Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ingin Ibu Yang Ramah Bukan Yang Marah

Sumber foto: Dok. Pribadi
"Jangan lupa susun roster ya, Umi gak mau besok pagi Abang kalang kabut bagi waktu mengeluar-masukkan buku sambil sarapan!" Tegas saya ke anak nomor dua ini. Menyampaikannya sambil memakaikan baju adik bayinya yang berusia setahun tiga bulan. Kira-kira efektifkah yang saya instruksikan? Oh, No... ternyata ia tak bergeming sedikitpun.

Kata pakar kedokteran, struktur otak laki-laki memiliki bagian khusus yang berbeda dengan yang dimiliki perempuan. Namanya Corpus Callosum. Pada anak lelaki, Corpus Callosum-nya lebih tipis sehingga ia cepat berkonsentrasi dengan yang ada di hadapannya. Ketika sedang fokus terhadap sesuatu itu, maka pendengarannya menurun. Inilah yang membuatnya tidak akan menoleh jika dipanggil sekali. Empat sampai lima kali baru ia dapat merespons.

Demikian juga Royyan, sia-sia saja saat saya memanggilnya sekali lantas cepat berharap dia otomatis muncul di hadapan saya. Bahkan sekalipun sampai berteriak. Saya akhirnya menyadari ternyata menaikkan intonasi suara, membuang-buang energi dan hanya memantik emosi semata.

Pelan-pelan saya belajar membiasakan memakai nada suara yang tidak tinggi. Kalau saya sedang tak benar-benar repot, lebih baik saya hampiri dia dan menyampaikan anjuran yang saya ingin dilaksanakannya, seperti menyusun mata pelajaran pada malam hari.

Alhamdulillah dengan suara yang bersahabat, lambat laun Royyan mau mendengarkan kata-kata saya. Tidak ada manfaatnya memanggil-manggil namanya dari ruangan lain, yang tepat adalah merendahkan intonasi dan menggunakan suara yang ramah. InsyaAllah berhasil dan komunikasi dengan buah hati menjadi produktif.

Salam Ibu Profesional

#Day3
#gamelevel1
#Tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional







Posting Komentar untuk "Ingin Ibu Yang Ramah Bukan Yang Marah"