Mencerna Pelan-Pelan Programnya "Mas Menteri"
FADLIMIA.COM - Rabu pekan lalu 20 November 2019 saya diundang untuk turut menghadiri Diseminasi Kegiatan Penalaran dan Kreativitas yang diadakan oleh Ditjen Belmawa. Apakah itu Belmawa, sudah saya bahas panjang lebar di tulisan yang ini, Kenapa Mahasiswa Harus Ikut PKM?
Acara ini menarik sebab diadakan dengan skala yang cukup luas, meliputi LLDikti Wilayah 1 dan 2. LLDikti 1 dengan cakupan wilayah Sumatera Utara. LLDikti Wilayah 2 mencakup daerah Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan Bangka-Belitung. Pejabat struktural kemahasiswaan dari PTN IPB dan ITB juga ikut sebab ingin meng-update informasi mengenai event-event nasional mahasiswa se-Indonesia.
Beruntung UMSU Medan sebagai tuan rumah yang terpilih menjadi lokasi berkumpulnya ratusan dosen pendamping PKM, Wakil Dekan/Rektor III Bidang Kemahasiswaan kedua wilayah LLDikti tersebut. Penulis sendiri tidak kebagian duduk di depan. Duduk di barisan belakang bersama dosen-dosen UMSU lainnya, selaku ahli bait yang baik, kami mengalah pada tamu-tamu lainnya.
Acaranya dibuka dengan pemaparan Ditjen Penalaran dan Kreativitas tentang kondisi di tahun 2022 yang akan datang. Lapangan pekerjaan manusia 40% akan digantikan robot meskipun robot dan manusia tetap memiliki kelebihan dan kekurangan. Kaitannya dengan pembelajaran mahasiswa, kampus wajib menyiapkan SDM yang sarat kreativitas. Sebab, robot tidak punya kreativitas!
Kondisi umum yang didapati selama ini adalah ketidakmampuan mahasiswa bernalar dengan baik, hoaks, intoleransi, radikalisme, dan terorisme yang berkembang dengan cepat. Maka sebagai bagian dari kemampuan bernalar adalah menyaring terlebih dahulu setiap informasi yang beredar dan viral di dunia maya, tidak menelannya bulat-bulat.
Perguruan tinggi harus menelaah akan berperan seperti apa mahasiswa yang akan dihasilkannya. Peran kampus sebagai agent of education sudah lewat, kita melaksanakan yang namanya Tri Darma Perguruan Tinggi.
Sekarang kita menjadi agent of knowledge, mengikuti perkembangan teknologi dan ekonomi. Berusaha seoptimal mungkin menghasilkan lulusan yang berdaya saing sekaligus berdaya dari segi ekonomi.
SDM unggul yang berpendidikan tinggi namun employability rate-nya juga tinggi alias tidak menganggur. Mestinya semakin baik akreditasi, maka semakin tinggi pula employability rate.
Sarjana Dulu VS Sarjana Kekinian
Dahulu ijazah dan transkrip nilai masih dibangga-banggakan. Punya indeks prestasi kumulatif cumlaude menjadi suatu prestise tersendiri. Zaman sekarang, selain kompetensi keilmuan, yang ditekankan adalah penguasaan softskill seperti sopan santun, bertanggung jawab dan disiplin.
Jadi nilai yang tertera di atas kertas tidak menjadi tolok ukur keberhasilan seorang sarjana lagi. Tetapi sejauh mana ia membuktikan ketrampilannya di dunia kerja, itu yang diutamakan.
Acaranya dibuka dengan pemaparan Ditjen Penalaran dan Kreativitas tentang kondisi di tahun 2022 yang akan datang. Lapangan pekerjaan manusia 40% akan digantikan robot meskipun robot dan manusia tetap memiliki kelebihan dan kekurangan. Kaitannya dengan pembelajaran mahasiswa, kampus wajib menyiapkan SDM yang sarat kreativitas. Sebab, robot tidak punya kreativitas!
Suasana diseminasi / dokpri |
Perguruan tinggi harus menelaah akan berperan seperti apa mahasiswa yang akan dihasilkannya. Peran kampus sebagai agent of education sudah lewat, kita melaksanakan yang namanya Tri Darma Perguruan Tinggi.
Sekarang kita menjadi agent of knowledge, mengikuti perkembangan teknologi dan ekonomi. Berusaha seoptimal mungkin menghasilkan lulusan yang berdaya saing sekaligus berdaya dari segi ekonomi.
SDM unggul yang berpendidikan tinggi namun employability rate-nya juga tinggi alias tidak menganggur. Mestinya semakin baik akreditasi, maka semakin tinggi pula employability rate.
Sarjana Dulu VS Sarjana Kekinian
Dahulu ijazah dan transkrip nilai masih dibangga-banggakan. Punya indeks prestasi kumulatif cumlaude menjadi suatu prestise tersendiri. Zaman sekarang, selain kompetensi keilmuan, yang ditekankan adalah penguasaan softskill seperti sopan santun, bertanggung jawab dan disiplin.
Jadi nilai yang tertera di atas kertas tidak menjadi tolok ukur keberhasilan seorang sarjana lagi. Tetapi sejauh mana ia membuktikan ketrampilannya di dunia kerja, itu yang diutamakan.
Perguruan Tinggi, kunci utama untuk maju |
Visi Misi Mas Menteri
Di level pendidikan tinggi nantinya program-program Mendikbud akan diturunkan dari visi-misi di bawah ini:
1. Pendidikan karakter
2. Inovasi dan investasi
3. Teknologi dan pendidikan
4. Kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja
5. Deregulasi dan debirokratisasi
Visi Misi Mas Menteri |
Di era revolusi industri 4,0 ini disrupsi telah merambah ke berbagai bidang, tak terkecuali di bidang pendidikan tinggi. Era big data memungkinkan orang yang menguasai pemeliharaan data dengan baiklah yang akan memenangkan segala bentuk persaingan.
Berharap sekali debirokratisasi diterapkan dengan segera. Sebab untuk mengikuti penelitian misalnya, hendak sampai ke tahap upload proposal, persyaratan administrasinya ribet sekali. Unduh-kerjakan-pindai-unggah, begitu terus, tidak simpel.
Syukurlah 2 tahun terakhir sudah lebih didigitalisasi meski di sana sini masih dianggap rumit oleh beberapa rekan sejawat.
Satu hal yang sangat krusial, Mas Menteri wajib meninjau kembali sistem pendanaan penelitian para dosen, yang harus berkompetisi terlebih dahulu barulah mendapatkan biaya bagi risetnya.
Bandingkan di negara tetangga yang dosen-dosennya bisa meneliti dengan tenang sebab dana penelitian pasti dibayarkan pemerintahnya, dengan nominal yang menyejahterakan pula.
Terkait disrupsi, kurang lebih dua tahun yang lalu, berdasarkan artikel Prof. Rhenald Kasali di Rumah Perubahan, saya menuliskan 20 Pekerjaan Yang Akan Hilang Di Masa Depan. Bukan tidak mungkin di masa yang akan datang, orang tidak perlu lagi ke kampus fisik.
Berbekal kuota internet berkualitas, mahasiswa bisa memilih sendiri professor dari Harvard University sebagai dosen, misalnya. Maka berlari bersama zaman sangat krusial dilakukan para dosen dan pengelola perguruan tinggi di mana pun berada.
6 C-nya Mas Menteri |
1. Critical Thinking
2. Creative Thinking
3. Communication
4. Collaboration
5. Character
6. Citizenship
Menurut saya ini sudah dimulai di zaman Menteri Nasir sebelumnya. Bahwa komponen penilaian terhadap mahasiswa tidak lagi sebatas kompetensi keilmuannya semata. Ranah kognitif wajib dilengkapi dengan penilaian aspek kepribadian yang mencakup 6C di atas. Berikut penilaian attitude mahasiswa yang saya rangkum dari form penilaian di setiap semesternya:
Dan oleh panitia, sesampainya di rumah saya mendapat kiriman e-certi sebagai tanda sudah mengikuti acara diseminasi ini sampai selesai. Lumayan, buat nambah angka kredit di unsur penunjang sebanyak 1 poin.
Sertifikat elektronik dari Ditjen Belmawa |
Bentar-bentar, ini belum lengkap tulisannya ya Kak? Maaf belum paham lengkapnya soalnya akutu...
BalasHapusberuntunglah UMSU Medan yang sudah menjadi tuan rumah untuk acara tersebut. Betul sekali kita harus mencerna pelan-pelan agar tidak salah persepsi saat menikmati hidangan yang diberikan oleh mas menteri
BalasHapusbener kan yaa,, gak lgsg menolak atau nurut 100%, kan diminta critical thinking
HapusDikira saya aja yang keheranan sama kelanjutan artikelnya. Separo dan nanggung banget. Hehe.
BalasHapusKayaknya belum lengkap ya kak? Penasaran sama ceritanya 😂 soalnya nanggung banget artikelnya
BalasHapusJadi pengen tahu kelanjutanya program pendidikan tinggi ala Mas Mentri Nadiem . Semoga benar - benar berhasil guna dan berdaya guna untuk Indonesia
BalasHapusaamiin, harapan kita bersama yaa Yuk Dona
Hapusasyik ya umsu jadi tuan rumah. Jadi penasaran dengan kelanjutannya. Yuk kak mia.. segera ya.. aku jadi kepo
BalasHapusyang penting judulnya aja sudah menarik,, pasti kelanjutannya sangat menarik ya kan kak?
BalasHapusHaaa lagi asik-asik baca eh bersambung artikelnya, hihihi. Tetap penasaran nih gimana kelanjutan program mas mentri yang sempat meramaikan media sosial beberapa hari lalu.
BalasHapusBeruntung ya UMSU jadi tuan rumah. Rasa masih gak percaya aja sampai sekarang Nadiem jadi menteri. Semoga pendidikan di Indonesia 5 tahun ke depan makin bagus. Aku penasaran, apakah kedepannya mas mentri mau mencoba menerapkan pengalaman yang dia dapatkan selama bersekolah di luar negri untuk kemajuan pendidikan kita? Semoga ya...
BalasHapusSemoga pendidikan dalam negeri memperoleh nilai tambah ya
HapusNgomong2 soal PKM, saya dan beberapa teman saya sewaktu masih berkuliah di IPB dulu pernah mengikutinya. Proposal kami lulus dan diterima, meski tidak menang di perlombaan nasional. Dulu rasanya sangat bangga jika bisa lulus PKM, dapat duit lagi. Hehehe. Jadi bernostalgia kan. Semoga gebrakan-gebrakan Mas Menteri lebih implementatif ke depannya ya mba.
BalasHapusciyee,, menang pendanaan yaa.. yg ke PIMNAS nya gak lolos ya
HapusEh ini bahasannya tentang apa ya, kok aku ga dapet intinya, apa sengaja dibuat kayak cerbung gitu??
BalasHapusTak coba cerna pelan pelan, tak ulang lagi bacanya dari awal, sampe akhir, terus tak ulang lagi pelan pelan bacanya.
Oh ternyata jadi tuan rumah toh kegiatan Diseminasi Kegiatan Penalaran dan Kreativitas yang diadakan oleh Ditjen Belmawa
Wah seneng ya jadi tuan rumah yang di hadiri oleh ratusan dosen pendamping PKM, seharusnya bisa tunjukin kemereka ini loh kampus UMSU!!! :)
Mas Menteri sama suamiku sama, jebolan MBA Amerika tapii beda kampus dan beda nasibnya #eh, siapa yang nanya pula haha
BalasHapusAku agak speechless waktu Beliau terpilih. Bukan karena protes tapi malah hepiiii. Karena begitu banyak harapan dan doaku buat kemajuan pendidikan Indonesia. Semoga Beliau dimampukan menjalankan amanah ini. Aamiin
uwooow,, ternyata sesama lulusan USA ya Mbak...
Hapusyupz, harapan kita bersama agar pendidikan Indonesia, maju
Saya pikir ada masalah dengan jaringan karena artikelnya tidak utuh, rupanya bersambung. Bikin penasaran saja dengan cara namggung gini, hi hi.
BalasHapusUMSU sebagai tuan rumah adalah universitas yang telah beroleh banyak kepercayaan dari berbagai pihak karena itu sering dipercaya menggelar acara penting. Salut untuk UMSU.Senang, ya, jadi dosen di universitas yang selalu berprestasi. :)
Karena UMSU masuk klaster utama pengirim proposal PKM terbanyak dan satu-satunya PTS berakreditasi A di pulau Sumatera, Mbak
HapusWah bisa aja bikin penasaran hehe. Secara, acara2 yg diadakan di UMSU ini bagus banget untuk mensosialisasikan program2 mendikbud kita yg baru ini. Pidato Mendikbud utk hari guru ini jg beda banget, cuma dua halaman, tp isinya itu yg sangat menggugah
BalasHapusiya Bg,, gak cm retorika ya
HapusWaini dia nih pidatonya Mas Menteri yang viral di WAG buibu sekolahan. Tapi, aku sih setuju, sekarang udh bukan jamannya lagi cara ngajar jaman old yang 1 arah. Anak-anak jaman sekarang harus banyak praktek dan diskusi dan buat action. Biar gedenya gak jadi politisi yang cuma jago ngecap tapi juga bisa berfaedah utk nusa dan bangsa
BalasHapusnah, tuh.. jd ilmuwan yang ilmunya berfaedah ya Mbak
HapusMba ini bersambungkah artikelnya? Aku lagi asyik baca sampai pidato pak menteri kemudian bingung. Atau maksudnya dicerna oleh masing-masing isi pidatonya pak Menteri Nadiem Makariem ini? Pokoknya aku menunggu terobosan baru dari pak Menteri. Dan mudah-mudahan membawa perubahan yang baik untuk dunia pendidikan di negeri ini.
BalasHapus.
Tapi ngomong-ngomong sedih juga
soal pemaparan Ditjen Penalaran dan Kreativitas tentang kondisi di tahun 2022 yang akan datang. Lapangan pekerjaan manusia 40% akan digantikan robot. hiks.
iya mbak Gilang,, hasil riset lohh ituu
HapusJadi programnya apa ya? Koq saya ga dapat point nya hahahha
BalasHapusMbok ya komen yg positif gitu Mbak,, mbak,,
HapusAh akhirnya saya dapat point dari artikel ini.
HapusTerobosan Mas Mentri ini keren. Kebetulan kakak saya juga guru, jadi cukup sering mendengar dia mengeluh soal kurikulum. Tentu saja saya sangat berharap pendidikan di Indonesia dapat lebih baik lagi kedepannya dengan gebrakan2 lain dari Mas Mentri.
ciehh bisa ketemu atau lihat mas mentri
BalasHapusaku berharap bayak ke mas mas ini tapi nggak mau muluk2
karena sbg mentri pendidikan aku berharap nasib guru honorer aja diperhatikan, jgn fokus ke teknologi yang akhirnya mengabaikan kesejahteraan guru honorer huhu
nah itu tuh Mbak,, betul sekali,, memperjuangkan nasib guru honorer, msh ada di daerah pedalaman gajinya 250k/bulan, sekali 3 bulan lg gajiannya, hiks
HapusBanyak yang ga terima dan kaget waktu pak menteri dipilih jadi menteri pendidikan semua dikaitkan dengan perusahaan online dia sampai ada guru yang memprotes ya harusnya kita dengar sampai tuntas jangan separuh2 banyak candaan yang dikirim melalui chat ..semoga beliau dapat menjalankan amanah yanh diberikan dan memberikan perubahan terhadap pendidikan di Indonesia ..
BalasHapusIya Mbak,, benar tuh
HapusPidato Mas Menteri singkat, padat, dan merupakan potret guru di kehidupan nyata. Banyak guru yang menjadi tempat curhat orangtua murid. Tapi banyak juga guru yang mencoba memasuki kehidupan anak didik yang dianggap mampu tapi ta terolah di rumah.
BalasHapusSaran beliau, harus dilakukan di kehidupan nyata. Perubahan besar akan terjadi jika dilakukan. Menurut saya
saling support di segala bidang yaa Mbak Susi
HapusMeski banyak yang meragukan karena beliau founder gojek tapi malah jadi menteri pendidikan, namun beliau terus membuktikan kalau memang layak diberikan amanah tersebut.
BalasHapuskita tunggu gebrakannya ya Mbak
HapusMenanti realisasi program-program sang menteri pendidikan yang baru ini. Karena sejujurnya ddari pengalaman memang itulah yg dirasakan saat menjadi guru dlu.
BalasHapusnasib guru masih harus terus diperjuangkan yaa,, tp kayanya Dyah lbh enjoy jd bloger kan yaa
HapusPidato pak menteri memang beda. Semoga bisa semakin mencerahkan dunia pendidikan di negara kita
BalasHapusaamiin...kita doakan deh ya Mbak...
HapusSeru nih, postingan berseri. Jadi pengen tahu lebih banyak bagaimana ngampus sekarang dengan zaman saya. Sarjana kekinian dengan sarjana kuno macam saya. Ditunggu ya, lanjutannya
BalasHapusHahaha Mbak Miaaaaa, padahal aku nungguin lanjutannya dan kali ada opini Mbak Mia ttg hal ini. Tapiii saya juga berharap emang si Mas Menteri ini membawa banyak perubahan buat pendidikan Indonesia. Tapi tahu gak mbak, aku jd kangen Pak Habibie, seandainya msh ad kali ada masukan, eh kenapa aku mikirnya sampai ke sana ya... #tutupmuka
BalasHapusoiyaa,, scr Pak Habibie edisi komplit yaa,, teknokrat iya, ilmuwan, pemimpin n guru bangsa juga
HapusSeneng sih ,ini salah satu cara pak menteri menunjukkan kinerja dia, ditengah-tengah banyaknya yang meragukan, kutunggu cerita selengkapnya kakk
BalasHapusyupss, Uut
HapusSayang banget ya artikelnya kok nanggung.
BalasHapusUntuk Mas Menteri yang baru, aku sungguh menunggu2 gebrakan kebijakannya sih. Krn sebagai milienials ikutan bangga tmn satu angkatan jdi menteri. Semoga amanah dan membawa perubahan di bidang pendidikan
Mesti banget ya Mbak nulis komen nanggung, ckck
HapusPadahal bs ngomenin sisi lainnya kan
aku sukak sama pidato nya mas menteri.. buruan mba dibikin lanjutannya, aku penasaran loh ini.. :D
BalasHapusoya, dan semoga pendidikan indonesia makin baik ya ke depannya. Amiiinnnn..
aamiin
HapusNah ini baru lengkap.
BalasHapusSarjana dulu dan sarjana sekarang itu beda bgt. Ya, saya setuju banget ama mas Menteri :) bahwa softskill itu mutlak dikuasai. IPK itu penting, tetapi hanya perlu batas untuk lolos seleksi administratif. Selebihnya, di dalam wawancara kerja pun, softskill mempunyai nilai yang lebih tinggi.
yups, agar berkas kita tetap diperhitungkan ya Mas
HapusPenasaran dengan kelanjutannya, dan semoga kedepan pendidikan indonesia semakin membaik untuk kedepannya.
BalasHapusAamiin,
Hapusbtw, kok "penasaran dengan kelanjutannya" ya... semoga mbaknya baca artikelnya hehe
Jadi ingat pertama kali kerja dulu, saya nggak dilirik sama sekali ama bos, hanya karena saya lulusan PTS yang nggak bergengsi, yang diutamakan lulusan PTN bergengsi.
BalasHapusHanya sebulan bos cuek ke saya, apa-apa lebih memilih anak lulusan PTN tersebut.
Bulan berikutnya dia menyerah, dan kesal sambil ngomong.
"Kok bisa ya, ada lulusan PTN terkenal, IPK cumlaude, tapi sama sekali nggak memahami ilmu yang dia pelajari?"
Ya begitulah, pada akhirnya keterampilan dunia kerja yang paling diandalkan :)
Sharing yg berharga, Mbak... Nanti sy ceritakan ke mhsw sy... Thanks Mbak Rey
HapusWah kalau kaya gini keren nie kak semoga semua dapat menerima perubahan yang dilakukan kadang orang selalu protes dengan adanya perubahan sebenernya manusia itu yang harus mengikuti perubahan yang ada tetapi tetap melihat baik buruknya.Makasih kak atas sharingnya sangat bermanfaat sekali nie.
BalasHapusmakasih juga Mbak Inna
HapusWah sekarang yang lebih di tekankan itu skill ya, bukan nilai diatas kertas. Saya setuju sekali karena perkembangan jaman sangat pesat, yang menuntut setiap orang untuk berpikir maju dan kreatif. Dan ketrampilan itu penting
BalasHapuspenguasaan softskill ya Mas...
HapusDi bagian teknolongi dalam pendidikan, sebaiknya Indonesia harus siap dulu dengan jaringan yang mumpuni. Soalnya beberapa sekolah sudah memakai ujian langsung via komputer sekolah yang terhubung internet tapi nya harus mengulang kembali karena ternyata jaringan yang payah..
BalasHapusDemen neh gue ama Mas Meteri, khas anak milenial yang apa adanya dan terbuka. Semoga saja dengan adanya Mas Menteri pendidikan kita jadi lebih baik lagi. Sayang kalau anak bangsa terus dijejali sesuatu yang mengawang-awang.
BalasHapusAkhirnya bisa baca kelanjutannya dan saya jadi tahu apa itu. Sisi dalam dunia pendidikan dalam perspektif praktisi pendidikan pula. Sudut pandang semacam ini bisa membantu saya yang orang awam untuk memahami permasalahan dunia pendidikan.
BalasHapusTetap semangat sebagai pengajar, Kak. Tantangan zaman kian berat di masa sekarang dan mendatang.
saya optimis dengan Pak Nadiem. Semoga amanah dan bisa memberikan banyak terobosan.
BalasHapusdari 6c itu, ada yang aku gak paham yaitu citizenship. maksudnya bagaimana ya?
Semoga dengan masuknya kabinet muda dalam pemerintahan bisa mendobrak program-program unggul yang bisa menaikan SDM warga negara Indonesia.
BalasHapusYang saya salut dari Mas Menteri adalah, Jadi Menteri untuk melayani bukan untuk cari uang.
Semoga dengan terpilihnya Nadiem Makarim as a Menteri Pendidikan, merupakan harapan baru. Karena bisa kita lihat, Gojek menjadi salah satu unicorn, karena penemuan Pak menteri yang out of the box. Sangat berharap nantinya Pendidikan di Indonesia;proses dan implementasinya akan lebih cerdas dan efektif.
BalasHapusSetuju banget setelah sekian lama kita mendewa - dewakan IPK dan ijazah didunia kerja selain kompetensi keilmuan, yang ditekankan adalah penguasaan softskill seperti sopan santun.
BalasHapusSaya punya temen tamakan smk seni rupa Yogja yang kuliah di diploma kepariwisataan . Orangnya sopan santun dan suka menolong. Berbekal "sedkit " pengetahuan IT ia ngelamar di susi air. siapa yang menduga sekarang ia adalah salah satu orang penting di Susiair.
Sewaktu tahu kalau bos ojol jadi menteri pendidikan, saya senang dan menaruh harapan tinggi loh mba. Semoga ada langkah gebrakan segera ya agar anak Indonesia semakin cerdas.
BalasHapusHebattt ,ini salah satu cara pak menteri menunjukkan kinerjanya ditengah-tengah banyaknya yang meragukan akan skill yang dia miliki
BalasHapusSaya doakan mas menterinya sukses menerjemahkan konsep menjadi program yang jelas seluruh insan di bidang oendidikan.
BalasHapusSemangat yaaaa Mba Mia. Saya selalu angkat topi untuk pejuang pendidikan. Semoga debirokratisasi segera diwujudkan Mas Menteri. Hehehe
BalasHapusIde menarik dengan 6 C nya
BalasHapus1. Critical Thinking
2. Creative Thinking
3. Communication
4. Collaboration
5. Character
6. Citizenship
Semoga sukses membangun generasi yang berkualitas untuk masa depan bangsa....
Acara ini sangat bermanfaat ya ka... Apalagi dalam rangka menyambut hari guru Hari Guru nasional terus ada bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim
BalasHapusBener mbak. Saat ini ijazah aja mah nggak cukup. Klau nggak ada softskill perusahaan juga malas mau pakai.
BalasHapusKalopun diambil ya digaji sesuai ijazah atau malah dibawahnya aja. Generasi skrg moga sadar hal ini.. Nggak ngejar tittle asal lulus doang
Akhirnyaaa, bersambung dan komplit juga artikelnya mba. Aku salfok nih mbaknya bisa ketemu langsung sama mas Menteri. Keren dan inspiring yaa masih muda udah jadi menteri. Yes, agreed banget kalo hari gini itu sistem pendidikan juga harus ngajarin softskill.
BalasHapusMasih belum begitu paham tapi aku semakin optimis kebijakan mas Menteri pendidikan di Indonesia jadi lebih baik.
BalasHapusBener harus ada perbaikan dalam sistem pendidikan tinggi kita apalagi dalam menyongsong 4.O .
BalasHapus.
Beruntung menterinya termasuk kalangan milenial yang sdh kelihatan penerapan pemikiran nya walaupun dalam bidang lain.
.
Semoga membawa perubahan ke arah yg lbh baik.
Soal radikalisme dan intoleransi yang bisa menghinggapi pemikiran anak muda, sesungguhnya itu tantangan berat dunia pendidikan.
BalasHapusGenerasi muda yang terpelajar harus ditumbuhkan daya nalar dan kritisnya dengan cara mengajak mereka mengenal beragam pandang sudut pemikiran secara langsung.
Menghadirkan Mas Mentri adalah cara yang terbaik agar praktisi pendidikan bersemangat dengan pekerjaan yang sedemikian berat.
Saya tidak tahu mengenai rujukan yang diemban tenaga pengajar oleh peraturan pusat. Hanya berharap semoga sistem pendidikan kita bisa lebih baik dan inovatif sesuai kebutuhan dan perubahan zaman.
Saya kemarin menunggu kelanjutan tulisan ini, Mbak Mia. Dan harapan saya, Menteri baru bisa membuat kurikulum yang pas untuk pendidikan Indonesia. Misalnya zaman now, pelajaran anak SD susah-susah dan banyak. Daya tampung anak-anak tidak muat. Intinya, saya menunggu kinerja Menteri Pendidikan baru hehehe.
BalasHapusBerharap pendidikan Indonesia bisa jauh lebih baik dan lebih maju di bawah Nadiem. Karena sejatinya pendidikan itu bukan cuma menghafal dan mendapat nilai di atas kertas. Harus meliputi kriteria 6C seperti yang Nadiem sebutin itu. Berharap banyak. Karena jujur deh, kasihan generasi muda kalau metode pendidikannya masih begini terus
BalasHapusSemoga dengan menteri pendidikan baru kita ini, pendidikan Indonesia semakin maju dan berkembang ke arah yang lebih baik dibandingkan sebelumnya semoga
BalasHapusmelihat dari visi dan misi yang diutarakan oleh pak menteri, sebenarnya kita dapat jawaban hasil untuk pendidikan kedepannya. namun sekarang yg jadi masalah dalam menjalankannya, apakah mampu pak menteri untuk menjalankan visi misi tersebut ?
BalasHapusIya, kak betul lapangan pekerjaan manusia 40% akan digantikan robot. Nah, karena robot dan manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, yang perlu dipersiapkan adalah SDM yang kreatif. Sebab, robot tidak punya kreativitas! Yes
BalasHapusHarusnya dengan mas Nadiem ini pendidikan kita bisa lebih diorganisasi dengan lebih digital, dan memanfaatkan big data. Semoga pelan2 bisa teratasi kendala2 di lapangan khususnya bagi pengajar di perguruan tinggi ya mbak, agar kualitas dosen dan perguruan tinggi juga semakin meningkat
BalasHapusBeruntung banget mbak bisa ikutan acara keren spt ini. Smg dgn adanya mentri baru, bisa membawa perubahan yang lebih baik lagi ya. Aamiin.
BalasHapusYang pasti harapan saya sebagai emak2 yang anaknya masuk usia sekolah juga semoga pendidkan di negeri ini makin membaik. Saya setuju, zaman kita kecil dulu mungkin banyak dicekokin materi disuruh menghafal sedikit mengemukakan pendapat, semoga dengan sistem baru bisa membuat anak2 jd lbh kritis dan tentu saja punya mental lbh baik dr generasi kita dulu aamiin
BalasHapusSoftskill seperti sopan santun dan yang terkait dengan kecerdasan emosional, sebenarnya bukan hal baru, tapi dikemas ulang dengan catatan wajib, jadi lebih diperhatikan, ya Mbak. Keren, nih, sudah 15 tahun di dunia pendidikan. Berarti kita lulus jurusan pendidikannya barengan tahunnya, ya.
BalasHapusBtw, saya agak sedih, Mas Menteri mengesampingkan kebudayaan dan kesejarahan di programnya. Kata dosen pembimbing saya, masih bisa masuk di program pendidikan karakter. Iyakah?
Program mas menteri ini menurut saya baik sih. Walau yakin banget butuh waktu lama supaya programnya jalan.
BalasHapusPidato Mas Menteri emang juarakk sih menurut saya. Yaa mari kita nantikan gimana gebrakan-gebrakan beliau ke depannya nanti.
BalasHapusSemua pendidikan di Indonesia ini semakin maju, dan menghasilkan generasi bangsa yang semakin cerdas dan berbudi luhur.
BalasHapusMbak, Bapakku guru, keempat mbakku juga guru, jadi aku sedikit banyak mengenal profesi ini. Dan apa yang disampaikan oleh Mas Menteri Nadiem pada Hari Guru Nasional sungguh membuatku punya keyakinan akan kemajuan pendidikan Indonesia. Semoga dimudahkan segala programnya!
BalasHapusSaya suka saya suka sama kebijakan Mas Menteri yang baru ini
BalasHapusDan jadi optimis menatap pendidikan Indonesia di masa depan
Semoga menjadi lebih baik dan menjadikan anak-anak kita lebih maju
Bener juga sih, Sarjana dulu sama sekarang emang udah beda. Terkait visi dan misi yg beliau sampaikan semoga bisa terealisasi dengan baik di masyarakat.
BalasHapusSebenarnya sudah dari dulu ditekankan pentingnya EQ dari pada IQ. Kreativitas manusia mungkin tidak bisa diganti dengan robot. Eh tapi hati-hati, sekarang sudah ada kecerdesan artificial yang mungkin sudah mengarah ke sana. Untuk mas menteri, saya pantau dulu. Lihat hasil kerjanya, baru bisa berkomentar. Tapi untuk awal-awalnya terlihat tanda-tanda yang bagus. Mari kita kawal saja agar tetap mengarah ke arah perubahan yang positif.
BalasHapusWah seru bgt acaranya dan pasti ilmunya sangat bermanfaat bgt ya mba. Kapan2 aja aku dong mba
BalasHapusBangga sekali sbg masyarakat Indonesia mas menteri diangkat menjadi menteri pendidikan, visi misinya jg bagus , semoga pendidikan di Indonesia bs maju ya
BalasHapusnumpang promo ya gan
BalasHapuskami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*
Nderek belajar Bu Mia
BalasHapus