Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tidak Ada Skripsi Yang Sempurna

Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penyusunnya berdasarkan pendapat orang lain, pakar di bidangnya. Pendapat yang dituliskan itu harus didukung oleh data dan fakta yang empiris sesuai dengan kaidah keilmuan. Baik berdasarkan penelitian lapangan maupun penelitian kepustakaan.

Skripsi, selain dibuat dengan tertib dan cermat sesuai format panduannya, dapat memuat kontribusi pemikiran penulis baik temuan dari segi prosedur penelitiannya, argumentasi hukumnya, atau aspek tertentu di bidang spesialisasi topik yang diangkat dalam skripsi.

Skripsi merupakan tugas untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana (Strata 1) dan dalam penyusunannya dibimbing oleh seorang dosen atau tim dosen berdasarkan SK penghunjukan pimpinan fakultas.


Skripsi pasti ada kekurangannya
Kelas Pintar

Sebagai buah karya intelektual mahasiswa, skripsi tentu sangat dibanggakan keberadaannya mengingat jerih payah dalam proses pembuatannya yang tak jarang mengeluarkan keringat dan air mata. Kadang mahasiswa sampai begadang semalam suntuk demi revisi skripsinya bisa selesai dan esoknya bisa tepat waktu memenuhi janji bertemu dosen pembimbing.

Kendati demikian skripsi tetaplah memiliki banyak kekurangan. Hal ini harus diakui oleh mahasiswa dan tentunya akan diketahui dengan jelas saat ujian skripsi. Bahwa masih banyak cela dan salah yang harus diperbaiki meskipun penyusunannya sudah diarahkan dosen pembimbing.

Hal apa saja yang membuat hingga tidak ada skripsi yang sempurna?

Kesempunaan hanya milik Allah SWT

Pertama harus diyakini terlebih dahulu bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Sementara kesalahan dan kekurangan murni milik manusia yang penuh dengan kelemahan. Penulis sering tertegun dengan rekan sejawat sesama dosen penguji skripsi yang dengan lantangnya mempersalahkan si mahasiswa, padahal ia pasti mengetahui kalau yang duduk di kursi pesakitan itu adalah calon mahasiswa S1.

Maka hal yang wajar jika seorang calon sarjana belum tahu banyak hal sebagaimana pengetahuan yang dimiliki dosennya. Ditambah lagi memang kesempurnaan itu mutlak milik Alllah SWT.

Penulisnya masih calon S1

Seperti yang juga dikemukakan di poin sebelumnya, bahwa yang membuat skripsi itu adalah mahasiswa baru akan lulus jadi wajar jika skripsnya apa adanya, belum ideal sebagaimana karya ilmiah dosen-dosennya.

Meski demikian di satu sisi dosen juga sebenarnya bermaksud baik, pada saat ujian skripsi bukan dijadikan ajang membantai si mahasiswa tetapi sebagai ajang menggembleng agar nantinya setelah lulus mahasiswa tahan banting dan kompeten di bidang ilmunya.

Membuka peluang bagi peneliti selanjutnya

Isu permasalahan yang diangkat jadi topik skripsi hanyalah bagian kecil dari sumur ilmu pengetahuan. Yang dibahas di dalam skripsi masih perlu penelitian lanjutan. Lazimnya memang demikian. Suatu hasil penelitian menyisakan ruang bagi peneliti lanjutan untuk melanjutkan upaya penemuan-penemuan baru. Baik dari segi metode penelitiannya, tata kerja dan dalil-dalil yang mendasari penelitian suatu skripsi.

Sedari awal mahasiswa telah membuat pembatasan dan perumusan masalah. Di sinilah kegunaannya, agar topik penelitian lebih jelas dan tidak melebar ke mana-mana. Pada saat ujian skripsi jika dosen penguji menanyakan di luar skup penelitian yang diangkat, maka mahasiswa bisa menyampaikan bahwa kemungkinan hal tersebut akan dilanjutkan oleh peneliti berikutnya.

Mengembangkan skripsi menjadi tesis

Setelah menyelesaikan program sarjana jika suatu saat akan meneruskan pendidikan ke jenjang magister maka tidak ada salahnya skripsi disempurnakan menjadi tesis. Sehingga ada kesinambungan topik yang memungkinkan kedalaman pembahasan dan penelitian skripsi menjadi tesis.

Idealnya lagi ketika melanjutkan pendidikan ke jenjang doktor, karya tulis ilmiah disertasi merupakan kelanjutan dari penelitian saat menyusun tesis dahulu, berisikan temuan penulisnya sendiri, ada kebaruan (novelty) yang orisinil, padat dan disusun secara logis, sistematis dan cermat, dapat dipertahankan di hadapan senat guru besar penguji sehingga layak menyandang gelar doktor.









14 komentar untuk "Tidak Ada Skripsi Yang Sempurna"

  1. Andai semua dosen pembimbing berpikiran sama dengan anda hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mudah-mudahan sudah banyak yg berpikiran sama kok Pak hehe

      Hapus
  2. Ahahaha bener banget mbaa. Kalo sempurna kayaknya udah jadi disertasi yaah hehehehe.
    Alhamdulillah dulu dapat dosbim yang lunakkk. Jadi ngga harus sempurna namanya juga masih calon sarjana. Hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Disertasi juga sebaiknya jangan nunggu sempurna br selesai Mba ktnya hehe

      Hapus
  3. Jadi teringat beberapa waktu lalu nyusun skripsi, begadang, proposal dicorat-coret sama dosen karna ingin hasil yang sempurna, begitu banyaknya tumpukan coretan

    BalasHapus
  4. Hebat kak, dosen milenial dan mencerahkan hehe. Kl awak ga sanggup kuliah lagi. Sukses selalu ya kak 🙏😊

    BalasHapus
  5. Ibu dosen ya, sungkem untuk pendidik yang selalu berusaha keras memberikan yang terbaik untuk murid-muridnya. Saya jadi ingat skripsi saya. Awalnya berniat, untuk maksimal agar bisa terbit jadi jurnal. Tapi karena diburu cepat lulus, akhirnya ya sudah. Jujur saya kurang puas sama skripsi saya. Gemas bacanya. Hehehe

    BalasHapus
  6. Dosen yang suka membantai mahasiswa nya pada saat menguji proposal penelitian atau skripsi itu bukan tipikal pendidik.

    BalasHapus
  7. Sepuluh jempol mb mia, dulu akupun selalu mencantumkan dalam skripsi atau tesis bahwa dikemudian hari sangat dimungkinkan untuk ada penelitian lebih jauh dari karya ilmiah saya tersebut. Artinya memang saya merasa karya itu belumlah sempurna. Tulisan ini bisa membuat semangat para pejuang skripsi dan tesis nih mb mia heheheh

    BalasHapus
  8. Skripsi saat pembuatannya saja udah di ulur-ulur, ngejar dosen pembimbing butuh perjalanan melelahkan buat skripsi itu lalu saat siding di salah2in tuh rasanya pengen nangis banget karena merupakan penutup untuk kelulusan ya skripsi. Benar banget tidak ada skripsi yang sempurna walupun udah dibimbing oleh dosen pembimbing ya kak.

    BalasHapus
  9. Belum pernah ngerasain nyusun skripsi😅

    BalasHapus
  10. senangnya kalau punya dosen pembimbingnya bunda mia kali ya... jadi inget momen2 nulis skripsi dan tesis. semangat juga yang jadi dosbing

    BalasHapus
  11. Saya jadi ingat, pengakuan bahwa skripsi ini tidak sempurna menjadi pengakuan wajib. Tapi saya juga paham bahwa memang begitu adanya. Sepintar pun mahasiswa S1, mereka masih belum mendapat referensi dunia nyata. Bahkan membuat skripsi saat usia belum 25 tahun, yang artinya perkembangan otak belum sempurna.

    BalasHapus
  12. Bener banget Mba. Aku sekian tahun selesai kuliah, membaca lagi skripsiku dan berasa. Lah elah ternyata gampang gini ya isinya. Eh, kok ini ada typo sana sini. Eh, kok ini sepertinya salah .. ahahha.

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.