Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Physical Distancing, Jaga Jarak Fisik Demi Kebaikan Diri Sendiri

Tampaknya Corona Virus Disease (Covid-19) belum mau pergi dari bumi Indonesia. Bahkan diberitakan memasuki bulan April, Corona memasuki masa puncaknya menjangkiti manusia.

Hal ini sangat perlu diantisipasi mengingat tingginya angka kematian akibat virus yang menular ini. Namun kita tak perlu terlalu cemas menghadapi semua ini. 

Rasanya baru saja pekan lalu akrab di telinga kita mengenai social distancing sebagai salah satu cara memutus rantai penularan Covid-19.

Istilah Social distancing yang diartikan sebagai pembatasan sosial di antara masyarakat baru-baru ini dikoreksi oleh WHO (World Health Organization).


pencegahan virus corona
Physical Distancing / Liputan6



WHO secara resmi mengumumkan mengganti frase social distancing menjadi physical distancing Jumat 20 Maret 2020 lalu. Hal ini dimaksudkan lebih menegaskan kepada masyarakat untuk tidak salah mengartikan seruan WHO tersebut.

Banyak yang memaknai pembatasan sosial dengan memutuskan kontak dengan keluarga atau menarik diri dari hubungan pertemanan. 

Menurut saya, physical distancing ini sama saja tujuannya dengan social distancing. Sama-sama harus membatasi dan menjaga jarak dengan orang lain. Hanya saja physical distancing lebih lugas, langsung menunjukkan tentang jarak fisik.

"Physical distancing, menjaga jarak fisik secara aman dengan orang lain, 1 sampai 3 meter, terutama dengan orang yang sedang batuk atau bersin."

Maka dengan istilah yang lebih jelas ini, physical distancing, menjaga jarak fisik diharapkan memberikan pemahaman yang tepat bagi warga dunia dalam mencegah penularan Covid-19.

Setiap orang mestinya sadar bahwa dirinya bisa saja menjadi virus carrier (pembawa virus) bagi orang lainnya.

Per 31 Maret saja sudah seribu limaratusan orang terinfeksi Covid-19, hanya 81 orang yang antibodinya menang melawan virus, sementara seratus tigapuluhan orang meninggal dunia. Ini data rincinya:

Pencegahan penularan Corona
GWA Dosen Fahum Umsu

Menurut yang diumumkan WHO di situs resminya, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mencegah penularan virus Corona: 

1. Cuci tangan Anda sesering mungkin

Mencuci tangan secara teratur dan menyeluruh dengan menggunakan sabun atau alkohol selama minimal 20 detik di bawah air mengalir serta menggosok-gosokkan tangan.

Mengapa hal ini penting dilakukan sebab jika virus ada di tangan maka mencuci tangan sesuai petunjuk dapat membunuhnya.

2. Pertahankan jarak fisik satu sama lain

Sebaiknya mengambil jarak 1 sampai dengan 3 meter untuk menghindari siapa saja orang yang sedang batuk atau bersin. Ketika seseorang batuk atau bersin, mereka menyemprotkan droplet (tetesan cairan kecil) dari mulut dan hidung yang mungkin saja mengandung virus Corona.

Jika kita berada di posisi yang cukup dekat dengan orang batuk/bersin maka besar kemungkinan akan menghirup droplet yang sedang melayang-layang di udara.

3. Hindari menyentuh bagian hidung, mata dan mulut

Tangan dapat menyentuh apa saja sehingga dikhawatirkan mempercepat pindahnya virus dari permukaan yang disentuh tangan ke hidung, mata dan mulut. Ketiga bagian tubuh ini merupakan pintu masuk bagi virus untuk membuat Anda sakit.

4. Taati etika batuk atau bersin

Tutuplah hidung dan mulut saat batuk/bersih dengan tisu, lebih aman lagi dengan menggunakan masker. Buanglah tisu atau masker yang sudah menampung droplet tersebut ke tempat sampah. Jangan sembarangan meletakkannya di mana-mana atau lupa membuangnya. 

Miris sekali kita dapati info yang mengatakan bahwa ada online shop yang menjual kembali masker bedah bekas pakai. Apakah ini diperoleh dari pemulung yang menemukannya di tempat-tempat sampah.

Semestinya tidak boleh demikian. Maka sarannya gunting-guntinglah terlebih dahulu masker bekas pakai Anda agar tidak disalahgunakan oknum yang tidak bertanggung jawab.

5. Lakukan ini jika terserang demam, batuk dan kesulitan bernapas:

a.  tetap di rumah jika merasakan tiga hal tersebut
b. telepon dokter terdekat di lingkungan Anda, nantinya akan diarahkan ke faskes (fasilitas kesehatan) yang biasanya sudah paham tentang langkah-langkah menangani penyakit ini di masa wabah Covid-19 sekarang ini. Dua hal ini membantu mencegah meluasnya virus ke orang dan tempat lainnya.

6. Tetap perbaharui informasi dari otoritas nasional dan lokal

Sebisa mungkin jangan mempercayai info-info tentang Covid-19 yang marak bersliweran dibagikan melalui pesan WhatsApp. Saking melimpahnya informasi sampai-sampai kita sulit membedakan mana info yang benar dengan yang cuma hoaks.

Hal ini membuat resah dan tentunya tidak baik bagi kesehatan, sebagaimana yang dituliskan Bayu Fitri. Sebaiknya update berita COvid-19 dari WHO atau Kementerian Kesehatan RI. Tentunya pemberitahuan dan informasi dari kedua sumber tersebut tidak main-main dan kita bisa mengakses langsung dari situs resminya. 

Physical Distancing itu untuk kebaikan diri sendiri juga

Jelas terlihat di poin nomor dua menekankan pada physical distancing, kan. Sedapat mungkin menjaga jarak fisik antara orang yang satu dengan yang lainnya. Tidak membuat kerumunan, kegiatan kumpul-kumpul yang melibatkan banyak orang.

Kita tidak bisa menjamin semua orang belum tertular Covid-19 sebelum ada hasil tes yang membuktikannya. 

pencegahan penularan virus Corona


Jika masih terlihat sehat bukan berarti ia seratus persen sudah aman dari Covid-19. Mungkin sistem imun tubuhnya dalam keadaan baik sekali sehingga meskipun terjangkit virus, setelah tujuh hari antibodi tubuh otomatis meningkat guna melawan virus Corona.

Bagaimana dengan orang yang sistem imunnya lemah? Inilah yang mesti dikhawatirkan sebab bisa menyebabkan kematian. 

Maka menerapkan cara-cara di atas sebenarnya adalah berbuat baik untuk diri sendiri. 

1.  Menjaga jarak fisik

Menerapkan physical distancing adalah suatu kebaikan yang harus kita dukung penuh. Dengan masing-masing menjaga jarak ideal 1-3 meter, maka akan menghambat penularan Covid-19. Hal ini pun merupakan kebaikan yang sangat terasa efeknya ke diri sendiri juga.

Kita berusaha menjaga jarak fisik untuk membantu orang lain agar tidak terkena virus, sebenarnya itu murni kebaikan buat diri sendiri pula.

2. Ketika batuk/bersin menutup hidung dan mulut dengan tisu

Kesannya kita seperti berbuat kebaikan buat orang lain, saat kita yang bersin, dengan menutup hidung dan mulut dengan tisu. Namun siapa sangka jika secara tak sengaja orang di dekat kita batuk lalu ia pun melakukan hal yang sama seperti yang kita lakukan.

Ia menghindarkan droplet yang dihasilkannya terhirup oleh kita. Maka kebaikan itu jelas untuk diri kita sendiri kan. Meskipun berbeda ruang dan waktu, misalnya.


"Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri... " QS. Al Isra' ayat 7

#Stayathome
#keephealth
#alwayspraying



















55 komentar untuk "Physical Distancing, Jaga Jarak Fisik Demi Kebaikan Diri Sendiri"

  1. Istilah physical distancing sebetulnya mirip2 dengan social distancing, hanya physical distancing lebih direkomendasikan oleh WHO. Tapi yang lebih viral justru social distancing. Contoh: Olahraga individu tanpa menyentuh alat olahraga untuk umum di ruangan terbuka jauh dari zona merah Corona lebih aman daripada olahraga indoor seperti fitness. Karena kita tidak tahu siapa saja & kondisi kesehatan yang memegang alat fitnes

    BalasHapus
  2. Betul sekali Pak,, lebih baik olga jalan kaki saja daripada pegang² fasilitas alat olga umum apalagi di gym ya

    BalasHapus
  3. Dan setelah semua langkah itu diketahui, kesadaran diri juga penting. Terkadang ada yang yah meremehkan. Padahal semua itu untuk kebaikan pribadi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haishh di tempatku masih banyak yg menyepelekan Mbak,, huhuu

      Hapus
    2. Nah iya, kesadaran diri memang harus ditingkatin banget. Awalnya ini susah juga di daerahku, mak. Masih banyak yang ngeyel. Sampai akhirnya nambah lagi yang positif, baru kemudian mau menaati. Rasanya gemas banget.

      Hapus
  4. Himbauan tersebut adalah demi kebaikan kita. Maka harus kita dukung dan kita patuhi. Sehingga nantinya bisa menghentikan penyebaran wabah virus corona.

    BalasHapus
  5. Teorinya mudah utk Physical distancing ini ya, tapi prakteknya (terutama bg kami yg masih hrs bekerja setiap hari) tidak semudah itu. Benar2 harus diingat dan diupayakan. Tapi sulit bukan berarti mustahil, jadi meski sulit tp kita tetap berusaha menerapkannya.

    BalasHapus
  6. Semoga kondisi ini segera berlalu. Tapi akan lama berakhir jika masyarakat nya tidak nurut alias keras kepala. Egois. Jadinya greget!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malah ada yg nantangin mau nelan Corona Mbak, huhuu

      Hapus
  7. Menurut saya physical distancing semakin bagus ya, Mbak Mia,karena mempertegas. Dulu kan hanya dibilang jaga jarak, nah sekarang dipertegas jaraknya 1-3 meter. Dan jujur saja, saat ini saya lebih bawel di rumah. Terus mengingatkan seluruh anggota keluarga. Misalnya bersin tutup hidung, rajin cuci tangan, jangan lupa minum madunya hahaha.
    Semoga virus corona segera berakhir ya, Mbak. Aamin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus Mas...krn kita sayang sm keluarga tho

      Hapus
  8. Masih gemes sama orang yg masih suka berkerumun..pnya nyawa banyak kali dia ya hehehe apapun istilahnya emang balik lagi ke diri sendiri mau menerapkan atau tidak. Mau peduli dengan kesehatan orang lain atau Tdk. Padahal aturan social distancing maupun physical distancing ya untuk kebaikan bersama juga ya .Jadi yg TDK mentaati sebenernya rugi sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pastinya dong... merugikan dirinya sendiri kan ya

      Hapus
  9. Physical distancing.. Saya lebih suka istilah ini daripada social distancing, karena kalau yang dibatasi cuma fisiknya saja akan lebih mudah buat kita. Jadi kalau lagi olahraga pagi masih bisa saling tegur sapa dengan tetangga.. meski tetap harus ingat jaga jarak.. Semoga fase ini segera berlalu deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak,, yg social distancing sudah ditarik ama WHO

      Hapus
  10. Semoga keruwetan karena korona segera berlalu.Mudah menjaga jarak fisik kalo kita tinggal di kebun jauh di balik gunung.Tetangga terdekat mungkin berjarak 2 km.Tapi di kota,kita terpaksa berkerumun di kendaraan umum,di toko ,di pasar bahkan saat stop dilampu merah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itulah, gak mungkin dong mau belanja sayuran di warung nunggu buibunya pada sepi, bakal gak kebagian ikan segar huhuu

      Hapus
  11. Saya lebih sepakat dengan istilah physical distancing ketimbang social distancing. Jaga jarak secara fisik bukan berjarak secara sosial. Meski mungkin maksud social distancing ini adalah imbauan untuk menghindari kerumunan, tetep aja substansinya ada jaga jarak secara fisik supaya tidak mudah terkena droplet dari mereka yang carrier atau sakit flu batuk biasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hati2 banget kl ada orang yg batuk/bersin di dekat kita ya Mbak, jaga jarak fisik

      Hapus
  12. Salah kaprah Physyical Distancing ini sangat dirasakan dimasyarakat desa, bisa jadi karena info yang didapatkan tidak lengkap, perlu kerja extra keras dari pemerintah untuk bisa mensosialisasikan himbauan ini, semoga wabah ini cepat berlalu dan kita kembali bisa berjabat tangan dan berpelukan hangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya, selama ini kan cuma dari mulut ke mulut saja, lagian saat disosialisasikan lewat TV, pd gak nonton x ya hehe

      Hapus
  13. Semoga wabah corona ini bisa segera berakhir yah. Dan buat yang masih harus keluar rumah diberikan kesehatan 😇

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin

      iya mbak, tukang angkut sampah sama driver ojol tetap wara-wiri tuh

      Hapus
  14. Adanya virus ini bikin kita jadi parno ya kak, ketemu orang juga kadang takut sendiri karena kita juga nggak tau org tsb bertemu siapa aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itulah pentingnya jaga jarak fisik ya Mbak

      Hapus
  15. Yang lebih menyedihkan masuk bulan puasa hingga lebaran nanti tidak akan seperti tahun-tahun sebelumnya. Pasti sangat sepi. Tapi demi virus pergi dari Indonesia, ya mau gimana lagi. Semangat jaga daya tahan tubuh dan taati di rumah saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huhuu... padahal iconnya Idulfitri itu bersalam-salaman ya

      Hapus
  16. Makasih infonya mbak. Bru tau klo istilah social distancing diganti. Kirain ada 2 macem distancing.. hehe kudet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 Mbasay... gpp kudet yg penting sistem imunnya oke hehe

      Hapus
  17. Sebagai tambahan, membuang masker selain tak boleh sembarangan sebaiknya ketika dibuang dipotong terlebih dahulu dan dibungkus kertas koran karena dikhawatirkan sudah terpapar virus berbahaya sehingga tidak disalahgunakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nahh dibungkus kertas koran ya Mbak Pri... noted

      Hapus
  18. Ooh udah diganti ya. Baru tau dari baca ini saya. Emang sih kesannya gimana gitu ya dengann sosial distancing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyes Mba Ida... jaga jarak lebih to the point ya

      Hapus
  19. Susahnya lagi mengingatkan masyarakat desa dilingkungan ku , bahkan keluargaku sendiri saja ngga semuanya sadar dengan physical distancing sampe geregetan berdebat biar sadar walaupun perdebatan bukan cara yang tepat ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau semua cara udah dilakukan, doain aja Mba Eva

      Hapus
  20. Istilah di atas itu harus dipahami masyarakat yang awam dengan bahasa sederhana. Social distancing yang bermakna menjaga jarak sosial terlalu jauh.
    Masih banyak orang yang akan mengeluhkan ketidakpahaman makna.
    Sekarang ganti dengan menjaga jarak fisik itu sepertinya lebih baik. Menjadi pengingat.
    Alangkah baiknya jika pemerintah memakai bahasa Indonesia untuk memperingatkan kepada masyarakat. Bahasa yang lebih membumi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayangnya "bahasa ibu" sudah lama dianaktirikan di negeri sendiri Mbak, orang tak lagi bangga dengan bahasa nenek moyangnya, huhu

      Hapus
  21. Kalau pas belanja ke tukang sayur langganan. Aduuhh ibu-ibu gak ada yang namanya jaga jarak. Pada uyel2an milih sayur 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, tadi aja saya belanja pake masker masih diliatin aja, soalnya pd nekat gak make...deket rumah ini ahaha

      Hapus
  22. Iya Mbak. Penting banget untuk menjaga jarak. Kami tiap hari juga berusaha tidak berdekatan secara fisik dengan non keluarga dalam satu rumah.
    Yang sulit itu saat belanja. Tak bisa batasi jarak.

    BalasHapus
  23. kadang gemes banget sama yang bersin atau batuk gamau ditutup, kadang kita kan juga enggak sadar ya, tiba-tiba udah bersin atau batuk aja, deuh gemes. makanya paling aman jaga jarak jadi kalo ada yg bersin atau batuk emang kitanya udah jauh-jauhan hehe

    BalasHapus
  24. Kalau saya paling susah itu nggak nyentuh wajah. Soalnya ada aja yang gatel kan. Kalau di rumah saya cuci tangan dlu sebelum garuk atau kalau sudah ga tahan ya pakai hand sanitizer aja 😁.

    BalasHapus
  25. Mata, hidung, mulut tuh kadang tiba-tiba gatal aja gitu kalau belum cuci tangan
    Pas udah cuci tangan eh ilang dong hahaha

    BalasHapus
  26. Masalahnya Enggak semua orang bisa kita kasih tahu begitu kak. Sedih banget sih bahkan pada keluarga sendiri aja kepada mertua, keponakan itu susah makan dikasih tahu. Dibilangin Jangan ke masjid untuk sholat eh pasti mereka marah-marah. Padahal di Balikpapan sendiri sudah lumayan banyak yang positif Jadi memang harus bener-bener berdiam diri di rumah.

    BalasHapus
  27. Semua itu karena korona, Memang menjaga jarak itu juga baik, apa lagi aku sering dan sudah terbiasa menjaga jarak apa lagi menjaga jarak aku dengan si Dia.

    semoga kita semua di jaga oleh Allah

    BalasHapus
  28. Yang bikin kesel itu kak, saat kita udah sadar melakukan semua langkah social/physical distancing tapi kita melihat ada orang yang melanggarnya. Misalnya ketika batuk, sembarangan banget buang sputum nya. Iiih gawat kali liat orang yang kayak gitu.. bagus lari aja kayak ketemu hantu..

    BalasHapus
  29. Bagi orang yang biasa bersosialisasi, physical distancing ini sulit banget Mbak, jalan terbaiknya memang #dirumahaja biar gak ketemu orang dan gak canggung kalau tiba-tiba jadi gak "friendly", hehe

    BalasHapus
  30. Sekarang kayak bank tempat duduknya juga diberi jarak aman.

    BalasHapus
  31. Waktu awal-awal COVID-19 merebak, posisi suami masih rutin pulang pergi ke kantor. Setiap dia pulang kantor, seisi rumah langsung heboh. Pokoknya si papa harus mandi dulu, tukar baju dulu dari ujung rambut sampai ujung kaki, baru boleh sentuh anak-anak. Kalo sekarang sangat lega karena dia work from home.

    BalasHapus
  32. Bener banget ya bagi yang awam.... Social distancing jadi jaga jarak dengan hubungan sosial padahal maksudnya jaga jarak fisik bukan silahturahim

    BalasHapus
  33. Untung segera dikoreksi ya, jika tidak khawatir salah paham masyarakatnya.

    Semoga covid-19 yang meresahkan ini lekas berlalu ya, supaya damai kembali kehidupan, dan aktivitas kembali berjalan lancar.

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.