Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

99 Inspirasi Harian: Mengelola Rasa Takut (5)

Ban mobil pecah

Menurut KBBI, takut adalah merasa gentar (ngeri) terhadap sesuatu yang dianggap mendatangkan bencana. Itulah yang sempat saya alami saat tiba-tiba di senja hari ban mobil yang kami kendarai meletus. Demi mengelakkan papasan mobil yang terlalu dekat di sebelah kanan, suami agak banting setir ke kiri hingga melewati berm jalan.

Setelah itu jalan mobil menjadi kurang stabil, sedikit oleng hingga kami memutuskan berhenti di pinggir jalan. Waduh, gimana nih, mana bawa uwak yang sudah lanjut usia, anak-anak, apalagi di jalan lintas Medan-Brastagi dekat Dusun Doulu ini belum kami jumpai satu bengkelpun. Mana badan Rausyan mulai hangat, demam tumbuh gigi.

Apa karena sejak pulang dari Pandan minggu lalu suami belum ada mengecek kondisi ban dan mesin mobil. Padahal kalau dihitung jarak Medan-Pandan berkali lipat jauhnya dibandingkan Medan-Brastagi. Mungkin sudah saatnya ban beristirahat tetapi diajak jalan terus.

Ketakutan saya berangsur lenyap saat suami selesai mengganti ban. Alhamdulillah kami pun bisa melanjutkan perjalanan ke pemandian air panas belerang Lau Debuk-Debuk, Brastagi. Takut itu seperti perasaan yang otomatis muncul begitu saja tanpa permisi. Semacam auto-alarm jika mengalami sesuatu.

Bayangkan takutnya saya, jelang magrib, di tepian jurang, tidak ada orang yang mungkin bisa dimintai tolong. Ada lansia dan anak usia dua tahun dalam keadaan demam. Fyuhh... Namun setelah ada solusi, ketakutan pun sirna. Menurut para ahli, berpikir positif salah satu cara paling efektif mengelola rasa takut. Ini sama saat saya di masa kecil menyaksikan film sejarah kesaktian Pancasila.

Tiap tanggal 30 September malam, tahun 90-an orangtua saya pasti mengajak nonbar di rumah, film pengkhianatan G.30 S/PKI di stasiun tv milik pemerintah dan satu-satunya waktu itu, TVRI.

Ada rasa takut, ngeri dan gelisah saat film ditayangkan. Yang saya ingat terdapat adegan Ade Irma Suryani yang masih sekolah TK, kehangatan keluarga, ada komunikasi khas ayah dan putrinya.

Sampai ke adegan-adegan seperti penyiksaan dan pembantaian yang saya tidak sanggup menyaksikannya.

Hampir keseluruhan film saya tonton dari balik telapak tangan yang saya tangkupkan ke wajah. Kebetulan di dekat saya ada selimut, saya menutupkan mata dengan selimut. Saya mendengarkan dialog demi dialognya saja.

Saya menurunkan selimut dari pandangan kalau tayangan menampilkan percakapan wajar, bukan suara-suara keramaian dan keriuhan peristiwa dalam adegan film.

Seperti saat jenazah beberapa jenderal dimasukkan paksa ke satu lubang. Diarak beramai-ramai dan ada yang masih hidup. Seorang jenderal yang matanya ditutup masih berpakaian piyama dengan kedua tangan diikat ke belakang.

Ada juga yang hanya mengenakan kaos dalam dan bersarung kotak-kotak. Mereka dikubur hidup-hidupkah? Hiyy... pikiran usia kelas 3 SD saya waktu itu.

Ibu menarik selimut yang saya tutupkan ke mata. Tontonlah, kata beliau. Kau harus berani, ini film sejarah. Ada pelajaran PSPB kan di sekolah. Gak apa-apa..  berpikirlah positif.

Selimut ditarik, tangan saya sigap menggapai-gapai sesuatu yang dekat untuk menutup mata. Untung ada sajadah. Sajadah juga diambil, akhirnya saya tutup mata pakai tangan.

Saya coba memaksakan mata melihatnya, mencoba berpikir positif bahwa tidak ada tayangan bersimbah darah dan sejenisnya. Tapi tetap saja ketakutan karena kebetulan sedang melihat gambar anggota Gerwani mengeluarkan pisau silet. Hendak menyiksakah? Siapa yang disiksa? Aduhh....

Nafas saya pendek-pendek sepanjang film. Sesak. Bulir keringat berleleran. Sampai keinginan untuk buang air kecil ke kamar mandi juga ditahan. Takuut. Saya menghela nafas panjang saat film berakhir. Lega. Kesimpulan saya, PKI itu jahat dan kejam.

Itu kenangan saya nonton film PKI waktu masih kanak-kanak. Kalau sekarang, saat sudah dewasa, malah sudah punya anak-anak, disuruh nonton lagi, berani tidak ya?

#Day4
#99InspirasiHarian
#MengelolaRasaTakut
#Day152
#SehariSatuTulisan
#KLIP

2 komentar untuk "99 Inspirasi Harian: Mengelola Rasa Takut (5)"

  1. Aku setuju banget film PKI ini diputar.
    Karena yang tersakiti bukan hanya keluarga korban, tapi seluruh rakyat Indonesia.

    Coba tanyakan anak sekarang...
    Mana ada yang paham apa itu PKI?

    BalasHapus
  2. Iyepp, bener pisan Teh Lendy... Malah cuek bebek milihnya nge-yutub wae, hadeuuh

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.