Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menerapkan Reward Dan Punishment Pada Anak

Sumber gambar: pixabay.com
"Mi... Kak Adek dapat nilai seratus!", seru si nomor tiga seraya menunjukkan buku Matematika kelas duanya, berlari ke arah saya.
"Alhamdulillah, Kak Adek anak pintar, ya... Umi jadi tambah bersemangat hari ini, anaknya dapat seratus, sih," sambut saya dan membawanya ke pelukan.

Bola mata kelincinya pun berpendar penuh binar. Mendengar ibunya senang, bertambah semangat. Itu reward untuknya. Baginya bisa membuat uminya tersenyum lebar adalah sebuah penghargaan melebihi uang jajan yang tak seberapa.

Dari awal kami memang membiasakan anak-anak menerima reward immateril berupa pujian dan pernyataan bahwa orang tuanya senang sekali jika mengetahui apa pun bentuk keberhasilan anak-anak.

"Bang Royyan, kenapa buku Tematiknya dicorat-coret seperti ini?", tanya saya pada si putra nomor dua.
"Itu bukan buku Abang, Mi." Itu bukunya Ridho (teman sebangkunya), Abang cuma bantuin aja, hehe."

"Ya tetap aja salah, ini kan buku dari sekolah, harusnya dijagalah, jangan sampai dirusak begini. Ya udah, kalau gitu Abang gak boleh main sepeda dulu ya. Kalau bagian buku yang dikotori sudah difotokopi, pakai uang jajan Abang sendiri, baru boleh main lagi, ya." Tegas saya pada si kelas lima ini.

Menerapkan reward and punishment menurut saya harus case by case. Perlu bijak melihat kondisi anak. Baik usia, kesiapannya dan suasana perasaannya. Tak baik juga jika menggunakan kaca mata kuda, tidak mau tahu efeknya bagaimana, pokoknya melaksanakan. Tiap anak itu unik, dan yang memahami karakter masing-masing anak itu adalah orang tuanya sendiri.

Salam literasi

Tantangan #SatuHariSatuKaryaIIDN
Hari ke 5




Posting Komentar untuk "Menerapkan Reward Dan Punishment Pada Anak"