Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jurnal Bahagia Di September Ceria (2)


Hai, Teman-teman... ketemu lagi dengan sambungan jurnal bahagia yang kemarin yaa... Kebetulan saya cuma nulis jurnalnya sampai 14 hari. Insyaallah syukur dan bahagianya setiap hari dan tidak hanya di bulan September tapi di sepanjang tahun di sepanjang usia.

jurnal syukur jurnal bahagia Nurhilmiyah
Dua dari dua bagian tulisan
 8 September 2019: Selamat Hari Bahagia, Kak La dan Bang Haris

Dokpri
Hari ini kami sekeluarga besar berkumpul di rumah kakak kedua suami saya, dr. Hj. Zainab Mahyuni, Kepala Puskesmas Medan Selayang. Putri sulung Kak Yun dan Bang Dasri, Safira Nurul Aini, S.Psi, dikhitbah oleh keluarga Muhammad Haris Fadhilah, S.Psi. Acara berlangsung khidmat ditandai dengan bertukar tepak sirih, keluarga pria menyerahkan berbagai seserahan, uang hantaran, dan segala pernak-pernik yang dikemas unik untuk dipersembahkan kepada si calon mempelai perempuan.

Ada hal menggelitik yang sempat saya ingat. Pantun jenaka yang dibawakan para telangkai Melayu pembawa acara. Banyak pantun yang lucu, antara lain seperti ini:
Kabarnya bunga Tuan bunga Jauhari
Hidungnya mancung macam Anjeli
Wajahnya mirip Bunga Citra Lestari
Bintang Sinetron di RCTI
Wkwk, spontan saja karib kerabat yang mendengar tertawa semua. Masyaallah demikianlah adat resam tetap dilestarikan sampai sekarang ya. Menambah semarak acara, menabur kebahagiaan. Semoga lancar sampai ke hari H yaa, Kak La dan Bang Haris... Mudah-mudahan kalau ada pembaca yang masih sendiri, segera bertemu dengan jodohnya. Agar hidup semakin berwarna, beraroma bahagia. Amin.

9 September 2019: Sang Penentu Kebahagiaan 

Siapakah yang menentukan kebahagiaanmu? Allah SWT, okay, sudah jelas. Namun siapakah yang turut andil menentukan kebahagiaan itu? Apakah orang tua, kakak, adik, sahabat, tetangga?

Jawabannya diri kita sendiri. Sebab porsi terbesar yang memutuskan kita ingin bahagia atau tidak ya diri kita. Sekalipun hate speech yang dituduhkan orang, kalau memang tidak benar, maka ia akan pudar oleh fakta.

Sebaliknya meskipun puja-puji yang orang sampaikan, namun bila diri kita memang sulit untuk dibahagiakan, tetap saja terus mencari dark side-nya. Maka mengambil kendali sepenuhnya atas kebahagiaan diri sendiri adalah yang terbaik jika ingin selalu merasakan bahagia.

10 September 2019:  Keep Smiling 😊

keep smiling-senyum-smile
Dokpri
Katanya kalau sering-sering marah bisa bikin cepat tua. Lalu, kalau kerap tersenyum juga kerutan datang lebih dini. Ahh masa' iya? Iyess! Menurut dokter kulit, senyum dan tertawa menyebabkan kontraksi pada kulit wajah. Saat senyum otot wajah akan tertarik dan berlipat-lipat hingga jika terlalu sering tertawa dan tersenyum, wajah kita kan tampak lebih tua dari usia.

Dokter menyarankan agar tersenyum dan tertawa sewajarnya saja. Tidak terlalu ngakak seperti wakakakak 🤣🤣🤣🤣. Hal ini sejalan pula dengan hadits Rasulullah SAW: “Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Tirmidzi)

Memang ya, kalau yang namanya terlalu sudah masuk kategori berlebihan. Dalam bahasa Inggris kira-kira diwakili oleh "too much". That's negative connotation. Kalau saya pribadi sih sepakat ingin tetap tersenyum dan tertawa. Asal masih dalam kadar yang normal. Sesuai konteks dan topiknya, 😊😊

Sebab sejalan juga dengan sabda Nabi Muhammad SAW seperti ini: “Senyummu di hadapan saudaramu adalah (bernilai) sedekah bagimu“ (HR. At Tirmidzi)

Karena wajah cerah yang kita tampilkan pada orang terdekat, sahabat dan rekan serta siapa saja, asal niatnya untuk menebar kebaikan, insyaallah membawa kebermanfaatan. Sharing kegembiraan, menularkan kebahagiaan.


11 September 2019:  Bahagia Bukan Tentang Harta

 
jurnal bahagia di september ceria
Sumber: Pondok Tadabbur

Kalau orang yang punya banyak kekayaan dikatakan sebagai orang yang paling berbahagia, mengapa terdengar juga orang kaya yang bunuh diri. Tak bisakah uangnya yang nolnya berderet itu membuatnya selalu berbahagia? Maka benarlah yang disebut Aid Al Qarni dalam karyanya La Tahzan for Women (130 Cara Menikmati Hidup, Kapanpun, Di manapun dan dalam Kondisi Apapun), bahwa "Kebahagiaan Tidak Dapat Dibeli dengan Uang"

Saya dan suami sesekali iseng mengomentari rumah orang yang kami lewati kalau sedang melintas. "Wah besar ya, rumahnya...tapi sepi. Btw, gimana bersihinnya ituh," celetuk saya langsung to the point ke urusan teknis sehari-hari. "Hmm, paling juga orangnya gak ada di rumah. Sibuk terus, perjalanan bisnis keluar negeri. Atau... Mungkin sedang sakit terbaring di tempat tidur," sambung suami saya.

Spontan saya terdiam. Harta yang dikumpulkan sedari muda ternyata belum cukup menjadi jaminan akan bisa dinikmati di hari tua nanti. Wallahua'lam. Tapi sudahlah, untuk apa memikirkan hal yang belum sampai waktunya.

Kebanyakan orang stress sebab dua hal, memikirkan masa lalu dan mencemaskan masa depan. Sebaiknya jalani masa sekarang dengan syukur dan sabar. Insyaallah momen sekecil apapun akan dirasa bahagia. Sekali lagi, potret nyata terbentang di hadapan mata, bahagia itu bukan soal harta.

12 September 2019:  Rona Bahagia Di Wajah Kami 

bahagia-di-pesantren
Santriwari Raudhah/ Dokpri
Semalam putri sulung kami yang di pesantren minta diuruskan permisi pulang. Kondisi diare membuatnya sangat tidak nyaman meski di ma'had tersedia klinik rawat inap untuk santri yang sakit.

Di rumah, setelah minum obat ia tertidur lemas beristirahat seharian di kamar. Paginya ba'da subuh ia terlihat mulai bercakap-cakap dengan Ririn, dan bercanda menggoda Rausyan kecil. Alhamdulillah si kakak sudah sembuh, senang sekali melihatnya ceria.

Tapi sepertinya faktor kesembuhan Rara ini bukan karena obat dan rehat semata. Ya, selain doa saya ibu yang paling penting, juga karena suasana rumah. Kemungkinan besar anak mbarep kami ini homesick alias rindu rumah.

Menatap rona bahagia di wajah remajanya membuat hormon dophamin dalam tubuh saya turut meningkat. Alhamdulillah wa syukrulillah, terima kasih ya Allah atas nikmat berjumpa, berdekatan, curhat dan memeluk anak pertama kami ini. Kami merasakan hal yang sama. Kerinduan yang sulit diwakili oleh kata. Nyatanya, terepresentasi oleh rona bahagia.

13 September 2019:  Bahagia Berada di Majelis Ilmu 

 
majelis taklim ibu-ibu
Pengajian Ibu-Ibu/Dokpri
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan “Allah SWT menjadikan ilmu bagi hati laksana air hujan bagi tanah. Sebagaimana bumi tidak akan hidup kecuali dengan curahan air hujan, maka demikian pula, tidak ada kehidupan bagi hati kecuali dengan ilmu.”

Mendapati diri kembali turut memakmurkan majelis pengajian ibu-ibu di belakang rumah, rasanya hati semakin tenang. Semilir angin sepoi-sepoi menerpa kami namun tidak membuat berpasang mata yang hadir di sana lantas mengantuk.

Hari ini jadwalnya Tafsir Quran. Setelah Jumat lalu kami mengkaji tauhid. Empat pekan dengan empat ustaz yang berbeda, sesuai kompetensi keilmuan agamanya. Ada rasa haru melihat ibu-ibu yang rerata seusia almarhumah ibunda saya. Namun jangan ditanya semangatnya menuntut ilmu agama, yang muda-muda pasti kan kalah.

Wajah-wajah yang bersemangat bertanya soal agama kepada sang guru. Saya malu jika Jumat sore ini saya lewatkan saja dengan tidur siang. Sementara tak ada udzur yang mengharuskan saya tetap berdiam di rumah. Rugi rasanya membiarkan majelis ilmu ini berlalu begitu saja. Insyaallah atmosfer kebaikan terasa sampai ke dalam dada.

Sore ini Tafsir surah Al Baqarah ayat 282 kembali meneguhkan. Setidaknya ada tiga tuntunan. Pertama, sebagai seorang penulis, tulislah kebenaran. Kedua, hindari menulis yang akibatnya bisa menyulitkan (diri sendiri/orang lain). Ketiga, jadi penulis haruslah bertakwa kepada Allah SWT. .

Agar hasil tulisan-tulisan itu menjadi berkah, membawa manfaat dan kebahagiaan bagi orang banyak. Sungguh saya berbahagia, bisa senantiasa bersama orang-orang bervisi sama. Menempatkan bahwa mencari ilmu itu sesuatu yang penting.

Ibarat teko yang selama seminggu ini menuang dan menuang terus. Maka khusus Jumat sore saya berubah menjadi gelas. Mengosongkannya dan siap menampung ilmu agama. Belajar dan mereguk kebahagiaan bersama di majelis taklim.

14 September 2019: Bahagia Melihatnya BISA



Rara si kidal yang sering juara gambar
Saat sedang ikut kompetisi gambar antarsekolah/ Dokpri
Namanya Nafila Zahra, kami menyapanya Rara. Anak pertama dari empat bersaudara. 24 Desember 2019 nanti insyaallah usianya genap 14 tahun. Orangnya pendiam, bertolak belakang dengan ibunya yang cerewet ini.

Sejak usia 8 bulan Rara sudah suka mencorat-coret di atas kertas. Saya sering menyisihkan eks makalah mahasiswa yang sudah dinilai untuknya. Rara senang sekali, bagaikan memperoleh harta karun jika saya menghadiahinya tumpukan kertas itu.

Namun lama kelamaan hobi menggambarnya ini saya anggap sudah mengganggu. Sebab buku PR-pun tak luput dari "serangan" pensil gambarnya. Semua berisikan manga, anime, komik dan kartun khas Jepang. Saya menegurnya dan ia yang lebih banyak diam itu hanya tergugu, membisu. Menurut saya waktu itu, Rara mesti jadi anak juara. Seperti saya saat SD dulu. Pemegang rangking 1 bertahan dari kelas 1 sampai kelas 6.

Perlahan seiring bertambahnya wawasan parenting saya tak lagi memaksakan Rara harus juara di segala bidang. Secara akademis Rara tetap berada di deretan sepuluh besar. Namun prestasi menggambarnya luar biasa. Kini ia 10x memenangi perlombaan gambar di pesantrennya. Termasuk hasil desain gamis yang akan kami pakai insyaallah di pesta pernikahan kakak sepupunya.

Waktu itu saya bertanya dress model seperti apakah yang akan ia kenakan. Tanpa banyak komentar, ia langsung mengambil pena, mencorat-coret dalam sekejap, dan jadi. Sebuah gamis yang simpel tapi manis. 


hasil karya Kak Rara
Dokpri
Ah, Rara... Maafkan Umi yang dulu pernah menggenjot belajar kakak demi sebuah predikat juara. Ternyata semua itu tak perlu. Ikan tak perlu diajari memanjat. Seperti juga burung tak memerlukan bimbingan untuk pandai berenang. Yang semestinya dilakukan adalah "meninggikan gunung", bukan meratakan lembah.

Alhamdulillah, saya sangat bangga dan bahagia. Bahagia melihat Rara bisa, dengan kemampuan yang dimilikinya.


Demikian jurnal bahagia 14 hari di September Ceria tahun ini, sampai jumpa di jurnal bahagia September Ceria tahun depan yaa... semoga ada satu-dua kisah yang bisa turut menularkan bahagia pada pembaca.

20 komentar untuk "Jurnal Bahagia Di September Ceria (2)"

  1. Bersyukurlah maka Anda akan bahagia... thnks infonya mbak

    BalasHapus
  2. Uwoooow dunia ini semua dunia ya kak. Jangan dipaksakan kali hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yg mana yg maksa rupanya ya....

      Hapus
    2. Bahagia bukan hanya harta, maksudnya ngatain ke diri sndiri, jd kita hidup tuh ga boleh maksain kali gt ya kak mikir harta mulu. Gak bilang yg mana2 huhu maapkan dakuuu kak mia :(

      Hapus
    3. Hihii...betul ugak. Santuuy Elsa

      Hapus
  3. Alhamdulillah september ini hal2 baik dapat terlaksana ya kak, semoga bulan depan pun begitu..duh awak malu sama kk masih bisa ikut pengajian ini itu, masih seimbangkan urusan dunia dan akhirat, ya kan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah senangnya berteman sm org yg slalu poting, hehe

      Hapus
  4. Waaah oret oret an rasa keren yaaa berbakat sekali...
    #gagalfokus hahahha

    BalasHapus
  5. Jurnal syukur ini membuat kita sadar ya kak, bahwa harta bukan satu-satunya hal yang membuat kita bahagia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyepp, harta sebenarnya itu anak² yg saleh/salehah, yg mendoakan kita kl kelak tiada

      Hapus
  6. Ternyata yang menjadikan kita bahagia itu diri kita sendiri ya kak. Dengan bersyukur atas apa yang dikasi Allah ke kita. Btw, desain gamisnya cantik sekali. Semoga kelak bisa jadi desainer muslimah masa depan ya nak.

    BalasHapus
  7. Salfok sama kak Rara umi banget wajahnyaaa
    Dan btw sakit anak Ma'had itu lebih sering homesick kak, 50% sakit beneran, 50% mau pulang, jadi jangan tawarin rawat di klinik langsung bawa pulang aja hahahaha
    *Pengalamanpribadi 😂

    BalasHapus
  8. Koq makin keren isi blog kk ini hehehe. . Mau donk dibuatin desain baju sama kak rara

    BalasHapus
  9. Bener kak bahagia itu bukan cuma soal uang. Semua hal bisa membuat kita bahagia dengan kunci bersyukur

    BalasHapus
  10. Wah designnya bagus sekali..
    Ngegambarnya udah pro...

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.