Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Surat Untuk Putriku


Sumber gambar: Canva

Putriku Sayang,

Tiga belas tahun yang lalu ibu melahirkanmu. Berpacu dengan waktu, bermandikan peluh dan air mata. Merasakan detik demi detik yang mencekam. Saat kontraksi itu datang lagi dan lagi. Memberikan rasa nyeri luar biasa. Menggerakkan tulang belulang bagian panggul ibu, sementara ibu mesti menahannya. Meremas handuk, menggigit baju, gusar, gerah, sakit dan perih.

Lalu lahirlah kamu, Nak. Suara yang ibu rindukan untuk didengar setelah selama sembilan bulan sepuluh hari kita berada dalam tubuh yang sama. Tangis kecilmu bagaikan melodi indah yang selalu ingin ibu nikmati. Mata beningmu sangat menawan untuk dipandang berlama-lama. Bau khas tubuh mungilmu amat ibu idolakan. Seolah ia bau harum-haruman yang berasal dari surga.

Kini kamu telah tumbuh remaja ya, Sayang. Bukan lagi si montok manja yang menggemaskan setiap orang. Ibu dan ayah sangat bersyukur kamu lulus seleksi masuk pesantren. Tanpa dipaksa, kamu semangat sekali mondok di sana. Malam sebelum kamu diantar ke pesantren, entah bagaimana perasaan ibu. Tidak karuan.

Ada rasa bahagia sebab anaknya insyaAllah akan ditempa menjadi orang berilmu dan salehah. Namun tak bisa dinafikan ada pula rasa khawatir, bagaimana jika kamu sakit di sana. Siapakah yang merawat, menunggui dan menyuapi makan?

Lalu sebongkah rasa rindu untukmu. Biasanya saat kamu SD setiap pulang sekolah selalu ibu sambut dan kamu pun setengah berlari ke ruang makan, sambil bertanya, "Masak apa hari ini,Mi?" Tangan kidalmu Membuka tudung saji dan langsung bergegas mencuci tangan di wastafel. Kamu tak sabar ingin segera menikmati hidangan yang ibu siapkan.

Namun biarlah, Sayang
Ibu tak akan terbuai berbagai macam rasa ini. Ibu segera tersadar dan bangkit. Untuk apa kita bertemu setiap harinya tapi kamu hanya larut dengan gawai dan televisi. Lebih baik kamu menghabiskan masa remajamu dengan bersibuk menuntut ilmu. Menghapal pelajaran dan membekali diri dengan ketrampilan yang sesuai dengan minatmu.

Ibu tak ingin larut dalam bujuk rayu setan. Demi alasan ingin berkumpul bersama, kamu ibu jemput pulang dan tak kembali lagi ke pesantren. Tidak, Sayang. Tidak. Tetaplah istiqamah di sana. Tenangkan dirimu dalam belajar. InsyaAllah ibu bisa memenej rindu ini. Ada masanya kita bertemu, ada juga masa kamu mesti kembali ke pondokmu.

Selamat ulang tahun ke-13, putri sulungku Nafila Zahra. 24 Desember 2018. Semoga Allah SWT memberkahimu dengan usia yang panjang dan berkah. Semakin baik akhlakmu, jadi anak yang salehah. Menambahi jumlah perempuan calon penghuni surga yang sedang terus menerus berbuat kebaikan di muka bumi ini. Kak Rara, Umi sayang Kakak.

Salam literasi

#BPN30dayblogchallenge
#bloggerperempuan

Posting Komentar untuk "Surat Untuk Putriku"