Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Class Generator, Menjadi Pengajar Yang Tidak Horor

Sumber gambar: Facebook Pemeral Pemeral

Tentang cara mengajar, tentunya masing-masing kita memiliki gaya. Ada yang tegas, bersuara lantang, ada pula yang santai, kombinasi keduanya atau bahkan killer. Namun untuk yang terakhir sepertinya tidak pada zamannya lagi membuat takut seisi kelas. Apalagi untuk kelas dengan warga berstatus mahasiswa, malah Anda yang akan di-bully.

Sejak diikutsertakannya mahasiswa sebagai salah satu penilai persepsional sertifikasi dosen selain atasan dan rekan sejawat, pengajar tak lagi populis jika ia dikenal horor. Nilainya bisa-bisa jeblok dan dipastikan tidak lulus pada ujian untuk memperoleh tunjangan profesional tersebut.

Namun bukan berarti dosen mencari muka di depan peserta didik, semuanya tetap berjalan secara wajar sesuai perannya satu sama lain. Seringkali didapati kelas-kelas yang pengajarnya kurang atraktif. Proses pembelajaran yang monoton dan kurang membangkitkan semangat mahasiswa.

Buku ini membahas tentang hal yang sebaliknya. Bagaimana memanajemen kelas dengan cerdas. Judulnya Class Generator: Pembangkit Energi Yang Membuat Murid Betah Di Kelas, Aktif, Tertawa, Dan Bahkan Menangis Di Pembelajaran Anda. Karangan Lubis Grafura, terbitan Yrama Widya, Bandung.

Meski ditulis oleh seorang guru SMP, namun banyak hal yang bisa juga diaplikasikan ke dalam perkuliahan. Mungkin sekilas kesannya melakukan hal-hal kurang umum diterapkan para pendidik universitas.

Namun tak salah jika menjadikannya landasan memformulasikan berbagai macam ide kreatif di dalam kelas. Aneka games, ragam "ice breaking" dan pemutaran slide yang mencerahkan, menjadi salah satu kata kuncinya.

Memberikan "punishment" membaca serta mempresentasikan hasil bacaannya, tampak efektif bagi mahasiswa. Apalagi di era sekarang, pembelajaran berpusat pada peserta didik (Student Centered Learning), dosen bertindak sebagai fasilitator di kelas. Mahasiswa sebagai mitra belajar. Sehingga relasi yang terbangun di antara keduanya terjalin secara dua arah, tidak laksana hubungan antara bos dengan karyawannya.

Saya sepakat dengan yang dikemukakan penulis bahwa salah satu faktor penyebab carut marutnya dunia pendidikan, yang ditandai dengan maraknya tawuran, kenakalan remaja, siswa mempolisikan guru, guru memperkosa murid, mahasiswa membunuh dosen, dan sebagainya, karena saat ini sudah tak ada lagi guru dan murid yang saling mendoakan.

Dosen mendoakan agar mahasiswanya sukses membuka lapangan kerja, mahasiswa mendoakan dosennya agar selalu sehat dan bersemangat dalam mentransformasikan ilmu pengetahuannya.

Jika berhasil sampai pada kondisi yang demikian, dengan sendirinya akan tercipta atmosfer belajar yang kondusif. Dilingkupi dengan spirit kebersamaan, memiliki "sense of belonging" terhadap kelas. Dilengkapi pula dengan upaya mencapai kecerdasan spiritual.

Peserta didik yang aktif, kooperatif, betah di dalam kelas, pengajar yang ramah, ikhlas, penuh humor tapi juga tak menjadikan kelas layaknya "reality show" komedi. Bahkan kadang bisa memunculkan rasa haru dan sedih di dalam kelas. Terbawa suasana yang dibentuk bersama-sama.

Berawal dari niat murid yang lurus untuk menuntut ilmu, dan guru yang ikhlas mengabdikan ilmu. Saatnya meramaikan dunia pendidikan dengan sebanyak mungkin hal positif. So, yuk menjadi class generator, pembangkit semangat di dalam kelas. Sebab amat sangat tak menarik bila menjadi pengajar yang membuat kelas menjadi horor.

Salam literasi
Medan, 06 Agustus 2018

Posting Komentar untuk "Class Generator, Menjadi Pengajar Yang Tidak Horor"