Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Menulis Buku Cerita Anak

Cara Menulis Buku Cerita Anak

Mengapa penting menulis buku cerita anak?


Di era dulu, menulis buku anak menjadi primadona, sampai salah seorang penulis buku anak Yusuf Abdullah Puar atau sering disapa YAP mengatakan, “Jika Saudara ingin mendapat nafkah cukup untuk membiayai anak banyak, tulislah buku anak-anak”. 

Menulis Buku Cerita Anak
Menulis naskah buku / Blogging Laptop Study

Waktu itu roda penerbitan buku anak Inpres sedang berputar kencang di Indonesia. Sekali bergerak bisa terbit puluhan eksemplar. YAP sendiri tidak main-main berkata demikian sebab beberapa jilid buku anak yang ditulisnya telah menuai hasil menggiurkan. Di zaman sekarang, buku anak merupakan pangsa pasar terbesar, menjuarai fiksi, agama, buku sekolah dan referensi.

Saya ingat sekali saat masih kecil suka membaca buku-buku cerita bertema kehidupan sehari-hari di perpustakaan sekolah. Buku anak terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (dahulu namanya P dan K), beraneka ragam dengan banyak judul yang menarik minat siswa SD untuk membacanya. Mungkin di sinilah minat baca saya terpantik dan akhirnya menggilai buku sampai tua, haha.
 
Pertanyaan selanjutnya apakah menulis buku anak-anak bisa dilakukan semua penulis? Sebenarnya kriteria apa yang diperlukan jika kita akan menulis buku anak. Berangkat dari tanda tanya ini sebaiknya kita melakukan hal-hal berikut: 
 

Menanyakan langsung kepada user-nya, yaitu anak-anak

Jika kesulitan menanyai anak-anak orang lain, bisa menanyakan hal ini pada anak sendiri. “Adek suka baca apa, Dek…? Tanya saya pada anak nomor tiga yang minat membacanya di atas kedua kakaknya. 

Sedari punya anak satu, dua sampai sekarang empat, saya bergantian dengan suami selalu mendongeng sebelum anak-anak terlelap memejamkan mata. Mendongeng baik sekali untuk membangun karakter baik pada anak dan memberikan anak gambaran kebaikan dan keburukan secara lebih jelas.

“Adek suka baca buku cerita binatang. Tapi binatangnya yang lucu-lucu kayak hamster, kucing dan kelinci.” Nah, dari jawaban ini meski baru dari satu anak, kita jadi mengetahui bahwa kalau anak perempuan itu sukanya fabel dengan hewan-hewan yang sering dijadikan karakter boneka berbulu lembut dan menggemaskan. Jadi jika ibu atau ayahnya ingin bikin buku anak, coba mengeksplorasi kebiasaan-kebiasaan hewan-hewan lucu dan mulailah membentuk cerita dari sana. 

mengapa penting menulis buku cerita anak
 

Membaca buku cerita anak karya orang lain, terutama yang best seller

Saat mengikuti suatu kulwap menulis efektif sekitar tiga tahun yang lalu, narasumber yang berprofesi sebagai dosen Fakultas Ilmu Budaya plus beliau juga seorang sastrawan dengan banyak karya, mengatakan tentang copy the master. 
 
Meneladani sang master, kalau saya menerjemahkannya demikian. Sebab kalau copy lalu paste mentah-mentah ujung-ujungnya jadi plagiator. Ya, tentu ini hanya bahasa kiasan saja. Artinya banyak-banyaklah membaca buku-buku karya penulis buku anak yang laris dengan pergi ke toko buku dan melihat bagian rak best seller. Setelah mendapatkan insight dari buku yang dibaca, cobalah membuat kerangka cerita dan karakterisasi. 
 
Apa itu karakterisasi? Karakterisasi dalam cerita fiksi anak adalah upaya si pengarang untuk melukiskan watak atau sifat dari tokoh ceritanya. Tujuannya ialah agar tokoh cerita khayalan itu bisa tampak dan kedengaran hidup, rill, dan dapat dipercaya pembaca seperti yang diinginkankan oleh si pengarang


Membaca pengalaman orang lain yang sudah malang-melintang di dunia kepenulisan buku anak

Kalau tadi kita membaca hasil karyanya, di poin ketiga ini kita membaca pengalaman penulisnya. Di era internet ini menjadi hal tidak sulit mengakses proses kreatif seorang penulis cerita anak. Misalnya Renny Yaniar, atau Ary Wulandari. Kita bisa mengikuti media sosialnya, membaca artikel-artikel blognya (kalau dia ngeblog), berinteraksi lewat chat bahkan turut serta dalam forum-forum sharing dengannya.

Uniknya, orang dewasa yang piawai menulis buku anak-anak harus mampu menyelami pemikiran anak-anak. Menurunkan tingkat cara berpikirnya ke tingkat cara berpikir anak-anak. Keterampilan ini diperlukan agar komunikasi dengan segmen pembaca yang masih kecil itu tersampaikan dengan baik.

Jika menulis satu atau dua judul buku anak mungkin tidak terlalu masalah. Menulis buku anak yang isinya menyelesaikan semua masalah dengan mudah, mengikuti logika berpikir anak-anak. Tidak ada yang tak bisa didamaikan, berakhir happy ending, rata-rata mensimplifikasi problem. 
 
Lalu apakah hal-hal demikian tidak terbawa-bawa ke kehidupan asli si penulis yang hampir keseluruhan hidupnya adalah menulis buku anak? Mudah-mudahan tidak ya. 


Lalu buku cerita seperti apa yang dibaca anak-anak? Samakah dengan buku yang akan dibacakan kepada anak-anak?


Menulis buku cerita anak memiliki tujuan yang mulia. Penulis buku anak turut menyemarakkan dunia literasi dengan menyediakan bacaan anak-anak yang sehat. Di tengah-tengah gempuran gim daring yang tak jarang berkonten pornografi dan kekerasan. Meski tidak dimungkiri ada juga game online yang baik, bersahabat, edukatif dan layak dimainkan oleh anak-anak. 
Buku cerita anak karya saya dkk.
 
Kebiasaan membaca tetaplah wajib ditanamkan ke anak-anak. Banyak hal positif dan menguntungkan dari kegiatan membaca buku cerita anak. Anak-anak akan menikmati buku dengan kemampuan baca dan pikirnya yang masih terbatas. 
 
Perlahan tapi pasti kemampuan mencerna dan memahami bacaannya akan terus meningkat. Hal inilah yang diharapkan para orang tua. Dengan rasa ingin tahu anak yang sangat besar, ia sendiri yang akan mencarinya lewat membaca, memuaskan penasarannya terhadap ilmu pengetahuan. 
 
Orang tua cukup menjadi fasilitator, menyediakan segala buku cerita anak agar minat baca anak tetap dipertahankan dengan baik. Lebih idealnya, orang tua pun masuk menjadi penulis buku cerita anak.

Penulis buku fiksi yang tidak terbiasa menulis buku cerita fiksi anak, belum tentu sukses menulis buku anak. Menurut orang-orang yang pernah mencoba, hal ini tak semudah yang diduga. Mengapa?

Adapun syarat-syarat cerita fiksi anak yang baik sebenarnya mirip dengan cerita fiksi untuk orang dewasa, tetap ada beberapa perbedaan; 
  1. Ada masalah/konflik, namun pada cerita anak masalahnya cenderung simpel. 
  2. Ada perjuangan si tokoh.
  3. Ada saat-saat tidak nyaman, bukan saat-saat kelam. Hal ini merupakan dua hal yang berbeda.
  4. Ada penyelesaian yang tuntas, tidak gantung, atau diserahkan kepada pembaca untuk mengambil kesimpulan sendiri. Pada cerita anak, kesimpulam harus jelas. 
  5. Ada tema, yang berakhir dengan bahagia dan adil. Perasaa anak-anak masih sangat peka, hanya menerima yang happy ending saja. 
  6. Cerita anak cukup ditulis kurang lebih seribu kata. Jadi kalau Anda menulis buku anak, pastikan berupa kumpulam cerita. Hal ini agar cerita gampang dibaca anak-anak. Misalnya begini, Anda ingin bercerita tentang hamster, mumpung cerita tentang hamster belum banyak, Perlu diingat, si hamster ini harus digambarkan semenarik mungkin dari sudut pandang anak-anak. Bagi anak-anak ide cerita cukup satu saja. Daya tangkap anak belum mampu menampung ide yang lebih banyak. 
  7. Gunakan bahasa yang sederhana. Setiap kalimat mengandung subjek dan predikat yang jelas. Hindari kata-kata sulit apalagi bahasa ilmiah. Cerita anak dibuat lurus saja tanpa alur maju, alur mundur apalagi alur maju mundur. Intinya jangan mempersulit anak mengikuti jalan ceritanya. Menulis buku yang dibaca langsung oleh anak, bukan yang dibacakan kepada anak.

Menulis buku anak yang akan dikirimkan kepada penerbit tentulah harus dipersiapkan dengna baik. Sebab penerbit buku sudah pasti mempunyai standar yang tinggi, perhitungan yang cermat dan pertimbangan yang matang, terutama mengenai buku apa yang bisa laku. Setidaknya ada dua hal, yaitu:

  • Cerita anak yang Anda tulis mengandung suatu ide yang besar. 
  • Cerita itu menyenangkan

Apa yang dimaksud dengan ide yang besar? Dalam hal ini ide besar adalah sesuatu yang mencerminkan kebutuhan bagi anak, cara berteman yang baik, cara menyelesaikan masalah yang dihadapinya sehari-hari, membantu anak agar bisa menerima keadaan yang sudah tidak bisa diubah. 

Terkadang anak-anak ingin mencontoh cara-cara orang dewasa menghadapi masalah. Meskipun masih kecil, anak-anak suka sok dewasa, maka ia perlu belajar dari buku cerita anak yang ditulis oleh orang dewasa. 

Ide besar lainnya seperti menjadikan musuh anak, misalnya menjadi sahabat dan cara memahami orang lain agar orang juga memahami diri kita. Menjadikan musuh anak menjadi sahabat bisa kita saksikan di film kartun lawas Jepang yang masih eksis sampai sekarang, Doremon. 

Buku cerita anak karya saya dkk.

Nobita itu sering tidak suka sama Suneo dan Giant. Tetapi mereka itu teman satu circle. Tidak lengkap rasanya kalau saat-saat bermain di taman, dua sahabat yang sering berkomplot menjahili Nobita, tidak dimunculkan. Fujiko Fujiyo sukses menjadikan musuh anak menjadi sahabat.

Bagaimana cara memperoleh ide cerita yang baru, asli dan menarik? Ide cerita berserakan di mana-mana. Coba ajak anak Anda berjalan-jalan ke sebuah taman. Minta ia bercerita secara bebas dan sesuka hati. 
 
Dari ceritanya pasti ada ide-ide segar yang menarik untuk diramu menjadi suatu cerita anak. Di taman, bertemu dengan banyak anak lainnya, dengan memerhatikan tingkah polah anak-anak itu kita bisa memetiknya menjadi ide cerita.

Kata-kata mutiara boleh saja diselipkan di buku cerita anak tetapi jangan terlampau banyak. Sebab jangan sampai ide menjadi terlalu banyak. Ide cukup satu namun kuat dan sederhana. Kita bisa berbelanja ide dengan membaca buku cerita anak yang sudah diterbitkan kemudian mengadaptasinya dengan gaya tulisan sendiri.

Apa saja yang harus diperhatikan kalau membaca buku cerita anak karya orang lain? Begini menurut penulis buku anak, Helen Diehl-Olds,
 
  1. Opening; bagaimana si penulis mengawali ceritanya.
  2. Bagian tengahnya; jalannya konflik antarkarakter.
  3. Closing; bagaimana menutup cerita dengan baik.
  4. Tuliskan temanya.
  5. Buatlah daftar tokoh/karakter cerita.
  6. Catat cara si penulis menampilkan tokoh itu dalam adegan.
  7. Pelajari proporsi antara dialog, teks, panjang kalimat dan paragrafnya.
  8. Gunakan ilustrasi gambar yang menarik. Biasanya kalau sudah tembus ke penerbit, akan disediakan illustrator yang sesuai dengan cerita.
  9. Pandang naskah dari perspektif penerbit (ada ide besar dan menyenangkan)
 

Kesalahan penulis pemula buku cerita anak yang biasanya kerap terjadi adalah sebagai berikut:

 

  1. Membuka cerita dengan bertele-tele. Anak-anak tidak menyukai cerita yang lamban. Seperti saat ibu mendongeng pada anaknya, anak akan selalu menyela,”Trus abis itu gimana, Bu?” Jangankan anak-anak, orang dewasa saja kadang ingin langsung to the point mengetahui inti ceritanya. Jadi hindari opening yang lambat dan terlalu detail.
  2. Konflik yang dihidangkan tidak begitu besar namun si tokoh utama justru tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Tentunya ini menimbulkam tanda tanya bagi pembaca anak-anak. “Gitu aja kok gak bisa, sih” Maka diperlukan sedikit riset atau bisa juga pengalaman membersamai anak, kira-kira mana yang secara wajar tidak sanggup dihadapi anak dan mana yang terbilang mampu diselesaikan anak-anak pada umumnya.
  3. Menuliskan cerita dari sudut pandang orang pertama. Sebaiknya menulis buku cerita anak dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga atau orang di luar tokoh yang diceritakan. Penggunaan gaya aku bisa membingungkan anak, meski tidak selamanya demikian.
  4. Kesalahan lainnya bisa dipelajari dari tidak dipenuhinya ketujuh syarat di bagian tulisan sebelumnya.
 Jadi gimana nih, Teman-teman… tertarik menulis buku anak juga? Yuk mulai menulis!
 
 Referensi:

1. `Mohammad Diponegoro, 2003, Yuk, Nulis Cerpen Yuk, Cetakan ke-3, Neosantri, Yogyakarta.

2. https://rayakultura.net/renny-yaniar-bagaimana-saya-menulis-cerita-anak

3. https://tirto.id/melawan-tren-buku-cerita-anak-di-indonesia-dajr

29 komentar untuk "Cara Menulis Buku Cerita Anak"

  1. Sekarang banyak orang tua yang peduli dengan membiasakan anaknya menyenangi membaca buku jadi in syaa Allah akan selalu dibutuhkan penulis buku anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mbak Mugniar,, seiring maraknya literasi baca-tulis beberapa tahun terakhir ya

      Hapus
    2. Jadi kepengen nih bikin buku cerita anak versi sendiri ya kak Mugni.. biar bisa dipakai buat anak cucu juga nantinya

      Hapus
  2. Penulis buku cerita anak itu keren, karena mesti bisa menyelami pikiran anak-anak. Enggak semua orang bisa lho...Dan penulis buku cerita anak yang disebutkan di sini pasti sudah melakukan riset tentang apa yang disukai anak, apa yang dipikirkan dan lainnya. Saya dulu juga mencoba menulis cerita anak. Tapi ternyata memang sulit hihihi...enggak bisa ngalir seperti yang ada di pikiran kita, karena pola pikir yang berbeda anatara anak dan orang dewasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngajakin anaknya nulis jg Mbak, seru banged hehe

      Hapus
  3. Wah keren kakak, sudah punya karya buku anak rupanya. Sukses terus ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi 1000 kata cukup ya kak? Ilustrasi harus lebih banyak?

      Hapus
  4. yang pastinya anak" suka membaca buku cerita anak dengan ada gambarnya daripada hanya banyak tulisan dan membuat mereka jenuh atau bosan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku cerita anak dengan komik berbeda ya Mas Rozi, hehe

      Hapus
  5. penting banget ini untuk para orang tua mengoleksi buku cerita anak. karena sadar nggk sih kita, klo dari cerita anak tuh bisa membentuk karakter anak-anak juga. karena nggk sekedar cerita, tp juga menanamkan nilai-nilai moral untuk anak, tp orang tua juga harus selektif ya dalam memilih buku cerita anak :)

    BalasHapus
  6. Wah ternyata menulis cerita untuk anak tidak semudah yang dibayangkan ya Mba. Tetapi kalau suka dan punya passion disini sangat layak untuk diperjuangkan yah pangsa pasarnya besar 🙂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selain pangsa pasar, bisa buat investasi ke anak kak.. jadinya anak kita punya bacaan yang berkualitas.

      Hapus
  7. Aku juga pengen Mbak bisa nulis buku anak. Terutama untuk anakku. Semoga dikasih kesempatan. Nanti aku belajar sama kamu ya Mbak....

    BalasHapus
  8. Baru tau kak Mia pun bisa menulis cerita anak😍 kereeeen kak. Btw aku suka ngarang cerita sih kak semacam story' telling ke anak-anak untuk merubah perilaku.
    Memang gak pernah ditulis. Tapi pernah kan kak, nulis iseng dijadikan lomba. Sayangnya pihak lomba gak jadi meloloskan karena mereka udah nelpon 5 x ke nomer awak gak diangkat. Belum rezeki.

    BalasHapus
  9. Boleh dong Mbak kapan2 aku belajar nulis cerita anak ke mbak. Sampai sekarang belum berhasil nulis cerita untuk anak nih.

    BalasHapus
  10. Aku ada satu kak buku cercerita ank yang ditulis dkk juga. Ada niatan nulis solo nih tapi kok gak pd ya hehe. Kakak klau nulis bareng lagi (antologi) bolehlah ovi dikbarin hehe

    BalasHapus
  11. Buku cerita anak nih bagus ya untuk mengembangkan imajinasi anak..sy salut sama yg bisa nulis cerita anak..krna tata bahasanya hrs sederhana dan dpt dimengerti alam pikir anak

    BalasHapus
  12. Wah aku tertarik banget nih mbak menulis cerita anak. Selama ini menulis cuma buat ngisi kolom di majalah sekolah

    BalasHapus
  13. bener banget, jika ada alur cerita tentang perjuangan si tokoh pasti akan memberikan motivasi kepada anak untuk melakukan yang terbaik di kehidupan nyata :D

    BalasHapus
  14. Menarik nihh. Jadi pengin nulis buku untuk anak jugaaa. Lagi ngasah skill gambar juga biar lebih yahuuuudd. Cuman kendalanya di riset, hihi. Idenya ada tapi dibiarin jadi sarang laba laba. Terimakasih mba tulisannya. Jadi semangat mau nyoba lagi

    BalasHapus
  15. Makasih bu dosen
    Saya juga lagi nyiapin buku anak,,semoga bisa terbit tahun iniii

    BalasHapus
  16. Yuni juga masih suka cerita fabel lho. Cuma untuk menjadi penulis anak tu masih belum mampu deh kayaknya. Atau sebenarnya belum nyoba? Hehehe

    BalasHapus
  17. Pada dasarnya nulis cerita anak sama kayak nulis cerita2 lain jg ya kak, tp tentu temanya harus sesuai dgn kesenangan anak2 dan pakai gaya tulisan yg sederhana. Mudah2an anak2 jaman skrng suka baca cerita jd budaya membacanya sudah terasah sejak dini

    BalasHapus
  18. Baca artikel ini jadi termotivasi untuk tulis buku anak kak, kira-kira topik yang enak apa ya

    BalasHapus
  19. yeee selamat ya mbak. udah nerbitin buku anak anak. kalau anak saya suka baca buku segala genre. emaknya yang kewalahan. hahaha

    BalasHapus
  20. Baru aktif ngeblog dan blogwaking ke blog ini. Mengenai buku anak itu mirip2 lagu anak untuk zaman sekarang bisa dikatakan langka. Beruntung mba nya cukup concern menulis buku anak. Tentunya dibutuhkan pendekatan khusus untuk berhasil membuat buku anak, termasuk meminta anaknya sendirai maupun temanny menjadi pembaca pertama. Tangagapan mereka yang polos dan apa adanya tentunya menjadi kritik membangun. Salam sukses

    BalasHapus
  21. Sempat ingin menulis cerita untuk anak. Tapi rasanya masih harus belajar banyak lagi kak. Karena kalo salah langkah, anak-anak yang baca akan cepat bosan. Makasi tips nya ya kak. Semoga buku kk dkk laris manis dan banyak yang baca.

    BalasHapus
  22. Pernah terfikir untuk nulis buku anak sih kak, tapi takut ngga konsisten, karena dari awal aku nulisnya novel, fiksi, cerita remaja gitu kak

    BalasHapus
  23. Terimakasih untuk ilmunya, pasti seru bgt kalau bisa buat buku cerita untuk anak. Apalagi zaman sekarang anak2 sudah melupakan buku cerita karena disuguhi hp

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.