Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memasak Dalam Sekejap

Assalamu'alaikum ummahat salehah...? Apa kabarnya... ketemu lagi dengan saya di fadlimia.com. Oya kali ini saya akan membahas tentang memasak dalam sekejap. Terinspirasi dari Mamak Devi, si working mom yang juga suka bikin postingan masak.

Biasalah buibu pasti ingin yang terbaik buat keluarganya plus berpikir cara masak yang enak, disukai suami dan anak-anak tetapi gak juga bikin panas dalam karena kelamaan ngoprek dapur ya kan, hehe...

Cara memasak dalam sekejap


Jadi ini sebenarnya resume yang saya buat dari kulwap bersama Dewi Lestari @bumbu.bude penulis buku Masakan Rumahan Ramah Anak (MRRA) yang gemar banget belajar masak.

Merajut asa dalam sebuah perjuangan cinta menyajikan makanan sehat dan mudah untuk keluarga. Terlebih untuk para kesayangan yang susah sekali makan. Ngomong-ngomong soal picky eater, kebetulan saya punya "koleksi"-nya satu orang, yaitu anak kedua.

Demi si buah hati jadi sering turun ke dapur meskipun si paksu memang tukang makan juga, dapur gak boleh libur. Katanya rumah terasa hidup aja kalau ada aroma masakan dari dapur.

Gak heran sih sebab mama mertua juga pinter banget masaknya, telaten dan enak sekali masakannya. Makanya anaknya ngerti makanan yang sedap dan paham kalau ada masakan yang kurang garam, hehe.

Nah, kalau si Mbak Dewi itu kecemplung ke dunia masakan awalnya karena memutar otak cari solusi agar anak-anaknya gak susah makan.

Katanya anaknya itu GTM (Gerakan Tutup Mulut) sejak MP-ASI. Namun di awal, ia berserah diri pada Allah SWT, menganggapnya sebagai ujian, dikasih anak-anak yang sudah makan.

Bisa makan dua suap aja udah Alhamdulillah karena seringnya mulut mingkem serapat-rapatnya. Hampir semua prosedur pemberian MP-ASI dan makan anak sudah dicoba, konsultasi ke DSA, ahli gizi, suplementasi zat besi, penambah nafsu makan, dan lain-lain, tetap aja gatot alias gagal total!

Pada waktu itu ia merasa terpuruk dan gagal jadi ibu, hiks. Apalagi kalau melihat anak tetangga yang montok-montok dan makannya itu kayak ngasih anak burung, mulut pada mangap-mangap, rasanya pingin nangis guling-guling, kenapa anaknya gak seperti itu juga sihhhh.

Suka nangis dia kalau melihat anak-anaknya lagi tidur dan muncul feeling guilty, takut, sedih semuanya bercampur aduk.

Saya auto-teringat ke adik saya yang punya anak tiga makannya bagus banget. Setelah saya perhatikan pas mereka berkunjung ke rumah, ternyata ngasih makannya pakai sistem kompetisi kalau istilah saya. Kalau yang satu udah selesai menelan makanannya dan bilang "Aaak" sambil membuka mulut, yang lain juga demikian.

Kayak berlomba-lomba gitu saat disuapi mamanya, rebutan buka mulut. Kebetulan jarak kelahiran anak pertama, kedua dan ketiga cuma beda setahun alias susun paku, hmm, ada sisi positifnya juga walaupun remvong buanget yaa.


Mengapa saya menceritakan bagian tentang para ponakan saya ini, sebab hal ini terkait dengan kebiasaan ibunya juga. Sejak masih tinggal serumah saat kami masih remaja dulu di rumah orang tua, memang yang paling rajin masak dia. Meski saya selalu diamanahi ibu untuk masak menu utama, tetapi dia suka sekali bereksperimen di dapur.

Nah, kebiasaannya ini berlanjut terus saat dia berumah tangga dan punya anak-anak. Selalu menyediakan makanan camilan buat anak-anaknya.

Saya juga gitu, pagi-pagi sebelum berangkat kerja bikin yang simpel aja kayak adonan bakwan atau agar-agar (ager). Pulang dari kampus baru digoreng deh bala-balanya. Kalau mau yang agak ribet nunggu hari Ahad baru bisa leluasa eksekusi macem-macem.

Kembali ke sharing-nya Mbak Dewi, momen ke posyandu benar-benar jadi momok menakutkan baginya. Karena harus menimbang BB anak dan ngeri kalau ibu-ibu lain menanyakan perihal BB anaknya.

Sampai-sampai pernah BB si kecil nyungsep jadi BGM (Bawah Garis Merah) dan akhirnya perlu dirujuk ke ahli gizi. Ia merasa sedih sebab perasaan 24 jam dia membersamai anak terus kok gak bisa bikin BB anaknya normal.

Tak ingin berlama-lama dirundung kekecewaan  Mbak Dewi pun mencari cara bikin anaknya mau makan beraneka macam karbo, sayuran, protein hewani, protein nabati, buah-buahan, dan lain-lain. Semua diubek-ubek dari berbagai macam sumber, buku, medsos dan mobile apps.

Akhirnya pelan-pelan ia menata hidupnya kembali. Makanan yang kira-kira menarik minat makan anak di-list satu per satu, ditandai yang disukai anak, berhasil dimakan kelihatannya doyan.

Uji coba resep terus ia lakukan, modifikasi banyak resep sampai akhirnya secara tidak sadar feeling dalam memasak semakin terasah dan lihai memadupadankan bahan dan resep.

Sejak saat itu sebagai bentuk rasa syukur karena anak-anak sudah mau makan dengan baik lagi, Mbak Dewi membagikan resep-resep keluarga dan amunisi dalam mengatasi anak yang GTM, di media sosial dan grup-grup WA.

Tujuannya agar ibu-ibu yang senasib seperjuangan, yang anaknya sedang GTM tidak merasa sendiri, tetap semangat dan punya stok ide menghadapi anak yang susah makan.

Awalnya jangankan memakan hasil masakannya, melirik saja anak tidak mau. Pelan-pelan mau makan dan nambah-nambah makannya. Sampai akhirnya saat lapar anak minta makan sendiri. Itu bahagianya tak terkira.

Sampai di sini saya teringat tips dari Bu Septi dan Pak Dodik di Obrolan Ibu Episode 20 di FBG Bunda Cekatan. Kenapa anak makannya sulit, mungkin juga karena kurang beraktivitas. Maka sebaiknya sibukkan anak dengan ragam aktivitas yang bermanfaat. Sehingga ia akan merasa lapar dan makan tanpa disuruh-suruh.

Memasak Dalam Sekejap


Menurut saya, memasak dalam sekejap adalah memasak yang tidak perlu sampai berjam-jam saat mengeksekusinya. Memasak dalam sekejap sangat berhubungan dengan persiapan pra-masaknya. Jadi yang lama itu bukan masaknya tetapi mempersiapkan segala sesuatunya agar memasak tidak butuh waktu lama.

Memasak dalam sekejap versi Mbak Dewi, dikupas di dalam bukunya MRRA ini dengan melakukan hal-hal berikut ini (isi bukunya):
  1. miliki booster semangat untuk memasak (misalnya didasari tekad kuat menambah BB anak)
  2. food preparation
  3. teknik menyetok bahan masakan
  4. tips menata dapur yang mungil
  5. teknik merencanakan menu mingguan agar tidak ada bahan yang mubazir
  6. teknik meminimalisasi sampah dapur
  7. sharing tentang GTM anak
  8. 60-an resep simpel-mudah-sehat untuk keluarga,yang disukai anak-anak.
Azrahstore

Kalau saya pribadi, yang memang praktisinya masak dalam sekejap juga (buat keluarga sendiri) sejak awal nikah sampai sekarang, bisa dilakukan sebagai berikut:

  1. Malam sebelum masak sambil ngobrol dengan suami dan anak biasanya saya selipkan pertanyaan besok mau dimasakin apa. Jadi saat di warung gak bingung lagi.
  2. Saat hari libur kerja, blender bumbu dasar sendiri, ada bumbu merah, bumbu putih dan kuning, besoknya saat eksekusi tinggal sreng-sreng tumis sampai tanak dan harum (waktu masih rajin, semoga datang lagi rajinnya ya, hihi)
  3. Saat food-prep, cuci dan potong sayuran, biarkan sampai benar-benar kering baru dimasukkan ke dalam kulkas (asal jangan kelupaan yaa, saya pernah soalnya, haha).
  4. Mencicil kegiatan merajang dan mengiris saat ada waktu luang
  5. Masak dalam porsi kecil, selain hasil masakan lebih fresh, tidak boros waktu juga tidak mubazir. Jika kurang bisa dimasak lagi karena bahan yang sama juga sudah dipersiapkan di dalam kulkas.

Nah, gimana para ummi... boleh share juga dong tips memasak dalam sekejap yang ummi punya ya, saya tunggu di kolom komentar, terima kasih. Semoga anak-anaknya gak sulit makan lagi dan sehat selalu.

Salam rajin masak,
















22 komentar untuk "Memasak Dalam Sekejap"

  1. Yang pasti jika seorang ibu memasak baik lama maupun cepat pasti enak di mulut anaknya dan bakalan teringat terus hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Katanya gitu ya Bang Rozi... yg jadi kenangan indah susah terlupakan dr seorang ibu itu masakannya

      Hapus
  2. Percaya nggak sih, Mbak, aku tuh baru bisa masak ya pas corona ini. Aku tinggal sama orangtua dan dapur adalah daerah kekuasaan ibuku, wkwkwk ...

    Tapi berhubung perekonomian lesu, mikir keras efisiensi bisa di mana aja. Ketemu deh, di dapur ini ibuku itu sangat boros dalam menggunakan gas. Masak air buat mandi sampai mendidih, udah gitu dibiarin aja sampai dingin. Pas mau mandi, masak air lagi, huaaa ... Begitu juga dengan minyak goreng. Numis aja minyaknya banyak banget. Akhirnya dapur aku jajah, wkwkwk ... Dan mulailah aku belajar memasak. Ternyata enaaak ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahaha, jajahan yg membawa keluarga jadi bijak berenergi ya Mbak Mel

      Hapus
  3. Sebenernya aku kurang seneng masak kak. Tapi memaksakan diri untuk masak. Demi hemat dan biar sehat hahaha 😂. Tapi karena emang dasarnya kurang seneng masak ya. Jadi ya rasanya begitu. Jadi, aku nggak semangat mempraktekan seperti yang Mba Devi bilang di atas hiks. Kurang perempuan ya aku hihihi 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak ah siapa bilang perempuan diukur dr seneng masak apa gaknya. Jd para mastah chef itu perempuan banget... gak kan haha

      Hapus
  4. Jadi deg2an nanti kalau punya anak.. ingat dulu waktu aku kecil, juga ada saat2 susah makan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaallah gak sehoror yg dibayangin kok hehe

      Hapus
  5. Aku lebih suka baking sebenarnya kak Mia, dibanding dengan masak menu utama. Jadi bisa dibilang menuku semuanya simpel. Yang bikin anak mau makan mungkin saat hamil aku memotivasi diri untuk ngemil terus. Biar anaknya suka makan. Alhamdulillah emang suka makan, meskipun gak berbanding lurus dengan BB yang wow. Tapi gak pernah sampe di bawah standar lah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baking juga menyenangkan itu, si sulung kami bolak-balik ngoprek mixer hehe

      Hapus
    2. Sama kak.. sejak umur 3 tahun awak percayakan dia pegang mixer pas bikin kue.. dan sekarang dia semakin excited setiap buat masakan

      Hapus
  6. Salah satu sebabnya makanan itu disukai, karena memang ingin dan suka dengan makanan itu ya, Mia. jadi tepat sekali menanyakan pada anggota keluarga, mau menu makanan apa nih, selanjutnya.
    Terus soal cepat masak itu biasanya kalau semua bahan sudah tersedia. jadi tinggal mengolahnya. Dan meman proses merajang, memoton, dan sebagainya itu butuh waktu lama, Mbak. makanya ada yang beli sayuran, dibersihkan, dipotong dulu, baru dimasukkan kulkas. Jadi kalau masak, cepat hehehe.

    BalasHapus
  7. Berbicara mengenai masakan memang tak ada habisnya ya mba. Apalagi kalau bahas resep-resep terkini. Biasanya aku kalau masak suka yg cepet, bakai bumbu jadi. Hihihi

    BalasHapus
  8. Mikirin menu itu sih yang penting banget. Kalau nggak, sering depan kulkas lihat bahan-bahan, lama mikirnya mau masak apa. Sama persiapan motong bahan-bahan itu kan yang lama, jadi memang pas senggang baiknya dilakukan, jadi pas besok pagi tinggal ngeracik dan aduk-aduk aja :D

    BalasHapus
  9. Sepakat dengan tipsnya, Mbak Mia. Saya juga siapkan dari malamnya buat masak pagi. Jadi esok hari tinggal cemplang-cemplung. Juga bumbu dah ada yang blenderan pokoknya di kulkas sudah ada persiapan. Selain itu, masak dalam porsi kecil jadi nanti bikin lagi jika perlu biar semua selera makannya karena ganti menunya

    BalasHapus
  10. Saya nggak pinter masak, tapi alhamdulillah anak-anak nggak masalah kalau makan tetap semangat, dan kalau dimasakin selalu bilang masakan bunda enak, padahal cuma masak itu-itu aja

    BalasHapus
  11. Saya nggak pinter masak, alhamdulillah anak-anak nggak ngalami GTM, mereka selalu muji masakan bunda enak, padahal masak gitu-gitu aja

    BalasHapus
  12. Liat anak gak GTM dan picky Eater memang sangat menyenangkan sekali kak Mia. Dari enam anak, putra ke-enam kami ini yang bikin emak merasa bahagia dengan pola makannya yang lap lep dibandingkan pas fase MPASI kakak-kakak yang lain. Body nya pun lebih bongsor dan semlehoy dibandingkan yang lain.

    BalasHapus
  13. Aku salut lho sama kakak berdua meski kerja di luar tapi soal rumah tetap res beres. jadi malu deh aku tuh. Btw, bagi resep- resep masakan cepat saji donk kak, tapi sesuai dg lidah kita orang sumut

    BalasHapus
  14. Wah, sama kita kak. Walaupun aku IRT, aku juga bikin bumbu sendiri pas weekend. Blender dan tumis. Biasanya masih tahan selama 1 bulan asal ngambil bumbunya pake sendok bersih dan langsung masukkan ke lemari es lagi. Jadi misal bikin bumbu kuning cukup untuk 4x masak.

    BalasHapus
  15. Memasak itu menyenangkan ya kak Mia. Apalagi kalo anak2 kita doyan padahal rasanya biasa aja,hehe.. Setuju ama tips food preparation nya, karena memang masak itu paling lama di menyiapkan bahan dan lainnya. Tetap semangat masak!!!

    BalasHapus
  16. Sama mbak mi....awak juga food prep untuk 3 hari atau 1 minggu. trus semua2 nya usahain berada di tempatnya. Ini agak sering sih beberesnya tapi ganti2 an. ninggu ini beberes lemari es, mingdep beberes botil2 bumbu, mingdep nya lagi beberes tepung2an dan bahan kue. Kalau udah rapi n beres, food prep juga oke, dijamin masak tinggal osreng2 nggak pake lama.

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.