan berjodoh tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.

Sebagai seorang ibu, bersyukur di setiap detik masih kurang rasanya. Dikaruniai empat orang anak yang lahir normal, relatif mudah, sehat, tanpa kurang suatu apapun. Mereka hadir ke dunia sepasang demi sepasang. "Gilir kacang" kata orang Jawa. Kala ikhlas atas semua ketentuan-Nya, menjadi surprise yang luar biasa saat mendapat bonus-bonus kemudahan.

Sebagai seorang dosen, waktu dua belas tahun lebih masa kerja, harusnya telah mengantarkan saya mencapai gelar doktor. Namun tak segalanya mesti bersamaan dimiliki sendiri. Tidak semuanya bisa dijangkau saat ini. Harus ada prioritas, ada rembug yang melibatkan pasangan hidup.

Bahwa cita-cita tak lagi milik pribadi semata. Ada impian bersama. Yang dapat dilakukan adalah menjadi seproduktif mungkin melaksanakan tugas-tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kesemuanya tak akan mungkin dijalani tanpa kemudahan dan campur tangan dari Allah SWT. Alhamdulillah tak berkesudahan yang saya lantunkan. Tiap detik, di setiap saat.

Salam literasi

Sumber foto: dok pribadi





Posting Komentar untuk "Bersyukur di Setiap Detik"