Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia #ObatiPikun

Yuk Kenali Gejala dan Segera Obati Pikun

Obati pikun? Lho pikun kok diobati, bukannya kalau orang yang sudah tua itu memang lazimnya akan pikun ya? Mungkin inilah anggapan orang awam pada umumnya saat mendapati orang tua, saudara atau tetangga yang usianya sudah sepuh, pikun. 

Saat saya dan teman-teman mengikuti webinar edukasi dalam rangka festival digital bulan Alzheimer sedunia #obatipikun yang digelar hari Ahad pagi sampai siang pada tanggal 20 September 2020 lalu, kami memperoleh pencerahan. 
 
Webinar-Obati-Pikun
Tangkapan layar penulis saat webinar #ObatiPikun

Menurut dr. Yustiani Dikot, Pokdi Neurobehaviour PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia), stigma-stigma yang seperti itu harus dihilangkan. Demensia penyebab disabilitas dan ketergantungan terbesar pada usia lanjut, anggapan bahwa pikun adalah suatu proses menua normal sehingga tidak perlu berobat. 
 
Setelah ada gangguan fisik, kognitif dan perilaku yang berat dan berdampak pada kualitas hidup ODD (Orang dengan Demensia), keluarga dan pendampingnya, baru dibawa berobat. Tentunya hal ini akan terasa menyulitkan.
 

Apa itu Demensia?


Demensia adalah suatu sindrom gangguan penurunan fisik otak yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif, emosi, daya ingat, perilaku dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. 
 
Diperkirakan ada sekitar satu juta orang penderita Demensia Alzhemeir di Indonesia pada tahun 2013. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada tahun 2030, dan menjadi empat kali lipat pada tahun 2050.

Penyakit Demensia Alzheimer memiliki faktor risiko :

- Yang bisa dimodifikasi seperti penyakit vaskular: hipertensi, metabolik, diabetes, dislipidemia, pasca cidera kepala, pendidikan rendah, depresi;

- Yang tidak bisa dimodifikasi yaitu usia lanjut dan genetik yaitu memiliki keluarga yang mengalami Demensia Alzheimer.

Selain mengetahui faktor resikonya, penting untuk menyadari bahwa Demensia Alzheimer bersifat kronis progresif, artinya semakin bertambah kerusakan otak seiring bertambahnya umur. Sehingga deteksi dini sangat penting dilakukan bagi penderita Demensia Alzheimer. 
 
Melalui deteksi dini, penderita Demensia Alzheimer dapat lebih cepat ditangani sehingga kerusakan otak karena penyakit tersebut dapat diperlambat.

Demensia Alzheimer merupakan penyebab utama ketidakmampuan dan ketergantungan lansia terhadap orang lain. Penyakit ini memberikan dampak fisik, psikososial, sosial, dan beban ekonomi tidak hanya bagi penderita tapi juga bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. 
 
Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang Demensia Alzheimer mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan dalam melakukan diagnosis serta perawatan. 

Masyarakat kerap kali menyebut kondisi tersebut sebagai pikun. Pikun sering dianggap sebagai hal normal yang dialami oleh lansia, sehingga seringkali penyakit tersebut tidak terdeteksi. Padahal berdasarkan data dari Alzheimer’s Disease International dan WHO, terdapat lebih dari 50 juta orang di dunia mengalami demensia dengan hampir 10 juta kasus baru setiap tahunnya. Dari banyaknya kasus tersebut, Alzheimer menyumbang 60-70% kasus.

Deteksi dini dapat membantu penderita demensia dan keluarganya untuk dapat menghadapi dampak penurunan fungsi kognitif dan pengaruh psiko-sosial dari penyakit ini dengan lebih baik. Selain itu penanganan demensia sejak dini juga penting untuk mengurangi percepatan kepikunan. 
 

Webinar-Bulan-Alzheimer-Sedunia-Obati-Pikun

Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia

Dalam rangka memperingati Alzheimer Awareness Month pada bulan September ini, maka PT Eisai Indonesia (PTEI) dan PERDOSSI mengadakan Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia yang merupakan bagian dari program kampanye edukatif #ObatiPikun. 
 
Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini diikuti oleh dokter spesialis saraf, dokter umum, dokter seminat, serta masyarakat awam. Festival dibuka secara virtual oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PERDOSSI, DR. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K), dan President Director PT Eisai Indonesia (PTEI), dr. Iskandar Linardi.

Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini mengangkat berbagai topik mengenai apa itu Demensia Alzheimer, deteksi dini serta penanganannya. Topik yang disampaikan pada festival ini adalah:

a. Untuk Dokter (dokter spesialis saraf, dokter umum, dokter seminat) :

1. Pentingnya Pengobatan Sejak Dini Pasien Demensia

2. Kendala dan Tantangan Dokter dalam Pengobatan Pasien Demensia

b. Untuk masyarakat umum :

1. Obati Pikun dengan Mengenal Gejalanya

2. Demensia di Masa Pandemi

Sambutan Direktur P2 Masalah Keswa dan Napza Kementerian Kesehatan RI

Pada kesempatan webinar, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS mengatakan, “Saat ini kita mulai memasuki periode aging population, di mana terjadi peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lanjut usia (lansia). 
 
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat di mana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%). 
 
Jumlah lansia yang terus meningkat tersebut dapat menjadi aset bangsa bila tetap sehat dan produktif. Namun lansia yang tidak sehat dan tidak mandiri akan berdampak besar terhadap kondisi sosial dan ekonomi bangsa. Demensia Alzheimer merupakan salah satu ancaman bagi lansia di Indonesia saat ini.

Lebih lanjut dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS mengatakan, “Kementerian Kesehatan mendukung penuh Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini karena merupakan bagian dari edukasi yang sangat penting untuk mencegah lansia terkena Demensia Alzheimer. Harapannya, makin banyak lansia yang terdeteksi Demensia Alzheimer dapat ditangani sejak awal sehingga dapat terus produktif.”

Sambutan Ketum PP PERDOSSI


Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PERDOSSI, DR. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K) dalam sambutannya mengatakan, “Edukasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan secara terus menerus sangat penting. 
 
Sebagai bagian dari program kampanye edukatif #ObatiPikun yang kami canangkan bersama dengan PT. Eisai Indonesia (PTEI), maka kami mengadakan Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini. Para peserta akan mendapat penjelasan menyeluruh mengenai Demensia Alzheimer dari berbagai narasumber di bawah naungan PERDOSSI. 
 
Dalam kesempatan itu pula, peserta akan diperkenalkan pada sebuah aplikasi deteksi dini Demensia Alzheimer bernama aplikasi E-Memory Screening (EMS). Melalui Aplikasi EMS ini kami berharap semakin banyak masyarakat yang mengetahui gejala awal Demensia Alzheimer dan juga bagaimana penanganannya.”

Launching Aplikasi E-MS (E-Memory Screening)


Aplikasi E-MS resmi diluncurkan pada tanggal 20 September 2020 dan dapat diunduh dengan mudah oleh dokter dan masyarakat awam di Playstore dan Appstore. Aplikasi E-MS ini akan menilai kondisi memori seseorang dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait Demensia Alzheimer yang mungkin dialami oleh pengguna aplikasi. 
 
Launching-Aplikasi-EMS-Obati-Pikun

 
Setelah itu, Aplikasi E-MS akan memberikan skor dan apabila skor tersebut menunjukkan kondisi abnormal, maka aplikasi ini akan menyediakan fitur direktori rujukan tepercaya kepada dokter di sekitar pengguna aplikasi berdasarkan GPS termasuk informasi jarak, nama dokter beserta keahliannya di bidang Demensia Alzheimer, serta nomor call center RS yang dapat dihubungi. 
 
Selain deteksi dini, aplikasi ini juga menyediakan ragam informasi tepercaya dan akurat mengenai Demensia Alzheimer dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam. Aplikasi ini juga menyediakan tips dan trik dalam merawat Orang Dengan Demensia (ODD) secara efektif dan efisien.”

PT. Eisai Indonesia bangga mendukung PERDOSSI melaksanakan Program Kampanye Edukatif #ObatiPikun


President Director PT Eisai Indonesia (PTEI), dr. Iskandar Linardi, mengatakan, “PT Eisai Indonesia (PTEI) memiliki filosofi human health care (hhc) dan telah berkontribusi dalam kesehatan masyarakat di Indonesia selama 50 tahun. 
 
PT Eisai Indonesia (PTEI) berkomitmen memberikan edukasi mengenai penyakit Demensia Alzheimer, terutama karena penyakit ini dapat dideteksi sejak awal sehingga dapat dilakukan penanganan secepat mungkin. 
 
Dalam rangka merayakan 50 tahun PT Eisai Indonesia (PTEI), kami bangga bisa mendukung PERDOSSI melaksanakan program kampanye edukatif #ObatiPikun dan mengembangkan Aplikasi E-Memory Screening (EMS).” 

Mengenai PT Eisai Indonesia (PTEI)


PT Eisai Indonesia (PTEI) merupakan perusahaan farmasi dengan filosofi human health care (hhc) yang telah berkontribusi untuk industri kesehatan di Indonesia selama 50 tahun. Filosofi human health care (hhc) tersebut membuat PT Eisai Indonesia (PTEI) menempatkan perhatian utama pada pasien dan juga keluarga pasien. 
 
PT-EISAI-Aplikasi-EMS-Obati-Pikun

Hal tersebut dilakukan dengan meningkatkan manfaat yang diberikan dalam perawatan kesehatan dan memberikan kontribusi yang berarti dalam sistem perawatan kesehatan di Indonesia. 
 

Kesimpulan

Pikun atau Demensia bukanlah proses menua yang normal terjadi pada lansia. Perlu suatu upaya mencegah dan mengobati gejala pikun agar lansia tetap dapat memperoleh hidup yang berkualitas, produktif. dan tidak tergantung pada orang lain.

PERDOSSI dan PT. Eisai menyelenggarakan Festival Bulan Alzheimer Sedunia dengan kampanye edukatif #ObatiPikun. Bersamaan dengan pelaksanaan webinar dengan narasumber yang mumpuni di bidangnya masing-masing, dirilis Aplikasi E-MS sebagai suatu cara mengecek gejala pikun guna mendeteksi ODD sejak awal.

Aplikasi ini free download dan dapat dengan mudah diakses melalui Play Store dan App Store.

Salam sehat,
Fadlimia-Webinar-Obati-Pikun

Referensi:

Catatan penulis pada saat mengikuti webinar #ObatiPikun

Press Release webinar

Bahan materi slide Powerpoint para narasumber webinar
 
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia

https://www.kemkes.go.id/article/view/16031000003/menkes-lansia-yang-sehat-lansia-yang-jauh-dari-demensia.html








12 komentar untuk "Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia #ObatiPikun"

  1. Terus terang daku juga masuk golongan yg gampang pelupa pake banget, Mba.
    Tertohok dah, ketika ikutan acara ini.
    Bismillah, semogaaaaa daku dan kita semua bisa #ObatiPikun :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pelupa belum masuk kategori Demensia kok Mba Nurul hehe... ceki2 memori deh pake aplikasi E-MS insyaallah masih baik kok

      Hapus
  2. Ada aplikasinya ya untuk ngecek demensia. Aku mau deh tes demensia ini. Meski kalo dilihat dari gejalanya, belum ada yang terjadi padaku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, aplikasi E-MS, ntar kita dikasih beberapa pertanyaan ttg memori, abis itu langsung ketauan deh hasilnya

      Hapus
  3. OH iya benar. Bulan September itu ada Bulan Alzeimer ya. Jadi memang sering dibahas di bulan ini. Jadi pengingat dan penyemangat bagi saya kalau pikun tidak selalu berarti Alzaimer. Harus dites dan diobati

    BalasHapus
  4. dr Yustiani Dikot ini dulu dokterku lho
    Sebagai penyandang epilepsi, saya takut banget terkena pikun
    Jadi sekarang aktif blogging biar ga pikun :D

    BalasHapus
  5. Ternyata pelupa ama pikun itu berbeda ya mba. Tentang demensia dan sejenisnya itu, dulu awam banget buat aku. Padahal itu penting untuk membantu diri kita dan orang sekitar kita. Allhamdulillah sekarang udah ada alat atau program pendeteksi demensia ini sejak dini ya mba. Semoga banyak masyarakat yang tahu info ini dan tertolong. Amin

    BalasHapus
  6. Wah pikun alias alzheimer bisa diantisipasi ya ternyata...
    Makasih sharingnya bu dosen :)
    sangat bermanfaat

    BalasHapus
  7. Benar mbak, jangan maklum dengan pikun. Karena pikin ini bukanlah hal yang wajar. Semoga postingan seperti ini bisa jadi sarana edukasi agar masyarakat lebih aware lagi dan sadar diri untuk segera deteksi dini demi mencegah terjadinya Demensia Alzheimer.

    BalasHapus
  8. Untuk beberapa hal, aku sangat mudah lupa. Duh, jadi kepengen tes pakai EMS deh. Tapi InsyaAllah hanya sebatas lupa biasa, deh. Tapi kan kalau sudah dites pakai EMS dan ada sesuatu yang sekiranya abnormal, bisa segera ditangani tuh. Apalagi yang namanya penyakit termasuk pikun sekarang bukan lagi dialami orang usia tua tapi juga dari kalangan muda pun banyak.

    Satu aplikasi boleh dipakai tes lebih dari satu nama nggak, ya? Pengen tes nih buat sekeluarga, hihihi ...

    BalasHapus
  9. Penyakit yang perlu dicermati oleh orang-orang di usia seperti saya. Nutrisi yang baik serta melakukan kegiatan-kegiatan positif yang mampu menstimulus diri agar jauh dari penyakit dimensia dan alzheimer.

    Nanti mau coba ah aplikasi EMS nya. Salah satu cara untuk jauh dari ke-2 penyakit ini

    BalasHapus
  10. Seih kalo kita atau anggota keluarga ada yang kena alzeimer. kenangan dengan orang yang disayang akan hilang ya

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.