Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman Rawat Inap Di Rumah Sakit Saat Ramadan

Qadarullah pertengahan Ramadan lalu saya sakit, Teman-teman. Badan rasanya meriang, demam tinggi hingga nyaris 40 derajat. Susah menelan, pancingen gitu, minum air putih saja sakit. Mata terasa panas, apa-apa tidak enak, rebahan terus juga tidak nyaman, duduk apalagi. Bahkan nonton drama Korea kesukaan juga tak membantu.

Suami dan anak-anak bergantian mengompres dahi saya dan meminumkan obat penurun panas. Namun setelah habis efek obat, demamnya datang lagi. Rasanya serba salah dan benar-benar bersyukur atas nikmat sehat selama ini.

sakti saat Ramadan
Atas: foto bukber hari Senin, bawah: rawat inap di Selasa siang


Oya, sebelumnya pada tahun 2020 saya pernah menuliskan juga di blog ini tentang pengalaman opname di rumah sakit saat pandemi. Yang sakit waktu itu, Ocean si putra bungsu. Menyusul si kakak pernah juga dirawat di RS yang sama, yaitu RS Mitra Medika Amplas, pada November 2021 lalu. Kali ini umminya yang sakit, di tahun 2023.

Aktivitas yang Padat

Sebenarnya awal Ramadan saya sehat walafiat, bersemangat seperti biasanya, nah, kurang tepatnya saya, volume pekerjaan rutin yang sudah padat ditambah lagi dengan mengikut beberapa kegiatan yang mengurangi waktu istirahat.

Padahal kalau dipikir-pikir waktu rehat saya sudah sedikit. Bulan Ramadan mestinya memperbanyak ibadah dan amalan sunnah. Bahkan tidurnya orang yang berpuasa berpahala. Terlebih sebagai ibu saya harus bangun lebih dahulu dan tidur paling belakangan. Menyiapkan hidangan sahur, dan buka puasa. 

Aktivitas setiap harinya relatif sama dengan sebelum puasa, bedanya kampus aktif hanya dua minggu dalam bulan Ramadan. Pekan kedua dan ketiga, sebab pekan pertama libur menyambut Ramadan, dan pekan keempat libur menyambut datangnya hari raya idulfiri.

Selain pekerjaan rutin, memasak sahur dan buka, beribadah dan mengurus rumah, saya turut serta mengisi program ROUNDA (Read Aloud untuk Ananda) Kampung Komunitas Ibu Profesional Sumut. Kemudian saya tetap menulis artikel blog dan memenuhi kewajiban sesuai SOW (Scope of Works) dari koordinator job untuk bloger.

Pada bulan Ramadan kali ini Ibu Pembaharu, ekosistem para ibu pembaharu yang saya ikuti menyelenggarakan program Berburu Inspirasi. Ada 19 ibu yang berbagi pengetahuannya secara live sharing melalui kanal Youtube Ibu Pembaharu. Dan saya tidak menyia-nyiakan kesempatan berbagi inspirasi ini di hari Selasa, tanggal 4 April 2023, pukul 10.00 WIB.

Mulai Tidak Enak Badan Sejak Senin

ROUNDA selesai di hari Jumat pekan lalu, menyusul persiapan untuk live on Youtube hari Selasa, Senin tetap bekerja di kampus, bahkan sore hingga malam menemani suami buka puasa bersama dengan teman-temannya. Nah, sepulang dari buka bersama itulah kepala saya pusing, rasanya kok mau tiduran terus. 

Pada waktu sahur saya tidak terbangun seperti biasa, kepala rasanya berat dan badan lemas. Alhamdulillah putri sulung bisa menggantikan meng-handle makan sahur bersama ayah dan adik-adiknya. Saya tidak ikut berpuasa karena sakit.

Jadwal Berburu Inspirasi tetap tanggal 4 dan saya tidak mau mengundurkan diri. Insyaallah dengan berbagi saya yakin akan tambah sehat. Setelah mengirimkan informasi kepastian saya akan live, saya juga minta doa teman-teman agar didoakan sehat sebab sedang kurang sehat.

Alhamdulillah acara live berlangsung dengan lancar tanpa ada kendala yang berarti. Saya bersyukur sekali bisa merampungkan amanah dengan baik. Padahal waktu itu saya belum sehat, dan sorenya saya masuk ruang IGD RS Mitra Medika, Medan Amplas.

Berburu Inspirasi Ramadan
Sedang tidak enak badan tetap live karena berbagi itu menyehatkan

Setelah live saya mencoba untuk tidur siang, mengistirahatkan pikiran, mata, dan seluruh tubuh. Tetapi suhu badan saya tak kunjung berubah turun, sekujur sendi-sendi pegal linu, padahal sudah minum obat pereda nyeri.

Saat suami menelepon dari kantornya, menanyakan kabar saya, respon saya lemah tak seperti biasa. Ketika suami menawari ke rumah sakit saja, saya langsung mengiyakan saja. Jadilah suami permisi dari kantor dan membawa saya ke IGD RS. 

Sesampainya di rumah sakit tidak langsung ditangani dokter atau tenaga medis di sana, saking banyaknya pasien, di Instalasi Gawat Darurat pun harus antre. Kami tidak terkejut lagi sebab saat si bungsu opname di sana juga demikian. Yang terbaru si kakak, habis magrib masuk IGD, ditangani 1 jam kemudian, lalu dapat kamar rawat kira-kira pukul 23.00 WIB.

Dapat Kamar dengan View Kolam Renang

Sekitar pukul 20.00 WIB pemeriksaan di IGD telah saya jalani, yaitu tensi darah, termometer suhu tubuh, EKG (Elektrokardiogram) untuk mengukur aktivitas listrik pada jantung, dan lain-lain. Mungkin karena sudah berusia 40-an standar operasional prosedur menyertakan pemeriksaan EKG di IGD ya.

Entah kenapa saya lega sekali setelah dipindahkan ke ruang rawat inap. Maklumlah di IGD bermacam-macam pasien dengan kedaruratannya masing-masing wara-wiri sedikit banyaknya meresahkan juga.

Lagipula privasi saya lebih terjaga di kamar rawat ketimbang di IGD yang setiap waktu diobservasi oleh dokter dan Ners. Meski di kamar rawat juga demikian namun tidak se-intens di IGD lagi.

Uniknya kamar rawat inap saya sama dengan kamar Ririn si putri ketiga saat tahun lalu diopname di RS ini juga. Yaitu VIP lantai 2 yang jika buka jendela pagi-pagi, wuahh segarnya, disambut pepohonan dan view kolam renang.

Yup, dulunya sebelum bertransformasi menjadi rumah sakit, bangunan ini adalah hotel, jaringan Hotel Sahid Jaya. Oleh pengelola RS Mitra Medika kolam tidak ditutup, namun tetap dijaga kebersihannya untuk menyediakan pemandangan yang asri dan memanjakan mata pasien dan keluarga.

Berikut tangkapan layar postingan TikTok saat Ririn di-opname. Pada saat saya sakit mustahil membuat kontennya sebab tangan saya diinfus dan tidak kepikiran mengabadikan apa-apa.
kamar dengan view kolam renang


Kena Tyfus

Tadinya saya kira kena pembengkakan amandel karena sejak awal Ramadan hingga pertengahan berbuka puasa minum air es terus, tepatnya es kelapa muda. Setelah dokter penyakit dalam memeriksa saya, membaca hasil tes darah dari bagian radiologi, saya terkena demam tyfoid. Subhanallah pantas demamnya bandel gak mau turun.

Ingatan saya flash back ke acara buka puasa di arena Ramadan Fair yang diikuti ratusan orang. Berlokasi di jalan masjid raya Al Mashun, nasi goreng yang saya pesan disiapkan penjualnya hampir 1 jam sebelum waktu buka.

Hal ini disebabkan ramainya antrian pembeli sehingga mesti jauh-jauh waktu sudah dihidangkan. Nah, hidangan itu terbuka tanpa tutup apapun. kemungkinan infeksi bakteri terjadi di saat rentan itu. Ditambah lagi imunitas saya dalam keadaan lemah karena faktor kelelahan.

Dokter berpesan agar saya memperbanyak istirahat dan jangan lupa sering-sering mencuci tangan memakai sabun. Sesuatu yang sebenarnya sudah saya biasakan setiap harinya namun rupa-rupanya harus lebih diintensifkan lagi.

Kesimpulan

Pengalaman rawat inap di rumah sakit saat Ramadan menambah pembelajaran berharga bagi saya untuk lebih memperhatikan kesehatan. Alhamdulillah di RS Mitra Medika pelayanan ners dan dokternya sangat memuaskan. Ners ramah-ramah dan dokter interaktif semuanya. 

Suami dan anak-anak turut menginap di kamar rawat, beli makan sahur dan buka di rumah makan sekitar RS. Semoga ke depannya kami sehat-sehat terus ya, aamiin yra.

Salam,
Fadlimia opname











4 komentar untuk "Pengalaman Rawat Inap Di Rumah Sakit Saat Ramadan"

  1. Ejadi, kolam renang tetap terisi air gitu ya mba Mia...
    Pinisirin saya.
    Sehat-sehat mba ya...
    Saya sih enjoy pas rawat inap, karena bisa sekalian leha-leha.
    Tapi gak enaknya mau leha-leha begimana pun, pikiran tetap ke rumah, terutama anak-anak.

    BalasHapus
  2. Baru tau kalau ada rumah sakit ex nya hotel, bagus jg view nya ya. Tp sebagus2 nya rumah sakit sebisa mgkn ga usah sering2 ksana ya. 🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti dong kakk. Pemandangan bagus kalo kitanya nggak bisa nikmatin dengan keadaan sehat buat apa

      Hapus
  3. Subhanallah, samaan kita kak. Sakit pas puasa. Bedanya icha di akhir ramadhan sampe 3 hari. Tapi gak inap kak. Kebingungan handle anak di akhir Ramadhan.
    Cuma icha pernah ngerasain kayak gini pas akhir tahun. Itu badan kayak dipukuli sekampung sampe merengek minta dibawa ke igd.
    Soalnya tidur aja gak bisa karena tulang belakang rasanya gak nyaman apalagi duduk. Sampe igd sebelum masuk ruang inap mesti dicolok idung pula. Nahhhh.. Karena hasil colok reaktif mereka gak nerima. Akhirnya disuruh pulang atau dibawa ke adam Malik. Suami minta pulang aja rawat jalan.
    Ya dibawa pulang lah kak. Alhamdulillah meski pulang, setengah botol infus cukup membuat sakit tulangnya reda. Pas di kasih tau reaktif malah merasa udah sembuh.
    Alhamdulillah sehat dalam 2 hari.

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.