Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Ibu Pembaharu Mengatasi Masalah

Alhamdulillah bulan Juni lalu saya kembali ke bangku perkuliahan di Ibu Profesional tepatnya meningkat ke kelas Bunda Saleha. Shalihah, sholihah atau saleha (KBBI) artinya baik, taat dan bersungguh-sungguh. Dalam makna bahasa Arab berarti memberi manfaat untuk orang lain.

Di jurnal perdana ini judul artikelnya saya buat Cara Ibu Pembaharu Mengatasi Masalah. Bagaimana masalah tidak membuat seorang ibu menjadi orang yang kalah. Meski memiliki banyak kendala dalam kehidupan kesehariannya, ia tetap punya perhatian terhadap lingkungan sekitarnya. Tak berhenti hanya dengan empati namun menetas menjadi solusi.

Identifikasi Masalah

Saat menyusun karya ilmiah kita biasa diminta mengidentifikasi masalah, tujuannya untuk mengenali dan menginventarisasi permasalahan yang muncul atau yang akan dicarikan solusinya. Sehingga waktu dan energi tidak habis untuk hal-hal di luar konteks dan tidak penting.

Para peserta perkuliahan di kelas Bunda Salihah batch 1 yang sebutannya Ibu Pembaharu, dibiasakan untuk mengenali dirinya, masalah-masalahnya, untuk ditemukan jalan keluarnya. 

Sehingga tidak melulu tenggelam dalam problem diri dan orang-orang terdekatnya semata, namun mampu menjadi pemberi solusi pula bagi lingkungan sekitarnya. Tentunya tidak mengabaikan batas-batas kemampuan diri.

Mengeksplorasi masalah



Di tahap paling awal ini peserta diminta mengeksplorasi apa saja yang menjadi masalah dalam hidupnya. Adapun saya permasalahan terdiri atas:

1. Manajemen aktivitas

Pekerjaan rumah dan kampus yang sangat banyak saya akui terkadang menjadi masalah keseharian saya. Bagaimana menyeimbangkan keduanya agar tidak muncul problematika baru, adalah tantangan yang rutin saya hadapi.

2. Home support system 

Tidak adanya ART yang stand by di rumah membuat saya tetap turun tangan mengerjakan tugas-tugas kerumahtanggaan setiap harinya. Adapun mbak cuci-setrika hanya bisa datang 2x dalam seminggu. Kendati demikian tetap saya syukuri ketimbang sama sekali tidak ada support.

3. Minimnya waktu mendampingi PJJ anak

Ibu mana yang tak ingin setiap hari bisa menemani anak membuka-buka buku tematik pelajaran sekolahnya. Seperti saya sebelumnya juga demikian. Anak tampak bersemangat jika ibu hadir secara fisik dan psikis di sampingnya. Namun kadang hal utama seperti ini tak bisa direalisasikan. Kendala waktu dan tenaga yang sudah terkuras mengerjakan hal lain membuat anak diminta belajar sendiri semampunya.

Yakin mengetahui bahwa itulah masalahnya


Solusi yang tepat dalam mengatasi persoalan tidak akan bisa diperoleh jika tidak mengenali masalah yang akan dipecahkan. Adapun indikator yang meyakinkan saya bahwa hal-hal tersebut di atas adalah masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Dihadapkan pada masalah yang ini terus

Di satu sisi saya sangat memahami beragamnya peran diri dalam berbagai situasi. Sebagai hamba Allah SWT,  sebagai istri, ibu empat orang amanah  yang bungsunya masih balita, dosen bagi para mahasiwa, rekan kerja bagi sejawat di kampus, kakak sulung bagi adik-adik kandung, sebagai menantu, adik ipar bagi kakaknya suami, sebagai tetangga dan anggota komunitas serta juga anggota masyarakat.

Padatnya aktivitas, saya akui membuat ngos-ngosan dan merindukan jeda walaupun sejenak. Namun di sisi lain saya mempercayai bahwa saat ini saya masih berada di usia produktif yang harus diisi dengan optimal. Perlu ketegasan dalam manajemen waktu agar bisa menuntaskan semua tanggung jawab harian.

2. Tidak maksimal mendampingi anak PJJ

Banyak faktor yang menyebabkan anak kurang bersemangat dalam belajar daring, salah satunya adalah tidak didampingi orang tuanya. Sebelum terlibat kesibukan saya bergantian dengan suami menemani anak PJJ. 

Namun jika tiba masa sibuk mengunggah usulan penelitian dan pengabdian masyarakat dalam hibah internal kampus, misalnya, saya terpaksa terus menerus bekerja di depan laptop meski meja belajar anak tak jauh dari fisik saya. Meski "utang" membersamai belajar ini bisa dibayar di waktu setelah berlalunya kesibukan saya, tetap saja dirasa tidak maksimal.

Problem Statement

Problem statement atau rumusan masalah wajib dilakukan sebagai bagian dari jalan menuju pemecahan masalah. Masalah yang sudah diketahui bahwa itu memang masalah kita, harus dirumuskan secermat mungkin agar tepat pula solusi untuk menyelesaikannya.

Indikator kesuksesan dalam menyelesaikan masalah

Setelah mengerucutkan permasalahan menjadi hanya 3 masalah, yaitu:

Maka dibuatkan indikator kesuksesan telah selesainya suatu masalah, sebagaimana di bawah ini:
  1. Masalah saya telah selesai jika aktivitas tuntas sesuai harapan
  2. Masalah saya juga terpecahkan jika anak merasa enjoy kembali denganPJJ-nya
  3. Masalah saya bisa dikatakan no problem jika suami menunjukkan keridaannya atas seluruh kegiatan yang saya jalani setiap harinya.

Analisis Akar Masalah

Bagaikan bab III dalam suatu skripsi, maka tahap analisis akar masalah ini merupakan bagian sangat menentukan dalam menuju ke sebuah kesimpulan dan rekomendasi problem solving. 


Pada akhirnya saya mampu membuat tsunami aktivitas menjadi masalah yang tidak lebih krusial dibandingkan dengan PJJ-nya anak di kelasnya yang baru nanti. Akar masalahnya sebagai berikut:

Kurangnya waktu mendampingi anak membuka buku

Keluarga kami tadinya adalah keluarga pecinta baca buku. Kalau kami jalan-jalan sekeluarga jajannya pasti ke toko buku, beli buku kesukaan masing-masing menjadi reward atas kebaikan yang dilakukan. 

Nah, sedikit banyak imbas dari WFH di rumah membuat waktu saya berkurang dalam membersamai anak membaca pelajarannya. Sekali dua ia mencoba belajar sendiri namun kurang bergairah. Lebih seru baca bareng Umi, katanya. Maka hal ini sangat perlu saya selesaikan.

Anak mengalami kebosanan menjalani PJJ-nya 

Tak dimungkiri anak-anak di seluruh dunia di zaman negara api Corona melanda ini pastinya mengalami kejenuhan dalam belajar daring. Tentunya ini tantangan bagi saya dan suami, serta si anak sendiri untuk mencari cara agar tidak bosan terus menerus PJJ-nya. Sepertinya kami perlu menggelar family forum lagi nih.

Kesimpulan

Demikianlah cara ibu pembaharu mengatasi masalahnya, dengan melakukan identifikasi secara lengkap terlebih dahulu. Tidak parsial dan sporadis, seperti hanya memadamkan titik yang terbakar api. Namun dikerucutkan hingga ketemu masalah besarnya, lalu selanjutnya akan dimulai pencarian dari solusinya. 

Jika sukses mengatasi masalah sendiri insyaallah bisa dibagikan pula ke ibu-ibu lainnya yang mengalami hal yang sama dan memberikan kontribusi untuk membentu satu ekosistem para ibu pemecah masalah, penawar solusi, ibu pembaharu.

Salam bunda salihah
bunda salihah batch 1



Referensi:

- Official website Ibu Pembaharu, https://www.ibupembaharu.com
- Kuliah perdana Septi Peni Wulandani di FBG Institut Ibu Profesional
- Informantika Endang Prasdianti di FBG Institut Ibu Profesional
- Instagram Live Dzikra Ulya dan moderator
- Diskusi kecil dengan tetangga CH Gerha Aksara di GWA
- Pengalaman pribadi penulis


#materi1
#ibupembaharu
#bundasalihah
#darirumahuntukdunia
#hexagoncity
#institutibuprofesional
#semestaberkaryauntukindonesia














13 komentar untuk "Cara Ibu Pembaharu Mengatasi Masalah"

  1. Keren banget ya sekolah ibu profesional ini. Semoga sukses menjafi ibu pembaharu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mba Farida... ongoing process kok... sedang belajar juga... aamiin

      Hapus
  2. Semoga Suami senantiasa mendukung kita ya kak, toh apa yang kita kerjakan kan bermanfaat untuk keluarga, bukan main-main.

    BalasHapus
  3. Meski sudah menjadi seorang ibu juga seorang istri, harus tetap belajar tanpa henti ya kak. Semoga dilancarkan ilmunya bisa bermanfaat untuk keluarga juga sekeliling kak.

    BalasHapus
  4. Luar biasa banget cara ibu pembaharu mengatasi masalah.. Bener sih, dicari dli akar masalahnya, dikerucutkan. Pelan2 dicari solusinya. Bukan malah tergesa2 hanya fokus di titik masalah yg bisa jd malah makin melebar. Semoga aku bisa menerpakan cara ibu pembaharu dlm mengatasi apapun masalah yg sedang dialami. Aamiin

    BalasHapus
  5. Bagus ya program di ibu-ibu profesional. Betul sekali Mba. Mengatasi masalah pribadi ternyata tidak mudah ya? Dan banyak yang harus dihadapi.

    BalasHapus
  6. Keren program ibu pembaharu ya mba
    Ibu profesional ini sangat rekomended buat ibu2 saat ini
    Terus menggali ilmu meski kegiatan menumpuk,,, hebat

    BalasHapus
  7. Wah keren mbak..!

    Semoga semakin sukses dengan ilmu yang didapatkan nanti

    Banyak keunggulan yang diberikan, salut deh

    BalasHapus
  8. Wah.. keren ini materi kelas jadi post blog. Jadi pembaca bisa ikut belajar juga jadi ibu profesional

    BalasHapus
  9. Memang perlu adanya terus belajar agar bener² menjadi Ibu Profesionsl yg akan berimbas baik pada anak² di rumah, semangat Bu :)

    BalasHapus
  10. wah keren banget ya mbak program ibu profesional ini. benar-benar membuat ibu bisa memaksimalkan potensinya dan mengatasi berbagai masalah di rumah. pengen sih ikutan tapi takut nggak bisa mengikuti programnya

    BalasHapus
  11. Nuhun, mba buat tipsnya. Jadi memang harus cari tahu masalahnya dulu ya, biar bisa cari solusi yang tepat. Bisa manajemen waktu yang baik antara ngurus rumah sama anak. Apalagi saat anak PJJ seperti sekarang ini pasti sibuknya bukan main.

    BalasHapus
  12. Keren banget ada sekolah buat ibu gini, aku selama ini meski belum nikah juga ikut kelas parenting, semangat belajar bunda

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.