Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sepotong Kenangan Di Kota Kisaran

Membaca artikel Mbak Aisyah tentang indahnya persahabatan, saya seakan terlempar ke ingatan beberapa tahun silam. Saya pernah memiliki sahabat-sahabat di kota kecil nan damai bernama Kisaran. Baik sahabat sejawat dosen maupun beberapa komunitas yang saya ikuti. Lingkaran pengajian, hobi, hingga teman-teman di sanggar senam.

Kebetulan saya dulu rajin mengikuti senam aerobik tiga kali dalam seminggu. Kalau sekarang seminggu sekali bersama ibu-ibu kompleks, namun berhubung pandemi Covid-19 plus agar lebih khusyu' menjalani bulan Ramadan, senam bersamanya diganti stretching #dirumahsaja.

Oya, teman-teman yang tinggal di Sumatera Utara mungkin tak asing lagi dengan Kisaran. Ibukota dari Kabupaten Asahan, yang kalau akan masuk ke kota Medan dari jalur darat, melalui Jalinsum (Jalan Lintas Sumatera), pasti melewati kota ini.

Teman-teman yang berasal dari luar Sumut familierkah dengan PT. Inalum? Sungai Asahan, yang aliran airnya menjadi penggerak PLTA Sigura-Gura? Atau arus arung jeram Sungai Asahan terbaik ketiga dunia setelah Sungai Colorado di Amerika Serikat dan Sungai Zambesi di Afrika.

Kisaran dalam bahasa Indonesia memiliki arti "seputar" atau "berkisar antara". Mungkin karena Kisaran ini berada di jalur lintasan ya, dilewati orang-orang, jadi cukup relevan menjadi Kisaran. Menurut cerita rakyat nama Kisaran ini berasal dari dongeng Naga Berkisar. Di Kisaran pun ada Kelurahan Kisaran Naga. Tempat ular naga berkisar di suatu tempat entah di mana persisnya.


kenangan di kisaran
Masjid Agung Haji Ahmad Bakrie, Kisaran / PortalWisata

Nah, di Kisaran inilah SK CPNS Mendiknas saya sebagai dosen pertama kalinya. Di sebuah universitas swasta kepunyaan Pemerintah Kabupaten Asahan, namanya Universitas Asahan (UNA). Memulai karir sebagai dosen negara yang dipekerjakan di PTS pada usia 24 tahun dengan status mahmud abas (mamah muda anak baru satu), hehe.

Saya mengajar di sana mulai tahun 2005 sampai dengan 2014. Semester ganjil 2014/2015 saya pun mutasi home base ke UMSU, kembali ke Medan, kota asal tercinta. 

Kurang lebih 9 tahun ditempatkan di Kisaran, tentunya banyak hal belum hilang dari benak saya mengenai kota kelahiran pahlawan kemerdekaan Jenderal (Purn) Ahmad Thahir itu. Kisaran, terkenal dengan hal-hal yang khas sebagai berikut:
  1. Penduduknya yang mayoritas bersuku Jawa dan Melayu, sisanya campuran dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Meski bertetangga dengan kota Tanjungbalai, bahasa yang digunakan orang Kisaran sehari-harinya sama seperti yang digunakan di Medan, yaitu bahasa Indonesia. Berbeda dengan penduduk kota kerang, Tanjungbalai, yang bahasanya berdialek huruf "o:, Misalnya kalau hendak mengatakan, "Mau ke mana?" di Kisaran bahasanya tetap demikian. Namun kalau aksen Tanjungbalai akan jadi sebagai berikut,"Ondak Kamano" beda kan... padahal jarak antara Kisaran dan Tanjungbalai tidak begitu jauh, kalau mengendarai mobil kurang lebih 30 menit saja. 
  2. Terkenal dengan miso bacok; Kalau di Medan mie sop atau misop kali ya, itu juga sudah jarang terdengar kecuali franchise tempat makan, Mie Sop Kampung. Beberapa warung tradisional milik warga di pinggiran kota Medan masih menjual misop kampung ini. Harganya yang "murah meriah muntah", istilah lebay orang Medan untuk mengistilahkan saking murahnya, haha. Semangkuk misop yang orisinil misop kampung itu masih ada yang dibandrol cuma goceng doang. 
  3. Kotanya imut-imut. Paling nyaman tinggal di kota ini sih sebenarnya. Gak ada macet, orang hanya keluar di jam-jam antar-jemput anak sekolah, bekerja atau sekadar cari angin malam mingguan. Semuanya terasa dekat. Ke sekolah anak, ke kampus UNA, ke kantor suami, ke supermarket dan lain-lain. Ibaratnya satu kota Kisaran itu sebuah kecamatan di Medan. Sebelumnya saya pernah ikut suami bertugas di kota Pandan, Tapanuli Tengah. Lumayan jauh sih dari Medan, kurang lebih 18 jam menaiki roda empat. Bisa naik pesawat kurang lebih 45 menit. Kalau Kisaran ini kurang lebih hanya 4 jam dari kota Medan, apalagi sudah ada jalan tol MKTT (Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi), bisa mempersingkat waktu tempuh menjadi 2,5 sd 3 jam. Cuma hati-hati juga dengan macet di pintu masuk dan keluar tol. 
  4. Orang-orangnya masih peduli dan bersikap ramah satu sama lain. Ini dibuktikan dengan tetangga yang guyub, saling bertegur sapa dan saling mengenal orang-orang yang tinggal di satu lingkungan. Bedakan dengan Medan yang sebagian besar sudah cuek bebek, hal ini dipengaruhi ekskalasi masuk dan keluarnya orang sangat masif, heterogen dan sehingga bisa jadi dengan tetangga sebelah rumah tidak kenal.
  5. Memiliki ikon destinasi wisata baru, Masjid Agung Haji Ahmad Bakrie. Masjid ini diresmikan pada 30 Agustus 2019, lima tahun setelah kepindahan saya dari Kisaran ke Medan. Namun demikian, sesekali kami sekeluarga menapaktilasi kota Kisaran dan tak lupa mampir di masjid besar ini.

Meniti Hari di Masjid Agung Bakrie

Waktu itu suami ditugaskan di instansinya yang masuk dalam wilayah Kabupaten Asahan. Pulang seminggu sekali ke kota Medan di setiap hari Sabtu. Pada saat jelang mutasi ke kembali ke kota asal, kami diajak berjalan-jalan, turut serta ke Kisaran.

Banyak hal menarik terkait masjid yang didirikan Pemerintah Kabupaten Asahan di atas tanah wakaf Keluarga Ahmad Bakrie ini. Area masjid yang sangat strategis, dekat dengan taman dan alun-alun kabupaten, bertujuan menarik wisatawan domestik sehingga diharapkan memberdayakan ekonomi penduduk Asahan. 

Sunset di Masjid Bakrie
Sunset di Masjid Bakrie / Instagram Nurhilmiyah14
Bentuk kubah panel enamel, bercirikan kubah masjid modern. Dengan desain yang apik sekali membuat masjid dengan nama almarhum ayah dari Aburizal bakrie, yaitu Ahmad Bakrie, menjadi idola para musafir yang berangkat dari dan menuju kota Medan.

Sepertinya niat Pemkab Asahan menjadikan masjid Agung Haji Ahmad Bakrie ini sebagai objek wisata baru di kota Kisaran sangat efektif.

Terbukti dari banyaknya wisatawan lokal yang sengaja singgah di masjid yang berdiri di area tanah seluas 4 hektar ini. Ada kolam air mancur, tempat duduk-duduk yang banyak sekali. Perpustakaan, Islamic centre dan madrasah yang berdiri di tak jauh dari masjid. Belum lagi para penjaja makanan kaki lima yang tertib menggelar dagangannya.

Petugas kebersihan yang senantiasa hilir mudik di sekitar masjid, memastikan bahwa tidak ada sampah yang berserakan mengingat banyaknya pengunjung tumpah ruah terutama di tanggal-tanggal merah.

Kunjungan saya bersama suami dan anak-anak ke masjid fenomenal ini, tak hanya sekali tetapi berkali-kali. Sayangnya saat kami menetap sementara di sana, masjid ini belum selesai dibangun, bahkan masih berupa lapangan terbuka begitu saja. Sudah setahun kebanggaan masyarakat Asahan ini diresmikan dengan menelan dana sekitar 68 miliar.
kenangan di kota Kisaran
Mia dan Fadli / Instagram Nurhilmiyah14
Saat kami main ke sana lagi, keadaan sudah jauh berubah, ramai sekali. Mau makan jajanan apa saja ada, mereka berjualan di pinggiran jalan akses keluar masjid. Anak-anak pun meminta dibelikan bakso bakar, suami membeli gorengan tahu isi dan saya me-request rujak. Lengkap, bukan. Alhamdulillah.

Akses menuju masjid Agung Haji Ahmad Bakrie ini sangat mudah didapatkan. Keberadaannya di jalan lintas membuat orang yang menempuh perjalanan dari luar kota Medan atau keluar dari Medan, pasti menoleh ke arah masjid yang kabarnya mengalahkan pamor Masjid Raya Al Mashun ikon kebanggaan orang Medan.

Namun tentu saja Masjid Raya Medan tetap memiliki keistimewaannya sendiri sebab tak bisa dilepaskan dari sejarah Istana Maimun dan asal muasal Tanah Deli di kota Medan.

Putri kami berpose di salah satu pintu di Masjid Bakrie /Instagram Nurhilmiyah14
Di bulan Ramadan, biasanya Badan Kenaziran Masjid (BKM) masjid cantik ini mengadakan buka bersama dengan seluruh pengunjung yang datang. Suami saya sendiri sebelum mutasi sempat merasakan beberapa kali berbuka puasa gratis di masjid orang Kisaran ini.

Saat beberapa menit lagi jelang berbuka, petugas akan memberikan nasi bungkus, kurma dan minuman dingin kepada setiap Jemaah. Malah jika tampak ada seorang jemaah yang belum kebagian, nazir masjid akan menghampiri dan dengan sigap menyerahkan makanan berbuka. 

kenangan di kisaran
Misop Kampung / ResepDapoerBoenda

Demikian sepotong kenangan di kota Kisaran, ibarat kata pepatah "tempat jatuh saja dikenang, konon pula tempat bermain". 



56 komentar untuk "Sepotong Kenangan Di Kota Kisaran"

  1. aku pernah ke tanjung balai naik kereta api dari Medan, sayangnya cuma berhenti sebentar di Kisaran. dulu kakakku lama tugas di area tanjung balai terus kisaran. aku udah lupa tahun berapa hehehe. kapan2 pengen main ke kisaran juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha iyaa, Kisaran tuh emang kota lintasan, Kak Risnaa... Anyway thank you yaa jauh² dr Chiang Mai komen di mari hihi :*

      Hapus
  2. MasyaAllah, saya baru tahu Kisaran. Indah ya?

    BalasHapus
  3. Kirain kisaran itu prediksi. hehehe
    Maap baru tau kalau ada daerah namanya kisaran.
    Itu masjidnya gede banget ya, padahal letaknya kayak di deket hutan gitu.
    Kayaknya di kisaran ini banyak wisata religinya. Bener gak sih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kisaran itu ibu kota Asahan kak. Ya kan Bu dosen? 😍

      Hapus
  4. Aduu lihat misop kampung jadi pengen. Saya naksir Masjid Bakrie, indah banget bu. Kalau dari Bukittinggi jauh nggak ya, hehehe. Semoga bisa ke Kisaran suatu hari nanti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pun kangen makan misop ini mbaaa. Hahaha. Dulu pas SD ini jajan saya terus setiap jam istirahat di kantin sekolah.

      Hapus
    2. Iyaiyaa... Jajanan SD jugaa

      Hapus
  5. Misop..mie dimakan pakai kuah sup atau gimana ya itu. Ada kerupuknya juga ya kak..kalau di malang, jatim ada mie pangsit.hehee

    BalasHapus
  6. Kalau gak salah kami 2 kali ke kisaran ikut abinya kerja. Seru foto-foto dan shalat di masjid bakrie, nyobain mie stasiun, dan lainnya. Ah, jadi kangen kisaran.

    BalasHapus
  7. Masjidnya keren mbak, jadi pengin sholat disana. Banyak kuliner pinggir jalan juga yang memanjakan perut.

    BalasHapus
  8. Masya Allah indah banget masjid Agung Haji Ahmad Bakrie. Semoga suatu saat berkesempatan ke sana. Terus menikmati misop bacok deh

    BalasHapus
  9. Udah lama juga Uni Mia ini jadi dosen. Masya Allah. Semoga sukses selalu yaaa uni.

    BalasHapus
  10. Masya Allah saya takjub melihat keindahan mesjid agung Haji Ahmad Bakrie.. saya sangat terpukau ingin melihat ke sana langsung dengan mata kepala saya sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beneran bangun mbak masjid agung bakrie ini. Cocok banget buat menghabisakan sore di sekitar sana. Karena di samping masjid ini ada lapangan bola. Trus magriban di sana.

      Hapus
  11. Kangen masa-masa seperti ini ya mba. Di kampungku juga selain ada pasar takjil juga masjid2nya menyediakan buka puasa juga. Tapi tahun ini jadi sepi :')

    BalasHapus
  12. Kisaran, nama yang cukup unik untuk sebuah tempat. Omong-omong soal masjid Bakrie, dari pintunya saja sudah terlihat mewahnya. Semoga suatu saat bisa berkunjung ke tempat ini aamiin. Btw boleh minta izin saling follow kah kak? Salam kenal ^^

    BalasHapus
  13. Baca artikel ini jadi pengen berkunjung ke sana, kota kecil yang tenang dan ramah penduduknya. Masjidnya juga bagus banget masyaAllah, semoga bisa sholat di sana juga suatu hari nanti 😍😍😍

    BalasHapus
  14. Penasaran dengan miso bacok yang harganya murah meriah muntah. Semoga suatu saat bisa mencicipi langsung di tempatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan muntah mba Nanik 😂. Murah meriah mantappppp.. hehe

      Makan miso bacok minumnya pake es koteng. Baru mantaapppp

      Hapus
  15. Baru tau ada kota bernama kisaran. Indah pula kotanya.. Jadi pingin ke sana

    BalasHapus
  16. Kak, aku langsung penasaran dong sama Miso Bacoknya. Kok lucu banget namanya. Auto googling juga karena baru tau nama tempat Kisaran ini. Kirain tadi merujuk ke kata lain.

    BalasHapus
  17. Saya tahu k PT Inalum, ternyata memang perusahaan ini di sana terkenal banget ya hihi. Wah Masjidnya indah banget masyaAlloh takjub saya melihat keindahannya. Pasti banyak banget ya k kenangan di Kisaran.

    BalasHapus
  18. Subhanalloh indahnya kisaran, liat foto misop kampung, jadi pengen kesana... insyaAlloh. aamiin

    BalasHapus
  19. Wah menarik juga Kota Kisaran ini, banyak hal unik unik di dalamnya. Jadi penasaran, semoga aja suatu saat bisa ke sana..

    BalasHapus
  20. Aku salfok sama foto Mbak dan suami. Mbak pernah bilang kalau nama blog adalah gabungan nama suami kan ya, hehe. Sosweet deh XD

    BalasHapus
  21. Tertarik dengan masjidnya Ahmad bakrie, sepertinya sejuk dan nyaman banget numpang shalat disana ya mbak.

    BalasHapus
  22. kalau nostalgi sama tempat/kota rantauan mmg paling syahdu ya. aku sering denger kota kisaran mba mia, soalnya suami sering kirim barang dari situ. tapi saya sendiri blm pernah ke sana juga ke medan..semoga bisa solat di masjid bakrie ya, bagus hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayoo mba shafira kita ke sana yook, sekalian jalan-jalan menikmati kota kisaran, hihi. seru ya bisa menjelajah ke tempat yang kita belum pernah.

      Hapus
  23. selalu penasaran sama sumut tuh, ke sumatera paling jauh ke lampung aja itu juga karena mau jalan-jalan ke pahawang, kiluan dan krakatau haha. baca tulisan ini jadi pengen menjelajah juga ke kota kisaran. seru yaa. makasih mba sharingnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kisaran memang kota lintasan sih mbak,, tp krn pernah lama tinggal di sana, pastinya berkesan hehe

      Hapus
  24. Senang ya mbak ada di kota kecil yang enggak terlalu ramai tapi fasilitasnya lengkap, apalagi masyarakatnya ramah dan peduli

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak,, keuntungan kota kecil ke mana² dekat, no macet n antre hehe

      Hapus
  25. Baru dengar Kota Kisaran, sepertinya menarik untuk dikunjungi. Semoga ada rezeki agar bisa kesana . aamiin

    BalasHapus
  26. Masjidnya kalau dilihat dari atas cantik banget ya mbak.
    Dan jujur saya baru dengar ada nama kota Kisaran..kudet ya..

    BalasHapus
  27. Karena Saya baru berkunjung ke blog fadli mia. Pada foto Mba dengan Suami saya jadi tau kalau asal muasal nama blog adalah gabungan nama Mba dan suami ya. Hehehe. So sweet..

    Destinasi Masjid menarik Mba. Miso nya keliatan enak banget...

    BalasHapus
  28. Pengen singgah juga ke Masjid Bakrie. Mie sop kampungnya pun juga menarik hati.

    BalasHapus
  29. Baru tahu ada masjid di atas tanah wakaf keluarga Bakrie. Pemandangan di Kisaran begitu menyejukkan hati. Pantas kalau kenangan selama di sana tak terlupakan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini yang dimaksud keluarga Bakrie itu keluarga Bakrie mertusnya Nia Ramadhani atau bukan, ya?

      Hapus
  30. Assalamualaikum ibu. Luar biasa ya Ashan ini. Jadi keinget, pernah sekali ke sana terus janji mau ke sana lagi kalau udah punya mobil. Sampai sekarang belum ke sana lagi karena belum punya mobil *ehcurhat hehe.

    BalasHapus
  31. Emang enak misopnyaa hehe
    Dulu pernah kesna and beli Mie Bacok, enak mienya, cocok harganya...
    Kotanya kecil tp padat n kadang bingung mau kmana hehe.

    BalasHapus
  32. Belum kesampaian bisa sholat di Mesjid Raya Kisaran..
    Melihat postingan ka Mia jadi pengeeen singgah..semoga Covid segera musnah dan kita bisa menjelajah Kisaran lagi ya..

    BalasHapus
  33. loh kak Mia pernah ngajar di UMA? ortu temen elsa juga dosen sm tinggal di komplek itu kak 😂 sempitnyaaa dunia. kami asal pulang kmpung ke bandar pulau pasti singgah di masjid bakrie ini. baik sekadar singgah untuk sholat atau jd titik temu antar keluarga sblm ke tmpt tujuan. kebayang kali itu luasnya ya kak wkwk

    BalasHapus
  34. ngiler banget deh sama miso bacok, penasaran rasanya gimana
    baru tau juga ada nama daerah yang namanya Kisaran hehehe

    BalasHapus
  35. Wow 9 tahun di kota kecil tapi survive tanpa bosan ya kak.
    Kalau ngomong kisaran, awak suka kali berhenti di Bunut. Rasanya hijau banget di situ.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 2005 sd 2010 pp Medan-Kisaran sampe anak ketiga mau lahiran pun masih naik-turun KA. Trus, 2011 sd 2014 stay di Kisaran karena suami kebetulan pindah ke sana, ya sekalianlah tinggal di sana

      Hapus
  36. Wah, ini yang sejak kemarin bikin saya bingung, Mbak Mia dosen PNS tapi kerjanya di PTS. Apa itu sejenis dosen kopertis atau bagaimana ya? Btw, Mesjid Agung Bakrie nya cantik banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. 100 buat Uda👏💯 iyepp dulu namanya Kopertis, sekarang L2Dikti (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi) Wilayah 1 Medan. Kl Mbak Hani L2Dikti wilayah 4, daerah Jawa Barat.

      Hapus
  37. tinggal di kota kecil itu sebenarnya damai ya kak. Toh yang terpenting dalam hidup adalah hubungan kita sama Allah dan keluarga. Rasanya disanapun sudah lengkap sarana dan prasarananya ya kak? Masjidnya indah banget lagi, jadi kepengen kesana.

    BalasHapus
  38. Wah, aku baru tahu ada nama daerah yang namanya kisaran dan membuat aku jadi penasaran ingin liburan ke sana suatu saat, khususnya mencoba aneka kuliner. Salah satunya misop

    BalasHapus
  39. aku jadi pengen ke sana, surve langsung dan bercanda dengan masyarakat yang ada di sana yang tekenal ramahnya.

    BalasHapus
  40. Masya Allah masjidnya bagus banget ya Mbak Kisaran. Memiliki kenangan di sebuah kota, itu sulit dilupakan. Apa pun itu.

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.