Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bloger Profesi Masa Depan


Bloger Profesi Masa Depan (1)

Awal Mula Menjadi Bloger

Bloger, narablog, pengeblog (KBBI) atau blogger (ejaan Inggris), adalah sebutan untuk orang yang mengeblog. Haha… mbulet gak tuh… Tapi begitulah bahasa Indonesia memberikan aturan berbahasanya. Mau mengingkari? Silakan, tak ada yang marah, apalagi melaporkan Anda ke polsek terdekat. Sebab menggunakan bahasa negeri sendiri itu tanggung jawabnya langsung ke hati nurani. Baik, untuk urusan istilah sudah beres ya.

Mengapa saya jatuh cinta pada blogging
Dokpri

Pertama kali saya memposting artikel blog itu di tahun 2009. Saat itu saya terinspirasi dari blog profesor yang mengajar kami di program pascasarjana. Di tahun yang sama pula saya berkenalan dengan dunia situs jejaring sosial Facebook, Twitter dan Path. Instagram baru mulai buat akun di tahun 2013, itu pun karena saya buka toko luring (offline) sehingga merasa perlu pula mendukungnya dengan menjalankan bisnis daring (online).

Di tahun 2009 saya mulai menulis di akun Kompasiana dengan nama akun Nurhilmiyah. Tapi gak tahu nih kok lama gak nulis di sana lagi, terakhir posting pasca ribut-ribut Pilkada DKI, saya menulis tentang “Menang Jangan Terbang, Kalah Jangan Tumbang”. Insyaallah kalau ada waktu lagi akan saya update kembali dengan tulisan-tulisan baru.

Postingan pertama kali di personal blog, tentang rencana bikin buku ajar mata kuliah (MK) Sosiologi Hukum. Waktu itu tahun keempat saya jadi dosen sementara mengampu MK tersebut baru dua tahun. Maklumlah masih terhitung dosen baru biasanya dikasih MK yang dosen lain gak mau lagi, haha. Malah pertama kali jadi dosen di tahun 2005, MK yang saya asuh adalah Antropologi Hukum. Yang bahkan belum pernah saya pelajari saat kuliah di UGM dulunya. Tapi benar kata orang bijak,

“Cara terbaik untuk belajar adalah dengan mengajarkannya, learning by teaching, right?”

Akhirnya sejak lulus S2 di tahun 2010, tahun kelima jadi dosen, sampai menjelang tahun ke-16 sekarang, saya diamanahi MK berbasis konsentrasi pendidikan yang diambil, Hukum Perdata dan Hukum Dagang Bisnis. Meskipun sejak 2014 ini di semester ganjil tetap langganan kebagian mengajar MK Bahasa Indonesia Hukum.

Lho, Lho… kok jadi cerita kerjaan sih, ya iyalah… ada hubungannya dengan hobi menulis yang saya geluti sejak kecil. Meski saya menyadari perbedaan model pendidikan barat dan timur, kalau pendidikan barat baik guru dan orang tua saat melihat bakat anak, begitu tekun dan fokus mendampingi sampai akhirnya si anak menerbitkan buku hasil karyanya. Sementara yang saya alami, kesukaan menulis hanya sebatas mengarang di pelajaran Bahasa Indonesia saja dulu. Baik level SD maupun SMP dan SMA.

Ini menjadi otokritik bagi diri saya sendiri yang belum berhasil mendukung anak menerbitkan buku komiknya. Fyi, putri sulung saya dikaruniai kepintaran menggambar. Sedangkan yang nomor tiga dianugerahi kecerdasan berbahasa. Bayangkan saja jika mereka berdua bisa dikolaborasikan, tak hanya satu, namun sudah berapa buku yang bisa diterbitkan.

Namun sayang, saya sebagai ibu mereka seakan “terbelenggu” dengan tupoksi rutin berupa tri darma perguruan tinggi (mengajar, meneliti dan mengabdi untuk masyarakat). Semua itu ditambah lagi dengan peran domestik meski sekarang Alhamdulillah sudah ada ART yang meringankan pekerjaan.

Singkat cerita mulailah saya mempublikasikan artikel-artikel singkat di blog gratisan dengan mengusung nama www.nurhilmiyah.blogspot.com. Waktu itu saya buat blognya dua, satu lagi www.nurhilmiyah.wordpress.com tapi karena lupa kata sandi masuk ke dasbor, akhirnya bertahun lamanya blog tersebut saya tinggalkan.

Di tahun 2020 inilah rencana saya mengaktifkan kembali blog itu ditambah satu blog lagi www.catatanideinspirasi.blogspot.com yang saya gunakan untuk menampung tulisan-tulisan kembar yang pernah posting di berbagai media baik surat kabar, medsos maupun blog utama yang sekarang, www.fadlimia.com.

Kedepannya blog utama hanya diperuntukkan untuk menerima content placement, content writing, product review, job review, kompetisi blog dan sejenisnya. Meski dengan perbandingan 3:1 untuk tulisan organik dan tulisan yang memiliki backlink ke luar. Katanya sih gitu. Sebab klien kurang suka dengan blog yang kesannya jadi “jualan backlink”.

Blog yang dua lagi untuk apa, ya sebagai blog pendukunglah, hehe… supporter blog untuk ngasih backlink ke blog utama. Begitu juga microblog Kompasiana, pelan-pelan akan dicicil menyelipkan external link ke blog utama di antara kurang lebih 60 tulisan saya selama menjadi Kompasianer. (Wah masih bisa dihitung artikelnya, berarti masih dikit dong ya)

Mengapa Saya Jatuh Cinta Jadi Bloger


Saya jadi bloger karena memang hobi merangkai kata sejak SD. Meski orang tua tidak sempat menyalurkan bakat saya menjadi penulis sejak kecil seperti putranya Kak Helvy Tiana Rosa itu, saya tetap bersyukur. Sebab dari kecil ayah dan mamak mendukung sekali hobi membaca saya. Seminggu sekali ayah membelikan majalah Bobo, Donal Bebek, sebulan sekali membawa pulang buku cerita. Dan mereka berdua pun mencontohkan keteladanan membaca di rumah.

Kebetulan ayah dan mamak saya adalah ustaz-ustazah di masanya. Ayah rutin diminta mengisi ceramah agama menjelang berbuka puasa di stasiun TVRI Medan dan siraman rohani pada saat sahur di RRI Produa FM Medan. Sementara mamak sering diminta memberikan taushiyah agama di kurang lebih 25 majelis taklim ibu-ibu di kota Medan. Jadi saya dan keempat adiklah saksinya bagaimana mereka berdua berjibaku membaca-baca materi sebelum “show” di arena dakwahnya masing-masing.

Lingkungan demikian Alhamdulillah memupuk semangat belajar kami hingga membekas sampai sekarang, meskipun sudah puluhan tahun silam. Bahkan pesan ayah saya di percakapan telepon kami terakhir sebelum beliau berpulang ke rahmatullah, “Lanjutlah S3, diizinkan Fadli-nya tu, insyaallah…”

Yup, karena almarhum paham sekali kondisi kami dan begitu respek pada keputusan menantunya. Saya belum dapat izin melanjutkan studi ke level doktoral karena suami memang belum mengizinkan. Anak bungsu kami yang masih berusia dua tahunan, khawatir kurang perhatian di usia periode emasnya.

Sembari mempersiapkan diri menuju jenjang S3 (semoga izinnya turun sebelum usia batas beasiswa berakhir ya, huhuu) saya tetap menjalankan kegiatan menulis dengan berbagai deadline. Mau tahu apa saja writing project saya? Nih saya bocorkan ya,
  1. Mendampingi Ririn bikin buku perdananya, sayangnya masih dua tulisan, anaknya gak bisa dipaksa, jadi nulisnya santuy.
  2. Mendukung Rara bikin buku komik meski anaknya lebih rajin posting novel di platform Wattpad.
  3. Naskah buku Bahasa Indonesia Hukum yang idealnya terbit sebelum tahun ajaran baru semester ganjil mendatang.
  4. Naskah buku solo ketiga,“99 Inspirasi Harian” yang terbengkalai sejak 2017, ini sedang diikutkan proyek tantangan membuat buku dalam sebulan.
  5. Naskah buku antologi “Sukses Saat Sulit (S3)” yang barusan kirim, kami sedang urun pendapat soal judul dan warna cover di grup. Ini merupakan buku antologi saya yang ke-22.
  6. Naskah buku antologi tempat wisata sebagai lanjutan dari buku antologi The Amazing Traveling yang saya terbitkan bersama teman-teman di tahun 2019 lalu.
  7. Draf artikel ilmiah untuk jurnal internasional, belum saya lengkapi lagi koreksian dari reviewer Australia.
  8. Draf artikel ilmiah untuk jurnal berbahasa Inggris terbitan UMSU, Nomoi Law Review.
  9. Draf artikel ilmiah untuk jurnal terakreditasi Sinta 3 De Lega Lata, sudah dikoreksi reviewer namun belum saya revisi.
  10. Draf artikel ilmiah untuk jurnal pengabdian masyarakat sudah terbit LoA (Letter of Acceptance)-nya.
  11. Laporan akhir kegiatan pengabdian masyarakat yang lulus di hibah internal 2020 awal Maret lalu, saya sebagai ketua tim pelaksana, masih on progress.
  12. Membuat proposal kegiatan untuk program kerja (progja) “Mendidik dengan Cinta”, dengan segmen dosen-dosen muda baru menikah. Ini merupakan salah satu program tahunan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UMSU, saya sebagai anggotanya namun diserahi tanggung jawab me-manage acara ini. Acara akan dialihkan dalam bentuk webinar tetapi pembahasan untuk ini belum tuntas.
  13. Membuat proposal kegiatan untuk progja “Sosialisasi Hak-Hak Anak ke sekolah-sekolah”, kegiatan PSGA juga. Harus disesuaikan juga dengan kondisi saat ini.
  14. Menyusun rencana program bulanan Rumah Belajar (Rumbel) Literasi Ibu Profesional (IP) Sumatera Utara.
  15. Sebagai penanggung jawab buku antologi teman-teman Ibu Profesional Sumut, yang mengalami kekurangan penulis, baru terkumpul 17 tulisan.
Pekerjaan di atas simultan dengan rutinitas mengajar setiap harinya. Sehubungan dengan maraknya wabah Coronavirus Disease (Covid-19) ini, mengajar pun beralih menjadi daring. Jadilah sesuai jadwal saya stand by di depan laptop dan ponsel. Pagi sampai siang memberi kuliah jarak jauh, siang ke sore menjelma jadi bu guru bagi Ririn.

Semenjak keluar seruan pemerintah bekerja dari rumah (WFH/Work from Home), belajar dari rumah dan beribadah dari rumah, maka peran saya pun bertambah menjadi pengajar “homeschooling” (HS) bagi si putri ketiga yang cantik jelita ini.

Mengapa dikasih tanda petik, ya masih HS-HS an lah… hanya berupa memindahkan lokasi anak yang biasanya belajar di sekolah bersama gurunya, kini belajar bersama saya dan suami di rumah. Setahu saya dari sharing bersama teman-teman yang home educator, HS memiliki kurikulumnya sendiri. Meski mengetahui info soal HS ini sejak 2004 silam, namun tidak terpikirkan mengajar penuh anak sendiri selain mendampinginya membuat PR.

Padahal Ririn sudah lama meminta pingin HS saja sama Umi. Namun karena waktu tidak mengizinkan Ririn pun harus menerima dengan lapang dada harus datang ke sekolah formal. Sampai akhirnya Covid-19 membuat semua jadi berbeda. Hikmahnya, kini Ririn tersenyum menikmati HS ala Umi di rumah.

Mengapa saya mencintai blogging
Ilustrasi seorang ibu yang terus belajar / id lovepik

Adapun hal-hal rutin yang saya lakukan dalam menulis di blog sebagai berikut:

  1. Mengubah ide menjadi postingan blog. Saya kerap menyesali mengapa ide yang dimiliki tidak segera saya tuliskan. Terkendala masalah waktu, banyak pekerjaan utama dan lain-lain. jadi ketika ada ide, tidak berlama-lama, langsung saya jadikan blogpost.
  2. Setor ODOP (One Day One Posting) sesuai tema yang diberikan di GWA KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional), ini sudah masuk tahun kedua saya ikuti secara rutin.
  3. Blogwalking (BW) ke beberapa GWA BW. Hal ini penting sebab sebagai bagian dari usaha meningkatkan pageview (PV) blog sendiri, serta belajar dari blog teman-teman bloger lainnya. 
  4. Mengikuti lomba blog yang realistis untuk dikerjakan. Mengapa harus realistis? Karena saya harus menyadari kemampuan diri. Saya bukan seorang full time blogger yang bisa mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya untuk mengikuti lomba blog. Saya seorang ibu dengan empat anak, dosen dengan banyak tugas kampus, dan ngeblog untuk merawat konsistensi menulis. Prinsip saya, jangan sampai karena keasyikan ikut lomba blog, jadi mengesampingkan tugas sebagai ibu dan dosen. Kalau bertanya pada nafsu, inginnya maksimal di semua lomba, tetapi cepat-cepat becermin, hibah-hibah untuk dosen sudah dimenangkan semua belum? Mestinya itu yang saya kejar dengan sungguh-sungguh, sebab itu jalur yang benar untuk saya saat ini. Jika pun ada satu dua lomba blog yang saya ikuti, tidak sampai memakan waktu terlalu banyak, tetap logis dan proporsional.
  5. Belajar SEO. Bukan rahasia lagi kalau mau tetap dicap sebagai bloger, kita harus mau belajar Search Engine Optimization (SEO), teknik ngeblog terus menerus. Bloger mana yang tidak ingin mencapai DA/PA setinggi-tingginya. Bukan semata mengejar job dari blog tetapi juga kepercayaan terhadap domain, blog tercinta kita bukan sekadar tempat curhat, tetapi juga memiliki rangking di mata mesin pencari.
(Bersambung ke Bagian 2)
Di bagian kedua akan saya kemukakan mengenai mengapa bloger bisa dikatakan profesi masa depan.


Salam,




18 komentar untuk "Bloger Profesi Masa Depan"

  1. Habis sudah kata-kata untuk memuji kak Mia.. luarbiasa produktifnya. Mungkin inilah yang namanya berkah waktu ya kak.. selalu saja sempat mengerjakan semua dengan baik..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaallah aamiin. Ngeblog urutan ketiga Cha... setelah ngurusin anak2, kerjaan kampus baru bs ngeblog, hehe

      Hapus
  2. Tiap baca tulisan bu dosen yg satu ini selalu kagum..
    Produktif sekali mbak, bagi tips manajemen waktunya dong

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebalik dong, Mbak Dee yg mesti bagiin tips manajemen waktunya hehe

      Hapus
  3. Aku Salut dengan yang konsisten jadi blogger deh. Aku nulis blog sesuka hati aja soalnya

    BalasHapus
  4. Luar biasa banget konsistensi mba menjadi seorang blogger ya, salut banget deh.
    Jadi ingin belajar lebih dalam lagi soal penulisan sama mba biar kedepan next tulisan aku juga di lirik dan tentunya tawaran nulis berdatangan ya.

    Apalagi profesi sebagai blogger jam kerjanya beda dengan orang kantoran yang jam kedatangan - PO ulang udah di atur. Beda dengan seorang blogger yang bisa stay dirumah sambil ngurus kerjaan rumah tangga tapi tetap profesional dalam menyelesaikan tulisan.

    BalasHapus
  5. Lanjutkan ngeblog di Kompasiana. Banyak dosen juga yg menulis di sana. Jadi sekalian interaksi dengan mahasiswanya...

    BalasHapus
  6. Kalau aku dulu awal bikin blog karena curhat tentang program hamil dan jarang update karena emang niatan hanya untuk tempat curhat. Tapi 3 tahun belakangan ini pengen serius.

    BalasHapus
  7. Keren, kaka..
    Dengan waktu yang sama, banyak hal yang bisa dilakukan karena semua goals sudah ditentukan.
    Sukses selalu, kaka.

    BalasHapus
  8. Niatan saya bikin blog untuk membuat catatan harian tentang anak-anak saya. Sampai sekarang masih begitu. Seneng banget kalau tulisan lama dibaca ulang. Ternyata mereka pernah begini pernah begitu :D

    BalasHapus
  9. Pasti berawal dari hobby yah Mba. Akupun begitu. Hobby yang menyenangkan dan semoga jadi peluang berpenghasilan yang menjanjikan

    BalasHapus
  10. Masya Allah, jadi sederet prestasi ya Mba. Hebat sekali. Keren sudah mulai ngeblog sejak 2009.

    Memang ternyata jadi bloger ini membuka banyak kesempatan lainnya ya.

    Semangat terus buat kita semua.

    BalasHapus
  11. MasyaAllah Tabarakallah, perjalanan ya luar biasa yaa mba, saya jadi ikutan semangat buat lebih rajin lagi nulis di blog seperti mba Mia.. selama ini masih suka males-malesan ☹️ makasih yaa mba, inspiratif sekali tulisannya ❤️

    BalasHapus
  12. MasyaAllah produktif sekali Mba, semoga aku juga bisa mengikuti jejakmu ya hehe sukses selalu mba

    BalasHapus
  13. Aku juga Mba punya cita-cita jadi blogger dimasa depan. Supaya lebih banyak waktu dirumah bareng anak-anak, tapi sekarang mau nulis aja suka males. Semoga semangat ku mengikuti semangat mu Mba.

    BalasHapus
  14. seru banget ya mbak jadi blogger. aku juga sekarang mulai berusaha jadi blogger profesional nih. pekerjaan impian

    BalasHapus
  15. Semangat terus ya Mbak ngeblognya... Udah sibuk masih sangat produktif menulis. Gimana itu atur waktunya, Mbak... Aku yang ngeblog sambil jadi ibu rumah tangga aja masih suka kerepotan antara nulis, ngurusin teknis blog, blog walking, belum ngurusin medsosnya. Salut lah kalo bisa rutin ODOP. Aku mah belum sanggup, hihi...

    BalasHapus
  16. Prosesnya panjang ya sampe harus jadi blogger dan jd jatuh cinta sama profesi blogger..

    Semoga terus sukses yaaa...

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.