Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

99 Inspirasi Harian: Berpikir Positif (1)


Sumber: pribadi/Tangga Seratus, Sibolga

Mengapa kita perlu memiliki pikiran yang positif? Banyak hal yang mesti disikapi dalam keseharian hidup kita. Dimulai dari terbukanya mata di waktu subuh, sampai terpejam saat tidur di malam hari. Bisa jadi komunikasi dengan suami atau istri, orang tua, anak-anak, tetangga, rekan kerja, dan sahabat.

Bisa pula karena desakan ekonomi, sementara pengeluaran bulanan menanti penyelesaian. Seperti tagihan air, listrik, telepon, spp anak-anak, biaya transportasi, biaya kesehatan, dana tak terduga, kebutuhan belanja dapur, dan liburan. Jika kurang bijak mengelola emosi menghadapi semuanya dapat dipastikan muncul tekanan jiwa (stress).

Bukan sekali dua kita saksikan di televisi ada orang yang gantung diri, atau melompat dari gedung pencakar langit, hingga yang menabrakkan diri di keretaapi. Salah satu dari sekian banyak penyebabnya adalah sulitnya memandang segala sesuatu dengan pikiran positif.

Penyebab Munculnya Pikiran Negatif

Menulis tentang berpikir positif, bukan berarti saya telah benar-benar terbebas dari pikiran negatif. Justru dengan membaca kemudian menuliskannya, sebagai salah satu upaya saya untuk mengingatkan diri sendiri (self reminder).

Enam tahun lalu saya membeli sebuah buku bergizi. Terapi Berpikir Positif karya Dr. Ibrahim Elfiky. International best seller! Penulisnya adalah seorang motivator muslim dunia dari Mesir.

Waktu itu saya butuh referensi karena sedang menulis artikel tentang Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi bagi Mahasiswa Baru. Artikel itu dimuat di media massa lokal.

Saya masih ingat salah satu quote yang saya kutip dari buku itu. Tak akan ada yang dapat menghentikan orang yang bermental positif untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya, tak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat membantu seseorang yang bermental negatif.

Kekuatannya ada di mental. Semuanya bisa dicapai kalau titik awalnya positif. Meski dihalangi sekian banyak rintangan, namun karena dihadapi dengan positif, tujuannya tetap dapat digapai.

Lain hal misalnya, jika hal yang mudah sekali meraihnya tetapi karena telanjur bermental negatif, akhirnya tujuan yang mungkin telah dekat, tidak dapat diraih.

Ada tiga hal menurut Ibrahim Elfiky pembunuh pikiran positif yang harus dihindari. Pertama, mencari kesalahan orang lain. Kedua, suka mengritik orang lain, dan yang ketiga, membanding-bandingkan.

Truk tronton di seberang jalan lebih mudah kelihatan ketimbang (maaf) sisa cabe dari sambal yang nempel di gigi. Tentu saja itu cuma analogi. Untuk itu diperlukan cermin agar bisa melihat kesalahan diri sendiri terlebih dahulu.

Seringkali kita lebih mudah mencari kesalahan orang lain tanpa menyadari bahwa kita pun memiliki kesalahan yang harus diperbaiki. Ternyata, sibuk dengan kesalahan orang lain, pikiran positif kita pelan-pelan dimatikan.

Melihat kesalahan orang lain, kita lantas mengritiknya habis-habisan. Tak tanggung-tanggung, terkadang melupakan etika mengritik. Hal ini jelas tidak baik jika kita berniat ingin memelihara pikiran positif.

Disadari atau tidak, selalu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain membuat diri lupa bersyukur. Lalai akan begitu banyak nikmat yang telah diterima. Akhirnya terus menerus merasa kekurangan. Inilah yang menendang jauh-jauh pikiran positif.

Senada dengan Ibrahim Elfiky, Novelis kenamaan Tere Liye Darwis memberikan tips menyelesaikan masalah di fanpage-nya. Pertama, sederhanakan masalah. Kedua, tetap berpikiran positif. Bahkan untuk situasi yang sangat negatif sekalipun, katanya, berpikir positif bisa membantu. Dan yang ketiga, belajar melepaskan. Mungkin kalau bisa diinterpretasikan, ikhlas.

Beberapa waktu lalu saya mengalami dan mencoba mempraktikkannya. Awalnya saya pikir ah, teori. Paling juga kembali berpikir negatif lagi.

Ternyata berpikir positif memberikan banyak keuntungan psikis bagi diri sendiri. Waktu itu saya ada jadwal mengajar di hari Senin. Dari hari Sabtunya, saya sudah menekankan pada ART yang menjaga anak saya, untuk datang seperti biasa pada pagi hari sebelum saya berangkat ke kampus.

Namun apa yang terjadi, dengan gampangnya via telepon waktu saya menghubunginya, dia mengatakan sedang dalam perjalanan keluar kota bersama keponakannya. Katanya sekalian ikut berobat di sana.

Waduh, bagaimana ini. Sebentar lagi saya mesti berada di depan kelas. Semester ganjil baru saja berjalan dua pekan. Mahasiswa sedang semangat-semangatnya, eh dosennya tidak masuk. Pikiran saya sempat kalut. Membayangkan harus menyesuaikan jadwal kuliah pengganti lagi dengan mahasiswa. Jelas lebih mudah mengikuti waktu yang telah ditetapkan fakultas.

Seketika saya mengingat tiga hal pembunuh pikiran positif dari Dr. Ibrahim Elfiky dalam masterpiece-nya Terapi Berpikir Positif. 1). Mencari kesalahan orang lain, 2). Mengritik orang lain, dan yang ke-3, membanding-bandingkan. Pertama, untuk apa saya mencari-cari lagi kesalahan ART saya. Toh tak mengubah keadaan apa pun. Dia sudah pasti tidak bisa datang hari ini. Yang ada saya jadi tambah jengkel, bikin pusing sendiri dan merugikan kesehatan.

Kedua, besok saat dia datang saya pikir kurang bermanfaat kalau saya mengritik, mempermasalahkan ketidakhadirannya yang mendadak tanpa konfirmasi sehari sebelumnya. Memang sih, kalau dia memberitahu terlebih dahulu, bukankah saya masih bisa mencari alternatif orang yang menjaga anak saya untuk sehari saja. Adik kandung saya, misalnya. Meskipun dia sedang punya bayi juga, dengan repot yang beda tipis dengan saya, tapi saya sangat percaya menitipkan anak padanya.

Justru karena ART tidak terampil berkomunikasi dengan baik, makanya dia jadi seorang ART sampai sekarang. Andaikan dia memahami fungsi koordinasi, wah mungkin dia sudah jadi seorang staf di perkantoran. Saya tersenyum sendiri membayangkan ART saya pakai seragam blazer jadi pegawai kantoran. Pikiran yang usil tapi cukup untuk menghibur diri. Besok cukup diberitahu dengan santai saja.

Ketiga, berusaha tidak membanding-bandingkan ART saya yang sekarang dengan yang dahulu. Untuk apa, tak ada gunanya. Toh yang lama itu meski dipuji setinggi langit, nyatanya dia tidak bisa membantu saya saat ini. ART sekarang meski kadang bersikap spontan dan sesukanya seperti ini, tapi kehadirannya di tiap pagi mampu membuat saya tersenyum lega.

Belajar Melepaskan

Biarlah saya dan mahasiswa mencari waktu kuliah pengganti. Semoga ART saya yang sedang keluar kota dalam rangka pengobatan lututnya yang suka sakit katanya, bisa sembuh dan bekerja kembali seperti biasanya.

Jadi terkenang beberapa baris kata yang saya stabilo dari sebuah buku lama, Purnama Madinah. Di dalamnya ada kisah shahabiyah, Ummu Salamah. Intinya ketika ditimpa suatu musibah, ada tiga hal yang sebaiknya dilakukan. Pertama, ucapkan innalillahi wa inna ilaihi raaji'un, kedua, minta pada Allah SWT diberikan hikmah dari kejadian yang menimpa, dan yang terakhir, minta diberi ganti yang lebih baik lagi. InsyaAllah hati jadi lebih tenang.

Saya mencoba membuang semua kekesalan yang ada dan berusaha tersenyum. Menjaga kewarasan, memelihara kesehatan. Ternyata dari contoh kecil demikian, saya merasakan efek dahsyat berpikir positif. Saya yang terkadang cenderung emosional, mampu menaklukkan pikiran negatif kali ini.

Rasanya bahagia, lepas, dan tuntas. Mungkin ini yang dimaksud Tere Liye dengan 'belajar melepaskan'. Saya terjemahkan menjadi ikhlas. Pasti ada sederet hikmah di baliknya. Relator kelas terdengar bersorak gembira saat saya hubungi perihal ketidakdatangan saya mengajar mereka. Membuat satu kelas mahasiswa bergembira juga berpahala, kan hehe...

Sesekali tak apa mereka cepat pulang ke rumah setelah dari pagi kuliah terus. Dan yang paling menyenangkan adalah senyum lucu, lugu dan menggemaskan dari bayi saya karena bisa bersama-sama terus dengan saya seharian.

#Day1
#99InspirasiHarian
#Mybook

6 komentar untuk "99 Inspirasi Harian: Berpikir Positif (1)"

  1. Berpikir positif akan membuat kita lebih waras ya mbak. Lagi belajar untuk selalu positif juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, palagi di jaman now ini penting sekali stay positive dan tetap waras. Thanks udah mampir ya Kak

      Hapus
  2. Pelajaran berharga buat saya, 1, Innalillahi Wa inna ilaihi rajiun.
    2. Minta diberi hikmah
    3. Minta ganti yang lebih baik.

    Makasih kak mia ♥♥♥

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama" yaa kak icha.. thanks udah mampir n komen

      Hapus
  3. Tipsnya oke banget deh, berpikir positif wajib ya kalau mau tetap waras di jaman now, hahahh

    BalasHapus
  4. Bagus dan sangat menginspirasi mba mia... Suka de bacanya

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.