Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman Sakit Di Sepuluh Hari Terakhir Ramadan

Artikel kali ini berjudul pengalaman sakit di sepuluh hari terakhir Ramadan. Siapakah yang sakit? Saya dan anak bungsu, Rausyan atau Ocean. Padahal yang namanya momen-momen akhir Ramadan itu yang paling ditunggu-tunggu. 

Ada saat turunnya lailatul qadar, malam seribu bulan, menghidupkan malam-malam terakhir Ramadan tahun ini. Ada pula persiapan jelang hari kemenangan, berbelanja, membenahi rumah, dan bikin kue bareng anak-anak perempuan.

saya dan ocean
Dokpri

Terbaring Tak Berdaya

Buyar semua rencana ingin ini dan itu, fokus pada cara menurunkan demam tinggi, demamnya Ocean juga, kepala rasanya mau meledak saking pusingnya, tetapi tidak ada batuk, flu ataupun mual dan muntah. 

Sementara Ocean mengalami muntah kurang lebih 2-3 kali. Dan sepertinya terkena sariawan, ada sejenis luka di gusi bagian bawah giginya. Nyeri sekali tampaknya. Spontan saya berikan obat antimuntah agar makan dan obatnya tidak keluar dengan percuma lagi. Begitulah seorang ibu, kendati tengah terbaring tak berdaya, masih berupaya mengurus anak yang berbarengan sakitnya. 

Alhamdulilah suami dan anak-anak yang lebih besar dengan penuh perhatian merawat kami berdua. Si kakak sulung mengompresi saya, si abang nomor dua mengganti air hangat untuk kompres dahi Ocean, dan si kakak nomor tiga dengan telaten menyediakan makan dan bolak-balik mengambilkan minuman hangat untuk kami berdua.

Saya tidak bisa membayangkan andaikan sedang tergolek lemah namun tak ada keluarga yang mengurusi, alangkah malangnya. Tetapi saya tetap yakin bahwa Allah SWT tidak akan menguji seseorang melebihi batas kemampuannya.

Banyak hikmah yang bisa dipetik dari setiap peristiwa termasuk sakit sekalipun. Adapun pelajaran yang bisa saya ambil untuk menjaga kesehatan ke depannya adalah sebagai berikut:

1. Menghindari terlalu banyak bekerja apalagi sampai multitasking

Saat saya berkonsultasi mengenai hal-hal yang dirasa saat sakit, sebagai seorang dokter, kakak ipar saya tentu saja mencurigai gejala Covid-19. Meski keukeuh pada pendirian bahwa yang saya derita adalah kecapaian. Kurang waktu untuk beristirahat, tidur malam kurang berkualitas, dan beban pekerjaan baik dari kampus dan rumah seakan berlomba-lomba menuntut ingin diselesaikan.

Menurut saya dengan beristirahat total selama sepuluh hari terakhir Ramadan ini insyaallah saya dan Ocean akan sembuh. Kakak memberikan banyak multivitamin untuk saya dan Ocean. Saya mengonsumsi obat penurun panas dan antibiotik juga. 

Ocean, karena masih berusia jelang 4 tahun, daya tahan tubuhnya belumlah sekuat orang dewasa. Sehingga lebih dahulu saya yang perlahan-lahan sehat kembali. Malah muntah yang tadinya sudah tidak ada muncul lagi 1 kali sehari. Wah, tidak bisa didiamkan di rumah saja nih pikir kami.

Lantas kami pun membawa Ocean ke DSA langganan sejak ia lahir, ketiga kakak dan abangnya juga. Saya yang saat itu masih merasakan badan belum kuat, menyandarkan jok mobil setengah tiduran. Saya memaksa ikut untuk mendampingi Ocean cek ke dokter.

Ah, sayangnya klinik si dokter familier tutup, baru buka lagi besok. Duh, salahnya saya tidak mengirimkan pesan singkat dulu bertanya perubahan jam praktiknya di bulan puasa. Untuk menunggu satu malam pun dengan kondisi saya, terutama Ocean, suami tidak ingin menunda periksa ke dokter. 

Mobil langsung diarahkan suami menuju RSIA terdekat malam itu juga. Syukurlah 1 jam lagi dokter anaknya akan pulang dan Ocean menjadi pasien paling akhirnya. 

Dokter memberikan obat penurun panas. antibiotik dan vitamin anak saja. Selang 3 hari dan obat habis demam di tubuh Ocean muncul lagi. Wah, gak bener ini pikir saya dan suami. Biasanya anak-anak ini setelah makan dan minum obat dokter beberapa hari mulai menunjukkan kesegarannya dan ceria kembali, sembuh seperti sedia kala. 

Esoknya kami kembali menemui dokter anak di RSIA , setelah menyampaikan kondisi Ocean, dokter menyarankan cek darah. Duh, drama jarum suntik penghisap darah Ocean sebanyak 3cc untuk pemeriksaan morfologi darah. 

Seperti yang sudah-sudah, Ocean pun menangis menahankan perihnya, saya memeluknya sementara ayahnya mengelus-elus punggungnya. Tetapi dasar Ocean, setelah keluar dari ruang pengambilan sampel darah, diajak bercanda oleh kakak dan abangnya ia kembali tertawa lucu, benar-benar menggemaskan, menghibur hati saya yang saat itu belum sehat betul.

Nah, jadi saya kapok ah multitasking. Selain disamakan dengan kerugian yang didapat dari sering begadang yaitu penurunan IQ hingga 15%, demikian hasil riset peneliti dari University of London, multitasking juga sangat merepotkan, bukan.

Dikira kalau dikerjakan secara bersama-sama malah bisa semuanya selesai, ternyata itu salah. Sebaiknya fokus di satu kegiatan saja. Sehingga kesalahan bisa diantisipasi, kerjaan bisa tuntas, dan tidak menimbulkan stres. 

2. Banyak makan sayur dan buah setiap harinya

Sayur dan buah memang senantiasa menjadi menu keseharian. Tetapi terkadang asupan yang dimakan itu tidak mencukupi.  Berdasarkan anjuran Kementerian Kesehatan, orang dewasa mestinya makan sayur sebanyak 400 gr - 600 gr dalam sehari. 

Gampangnya, porsi nasi harus sama dengan porsi sayur mayurnya. Jangan nasi dengan lauk pauk saja atau lebih banyak nasinya ketimbang sayurnya. Ini menjadi PR tersendiri buat saya yang terbiasa "makan terbang" karena harus cepat selesai makan lalu menyuapi Ocean. 

Meski ia sudah bisa makan sendiri tetap saja harus dipastikan suapan itu benar-benar ditelannya. Namanya juga anak balita, kadang makan suka diemut, makan tetapi tidak habis, atau makan sampai melebih 30 menit. Jadi harus ditemani.

Satu lagi yang akan saya perbaiki ke depannya adalah, terkadang suka kelupaan dengan alasan waktu menyediakan lalapan kalau sedang memasak menu kuah bersantan. Padahal sebelumnya saya masih rajin menyediakan timun, daun kemangi, rebusan kacang panjang, buncis atau wortel, bersanding dengan kari daging, gulai ayam, soto, dan rendang. 

Buah juga demikian, disediakan di kulkas namun untuk menjadikannya camilan kok berat. Malah memilih bakwan, ager, tempe atau kentang goreng krispi dicocol saus cabai. Duh, gak sehat yaa. Emak-emak suka ngeles, semua penganan disediakan buat suami dan anak-anak tetapi yang duluan mencicipi ya emak sendiri. Huhu.

3. Katakan tidak pada perfeksionis

Pekerjaan rumah itu tidak akan ada habisnya sampai kita meninggalkan rumah. Sebuah pesan yang sedikit menenangkan batin working mom tanpa ART seperti saya. Seorang kakak ideologis pernah mengatakannya ke saya demi melihat saya wara-wiri tak ada hentinya ketika datang menyambangi rumah kami.

Maksud pesan di atas bukan melarikan diri dari kerjaan yang belum selesai lantas keluar rumah. Bukan seperti itu. Tetapi, jika sudah memenuhi target minimal, sudahlah tinggalkan saja, lebih baik gunakan waktu untuk rehat atau me time sekadar nonton 1-2 episode drama Korea ongoing yang ditunggu-tunggu.

Jadi biarkan saja rumah masih tampak belum rapi, asalkan lantainya bersih, masakan sudah siap, si balita kenyang, boci (bobo siang) deh ama si kecil. Jangan paksakan pindah mengganti tanah kompos tanaman hias kesayangan atau merapikan isi kitchen set yang mulai tak beraturan jika tenaga sudah lampu kuning.

menunggu dokter
Wajah-wajah lagi kurang sehat berdua

4. Delegasikan tugas 

Kami dianugerahi 4 anak, dengan ketiga anak sudah usia SD-SMP dan SMA. Maka saya mulai mendelegasikan tugas demi tugas di rumah tangga untuk mereka kerjakan masing-masing. Seperti si kakak mencuci piring, si abang menyapu dan membuang sampah, dan si kakak satu lagi menyirami tanaman.

Sementara saya memasak dan mengurusi si bungsu. Menyetrika pakaian ada sendiri yang mengerjakan, ia datang 2x dalam seminggu. Bisa juga dimintai tolong menunggui Ocean saat saya ada urusan ke kampus.

Memborong sendiri pekerjaan tanpa mendelegasikan ke anak-anak sama halnya merugikan diri sendiri. Anak-anak jadi kehilangan kesempatan belajar bertanggung jawab, dan ibu akan mengalami kelelahan luar biasa dan berujung pada jatuh sakit. 

Rasa sayang pada anak-anak dimanifestasikan dalam bentuk mengarahkan dan membimbing mereka menjadi pribadi-pribadi yang tahu diri, ringan tangan membantu, dan paham bahwa seluruh pekerjaan di rumah adalah tanggung jawab bersama.

5. Jangan lupa lagi minum multivitamin

Penyakit orang yang merasa sehat adalah lupa bahwa ia pernah diterjang sakit. Badan yang segar bugar, semangat yang membubung tinggi seolah-olah tubuh bakal sehat selalu. Ke depannya tetapi menjaga kesehatan seperti awal mengalami pandemi tahun lalu.

Waktu itu saya seperti sedang berkampanye di rumah ke suami dan anak-anak. Minumlah vitamin setiap hari, banyak mengonsumsi air putih, jangan begadang, tidur lebih dini dan bangun lebih pagi, berjemur di bawah sinar matahari pagi, olahraga agar selalu bugar, dan sebagainya.

Ternyata di tahun kedua pandemi gairah untuk semua itu mengendur. Mestinya konsisten, jangan kasih kendor. Setiap hari minum vitami sebagai ikhtiar menjaga kesehatan. Karena kita tidak kebal terhadap Covid-19 dan penyakit gejalanya.

Kesimpulan

Pengalaman sakit di sepuluh hari terakhir Ramadan rasanya seperti kehilangan waktu yang berharga. Namun saya dan umumnya kami sekeluarga merasa bersyukur sekali saya dan si kecil bisa sehat seperti sedia kala.

Ke depannya banyak hal yang mesti diperbaiki demi selalu dalam keadaan sehat. Menghindari terlalu banyak bekerja sampai multitasking, banyak makan sayur dan buah setiap harinya, katakan tidak pada perfeksionis, delegasikan tugas, dan jangan lupa mengonsumsi multivitamin.

Last but not least, senantiasa memperisai diri dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT. Agar diberikan kesehatan diri dan keluarga, bisa beribadah dengan optimal, melaksanakan pekerjaan dengan baik, dan selalu bersyukur di setiap waktu. Berharap agar dipertemukan kembali dengan Ramadan tahun depan dan bisa mengisi sepuluh malam terakhirnya dengan maksimal. Amin.

Salam, 
pengalaman fadlimia















21 komentar untuk "Pengalaman Sakit Di Sepuluh Hari Terakhir Ramadan"

  1. Sedih memang kak kalo sakit di akhir ramadhan. Rasanya ilang kesempatan utk ibadah maksimal di waktu yg mustajab setahun sekali. Tapi tak apalah,, tetap ada hikmah yang bisa diambil. Salah satunya tulisan ini,, hehe.. Sehat2 selalu kita semua kak Mia..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... banyak minum air putih selalu yaa

      Hapus
  2. Innalilahi.

    Alhamdulillah, sekarang semua sudah sehat ya kk.
    Sehat-sehat ya buat kita semua, kk.


    Jadi ingat mamak di kampung. Kadang suka gitu. Ladang, rumah, dapur, dll. Padahal badan sudah lampu kuning.

    Terima kasih juga buat sharing-sharing nya kk.
    Sangat bermanfaat buat bekal saya sebagai calon ibu. #eak. 😂
    Insya Allah. 🤲

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih, perasaan bisa mengerjakan semua-muanya padahal usia sudah di akhir kepala 3 nih hehe

      Hapus
  3. Pantesan sempat ga absen dari timeline ternyata sedang sakit Mbak Mia
    Alhamdulillah berdua Ocean sudah sembuh seperti sedia kala.
    Menyoal katakan tidak pada perfeksionis saya pun akhir akhir ini makin menguatkan semangat ini. Dulu biasa ada mbak yang bantu pagi, bersih-bersih dan setrika. Sejak pandmei dia dan suaminya balik kampung ga kerja di Jakarta. Nah, akhirnya tanpa ART. Mumpung anak-anak PJJ dan delegasikan aja pekerjaan yang mereka bisa. Meski hasilnya ga sempurna berusaha "katak tidak pada perfeksionis" biar Ibunya tetap sehat jiwa raga hahaha

    BalasHapus
  4. ya ampun mbak nggak kebayang beneran sakit di bulan Ramadan, sakitnya bebarengan sama si kecil pula ya. untuk ada keluarga yang menemani, alhamdulillah sekarang sudah sembuh semua ya.. memang mesti kasih jeda buat istirahat ya, sepakat juga dengan poin2 di atas, berasa dikasih nasihat banget. hhh

    BalasHapus
  5. Tapi yg namanya skit biar waktu kapan juga tetap sedih sih karena waktu kayak terbuang bukan cumn 10hri ramadhan hihi,, tp alhamdulillah sudah sehat kembali, dan semoga tetap sehat beserta keluarganya mbk

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah sekarang sudah lebih baik ya
    Betul emang sakit itu sangat tidak enak
    Saya dan keluarga juga merasakannya. Apalagi suami, sejak sebelum puasa, sampai sekarang masih blm sembuh juga ...

    BalasHapus
  7. Sakit memang jadi pengingat kita biar lebih sayang lagi sama diri sendiri ya :) apalagi pas puasa jadi cobaan yang berat jg rasanya

    BalasHapus
  8. Ini juga sebenarnya teguran buat aku yang suka mengerjakan projects tanpa kenal waktu, jarang minum air , jarang minum buah, dan suka multitasking.

    BalasHapus
  9. Huhuhu.. sekarang awak gak mau skip minum multivitamin kak.
    Setelah sempat 2 hari sakit, kapok banget. Karena sampe sekarang mulut masih paittt.. bawaan belum bisa fit kayak semula..

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah ya kak miaa skrg sudah sehat. Mudah-mudahan selalu dalam lindungan Allah. Btw saya jadi kesentil banget nihh soal multitasking. Ngga lagi2 juga deh huhu. Emang bikin stres yaa mba justru

    BalasHapus
  11. Seenggak bagus gitu sebenarnya multitasking itu ya kak Mia. Bersyukur ada anak anak yang sudah lebih besar, siap sedia membantu. Dan terakhir, nggak perfeksionis dan delegasikan tugas itu iya banget. Lelah kalau semua ditanggung sendiri.

    Semoga Kak Mia sekeluarga selanjuthya sehat selalu ya.

    BalasHapus
  12. kalau ngeliat anak atau si kecil sakit rasanya nggak tega,, karena masih kecil juga untuk menahan rasa sakit
    beruntung sekarang sudah baikan ya mbak
    pasti saat saat menjelang hari raya kemarin sungguh hectic ya

    BalasHapus
  13. kak Mia, rekomendasi vitamin 😂 ocean sm kak Mia sakit difoto aja masih agak seger, bisa menutupi kelemasan yg ada. memang perfeksionis dikala sakit tuh jangan dibawa2 deh ya kak, kalo gak capek sendiri. apalagi mamak2 ni kadang gak mau jg mendelegasikan tugas, maunya dia sendiri semua nya, alhasil kecapean

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang pas didelegasikan kan sa, malah makin berantakan. Wkwkwk makanya kadang semua dikerjain sendiri

      Hapus
  14. Sakit di masa pandemi begini memang bikin khawatirnya jadi berlipat ya. Kecapaian aja udah bikin paranoid macam-macam. Kalau nggak dari kitanya, dari orang-orang sekitar kita yang paranoid yaks.

    Memang kudu bisa atur waktu dan jaga kondisi, banyak-banyak minum multivitamin biar setroong, apalagi emak2 yang kerjaannya super2 kaya mbak Mia giniih. Sehat2 terus ya mbak dan keluarga.

    BalasHapus
  15. Gak enaknya kalau sakit ini ya kak, mau ngelakuin apa aja jadinya gak semangat. Awak udah 4 hari minum obat paracetamol terus, mulut jadi rasa bau obat, nafsu makan surut malah sakit maag yang timbul :"(

    BalasHapus
  16. Jadi perlu seimbang ya, aktif boleh tapi tetap masuk akal ya l. Kalau gak rugi sendiri

    BalasHapus
  17. saya yang tipe banyak melakukan kegiatan dalam waktu bersamaan dan membuat badan saya kelelahan mba terus saya juga tipe yang perfect apa apa tuh dan ini sering menghambat pekerjaan saya

    BalasHapus
  18. Kemaren baru aja si oza step/kejang kk dlm satu mlm demam, baru kali ini kami panik luar biasa, syukur nya tetangga sigap dimintai tolong, secara dirumah kami cm betiga. Dan alhamdulillah sehari itu jg oza sembuh kk. Semoga kita dlm. Lindungan Allah ya kk, sehat semua kita.

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.