Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sikap Kontraproduktif Saat Menulis Skripsi

Saat mengerjakan skripsi, seorang mahasiswa diharapkan mampu memiliki sikap-sikap yang positif dan konstruktif agar skripsinya cepat selesai. Sebab bukan tidak mungkin hanya gara-gara sikap yang salah, skripsi yang tinggal sedikit lagi mencapai garis finish menjadi gagal dan akhirnya tinggal judul saja.

Apa saja sikap-sikap kontraproduktif saat menulis skripsi yang perlu dihindari? Simak penjelasan di bawah ini:

Malas Membaca

Kata orang bijak, malas itu tidak ada obatnya. Karena jika semua sudah dijawab dengan malas, habis perkara. Orang yang mendengarkan pun tidak bisa berkata apa-apa lagi. Lalu bagaimana agar tidak dihinggapi rasa malas?

Temukan strong why mengapa Anda harus menulis skripsi. Ingin cepat berbakti pada kedua orang tua, ingin mendapat pengakuan dari teman seangkatan atau ingin memperoleh apresiasi positif dari calon istri/calon suami?

Tidak Punya Rasa Keingintahuan yang Besar

Idealnya seorang mahasiswa mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap isu hukum (untuk fakultas hukum, misalnya) yang diangkat di dalam skripsinya. Jika ia tidak memiliki ketertarikan terhadap judulnya berarti ada sesuatu yang salah dan mau tidak mau ia harus segera mengganti judulnya.

Ibarat mencari informasi tentang calon pasangan hidup di masa depan masa' sih tidak kepo dengan segala sesuatu terkait dengan si dia. Nah, harusnya demikian juga besarnya rasa penasaran yang dimiliki mahasiswa untuk memecahkan masalah dalam skripsinya.

Tirulah anak balita yang selalu punya rasa keingintahuan yang sangat besar terhadap sekelilingnya. Meski jatuh bangun berkali-kali ia akan tetap bangkit dan mengeksplorasi semua yang berada di sekitarnya. Sifat dasar dari Tuhan ini mestinya selalu ada untuk seterusnya. Sebagai modal untuk meraih ilmu pengetahuan di masa depan, termasuk saat menulis skripsi.

Sikap yang harus dihindari saat menulis skripsi


Mudah Putus Asa

Ketika menelusuri sumber-sumber referensi tidak menemukan yang dicari lalu mengeluh dan merasa menjadi orang yang paling sial sedunia, sikap inilah yang harus dibuang jauh-jauh. Karena tidak berhasil hari ini bukan berarti lantas gagal terus selamanya. Justru menempa watak dan mental mahasiswa untuk pantang menyerah, menaklukkan tantangan demi tantangan.

Kesulitan yang dihadapi tidak dipandang sebagai penghambat, namun menjadi tantangan, demikianlah orang yang selalu berpikir positif menganggap segala sesuatunya. Paling tidak ia sudah menang dari dirinya sendiri. Jadi jangan mudah berputus asa dalam menulis skripsi, gagal coba lagi gagal coba terus. Habiskan stok gagal mumpung masih di masa muda. Hingga nanti pada saat tua yang tersisa cuma kesuksesan saja.

Simplifikasi Masalah

Mensimplifikasi masalah berarti menyederhanakan masalah. Dalam konteks mencari solusi hal ini berarti positif. Namun ada kalanya mahasiswa terlalu santai sehingga semua masalah digampangkan, dosen pembimbing juga diremehkan, alhasil skripsi tak kunjung maju bab demi babnya. Lebih baik kembali serius, menetapkan target, penuhi jadwal penelitian yang telah dicantumkan di dalam proposal skripsi.

Memusuhi Dosen Pembimbing

Adakah sikap mahasiswa seperti itu? Mudah-mudahan sepanjang pengalaman pribadi penulis belum pernah mengalami dimusuhi sama mahasiswa bimbingan sendiri. Namun pernah mendengar curhat mahasiswa tentang temannya yang skripsinya mandeg, lantaran ia tidak menyukai si dosen entah karena suatu alasan tertentu.

Dosen boleh saja didebat atau tidak sepakat dengan pendapatnya, asalkan ada dasar argumentasi yang jelas, tidak asal menolak atau antipati tanpa suatu dalih yang jelas. Kalau sudah begini lebih baik menemui ketua prodi minta dicarikan jalan keluar terbaik hingga permohonan penggantian dosen pembimbing.

Hendaknya baik dan dosen dan mahasiswa saling memahami peran dan posisinya masing-masing. Bahwa mereka dipertemukan dalam rangka saling melaksanakan hak dan kewajiban. Dosen wajib memberikan bimbingan kepada mahasiswa sebagaimana mestinya. Mahasiswa juga wajib menghormati dan menghargai saran dan masukan sang dosen sebaik mungkin.

Silakan ditambahi lagi, Teman-teman... sikap-sikap yang semestinya tidak dilakukan jika sedang menyelesaikan skripsi. Saya tunggu di kolom komentar ya, terima kasih.


Salam,










15 komentar untuk "Sikap Kontraproduktif Saat Menulis Skripsi"

  1. Kalau saya kemarin, menanamkan bahwa. Kalau tidak selesai skripsi, pasti orang tua bayar semester lagi. Kasihan. Akhirnya jadi semangat sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selain merugikan orang tua, secara mental jd merasa kalah dg peer nya

      Hapus
  2. Hihihi, jadi inget dulu waktu bikin skripsi, meski terkadang tidak sesuai hati nurani, tetep aja apa yang diusulkan dosen dijalanin dan ternyata emang dosen bener sih, jadi aja tetep beres sesuai jadwal

    BalasHapus
  3. wah bener nih membuat skripsi hrs diniati dari mhsiawa nya dulu..krna sebagus apapun dospem kalau mhsiswa nya sdh ga niat ya ga jadi ya kak..

    BalasHapus
  4. Kalau tidak paham cara berkomunikasi yang baik masuk, nggak, Mbak Mia? Bisa jadi ada miskomunikasi sehingga ada rasa tidak suka sama dosen/mahasiswa.

    BalasHapus
  5. Memusuhi dosen pembimbing 🤔
    Kekmana klo dosen pembimbingnya ilpil ma mahasiswa bimbingannya ya mba?
    Ada kenalan dulu yg begitu. Kesian jugak.

    BalasHapus
  6. Dulu awak pake target kak. Karena sejak awal masuk kuliah awak pengen kali selesai 3.5 tahun. Taunya mundur 2 bulan karena doping juga kuliah lagi di Malaysia. Mundur 2 bulan karena komunikasi kita yang terbatas.

    BalasHapus
  7. Kalau saya malah kebalikannya, mba. Saya baik-baikkin tuh dosen pembimbing saya agar saya dimudakan di saat sidang skripsi maupun tesis. wkwkwkwk.

    BalasHapus
  8. kok rasanya saya kena tegor setelah baca ini ya:') dan alasannya mungkin karena belom ketemu alasan kuatnya:')

    BalasHapus
  9. Gampang mengeluh. Ini yg harus dihindari. Karena mengeluh itu seperti candu. Sekalinya ngeluh, bakal ngeluh terus.

    BalasHapus
  10. Tidak mau ketinggalan dalam menulis skripsi memang yang pertama mesti ditekan adalah faktor kemalasan, saya mikirnya harus cepat selesai biar gak merasa bersalah sama orang tua dan abis itu bisa santai-santai...

    BalasHapus
  11. Ya ampun..baca ini malah jadi ingat momenmomen saat menyelesaikan skripsi dulu. Saya tuh yaa..cepat banget ngambil sks perkuliahannya. Pokoknya mata kuliah cepat beres dengan hasil yang bagus pula. Jadi cepat juga ngambil skripsinya. Ealah..pas skripsian kok malah slow..setahun terlewati saya gak ngapangapain.. baru akhirnya dikebut pas tahu dosbingnya mau lanjut kuliah di kota lain. wkwkwk. Dasar saya~

    BalasHapus
  12. Salam takzim untuk para guru dan dosen saya sa telah menolong sy dlm menyelesaikan skripsi. Menulis skripsi jadinpengalaman yg tak terlupakan

    BalasHapus
  13. Wah, dulu aku malah sebaliknya. Berusaha setengah mati agar skripsi bisa cepat selesai. Motivasinya satu, sih. Pengen cepetan lulus, bisa dapat kerja yang lebih stabil, punya gaji besar, bisa beli-beli apa yang diinginkan.

    Jadi, kalau ditanya sikap yang harus dihindari saat menyusun skripsi ya merasa sudah puas dengan kehidupan saat itu. Terlalu rakus tentu nggak baik, tapi cepat merasa puas juga jangan. Merasa puas, malah membuat kita menganggap skripsi nggak penting, bisa nanti-nanti saja digarapnya. Ya Wassalam deh ya, hahaha ...

    BalasHapus
  14. Sesuai banget sama profesi Mbak Mia. Pasti pas sedang ada mahasiswa yang kontraproduktif dan bikin kesal ya Mbak. Hihihi
    Malas membaca itu PR banget bahkan bagi civika akademika. Saya juga gumun kok. Kayaknya kuliah itu cuma ambil gelar saja. Padahal kampus itu tempat yang super duper asyik untuk mengasah kemampuan membaca.
    Saya rindu perpustakaan kampus serindu-rindunya. Hiks....

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.