Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Umi, Memintanya Satu-Satu, Ya...


Sumber: Dok. Pribadi. Royyan sedang bermain bersama adiknya, Rausyan 15 bulan
Menerapkan materi perdana kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional, Komunikasi Produktif, dengan subtema Mengendalikan Emosi, saya memilih anak nomor dua sebagai tantangan sepuluh hari berkomunikasi dengannya.

Mengapa saya memilihnya, selain secara umum anak lelaki memang tidak suka mendengar omongan yang panjang-panjang, Royyan si abang paling besar kami setelah Kak Rara, relatif tidak mudah diajak berbicara serius. Senangnya main-main, menghindar, mengerjakan yang lain, bergerak ke sana kemari, tipe kinestetis.

Begitu pulang sekolah, seakan sengaja Royyan menunggu suara saya memintanya mengganti seragam. Jika belum mendengar suara Uminya, ia akan santai, membuka tudung saji dan mencomot makanan yang terhidang. Tentunya setelah mencuci tangan dahulu. Menghadapi kondisi sehari-hari yang seperti ini, saya mengubah kebiasaan memberikan perintah dengan kalimat majemuk. Sebab percuma saja, tak akan digubris.

Maka saya menghela nafas, mencoba menata emosi, menghadirkan wajah yang seramah mungkin dan memintanya dengan menggunakan kalimat tunggal. "Bang, yuk diganti seragam sekolahnya, keringatan lho, kan gak nyaman." Ia mendengarkan sambil membukai satu demi satu kancing bajunya. Saya menunggu. Menahan diri untuk tidak beranjak ke permintaan berikutnya yaitu menaruh baju kotor ke mesin cuci.

Setelah ia mengganti seragam dengan baju yang bersih, maka saya sentuh bahunya, berusaha menatap mata bulatnya, sambil tersenyum mengatakan,"Sekarang, seragam Abang masukkan ke mesin cuci ya..." Sekilas ia mengerjap-ngerjapkan matanya tanda setuju dengan saya.

Lalu beranjak memungut seragam yang dijatuhkannya ke lantai, lalu meletakkannya ke dalam mesin cuci. Alhamdulillah seru saya dalam hati. Tak lupa mengelus kepalanya sambil mengungkapkan pujian dan berterima kasih bahwa ia telah meringankan satu pekerjaan Umi.

Hari ini saya belajar mengendalikan emosi. Berkomunikasi dengan anak memang unik. Kita pernah merasakan menjadi anak-anak, namun mereka tentunya belum pernah menjadi orang tua. Selayaknyalah kita yang mempelajari dan melaksanakan komunikasi produktif. Sebenarnya tidak sulit-sulit amat. Namun butuh niat yang kuat, komitmen dan konsistensi mengimplementasikannya. Agar anak senantiasa berbahagia dengan pengasuhan yang kita berikan.

Salam Ibu Profesional

#day1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Posting Komentar untuk "Umi, Memintanya Satu-Satu, Ya..."