Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tour De Sumbar 2022

Alhamdulillah akhirnya rencana traveling keluarga kami sejak 2019 terealisasi juga. Tiga tahun lalu kami berlibur ke Sibolga dan Pandan, yang berjarak kurang lebih 350 kilometer dari kota Medan. Dengan rute jalan lintas barat, minibus kesayangan memotong Pulau Sumatra dari arah pantai timur menuju pantai barat Sumatra. 

Berhubung menghindari arus macet Nataru 2022 (Natal dan Tahun Baru), kami memilih rute jalan lintas barat, yang relatif lebih sepi dilalui bus-bus AKAP (AntarKota AntarProvinsi).

Tour de Sumbar 2022

Di postingan sebelumnya saya pernah menuliskan tentang inspirasi menamai perjalanan kami tahun ini, Tour de Sumbar 2022. Mendapatkan ide dari berita tentang Tour de Singkarak 2019, berbekal niat untuk safar dan rihlah bersama anak-anak, kami memulai perjalanan belasan jam ini dengan bismillah.

Jarak Medan ke Padang kurang lebih dapat disetarakan dengan Jakarta ke Bali, yaitu 18-19 jam dengan menggunakan jalan darat. 

traveling keluarga

Kota-Kota yang Disinggahi

Melewati jalan yang katanya paling berbahaya se-Asia, yaitu rute Tarutung-Sibolga, saya menemani suami sebagai navigator. Plus merangkap sebagai sopir dua atau sopir cadangan. Keempat anak tertidur karena pemandangan kanan dan kiri bukit batu cadas dan jurang, tampak gelap, hanya mengandalkan lampu depan mobil dan  sinar rembulan. 

Alhamdulillah setelah berhasil keluar dari batu lobang, pertanda kota Sibolga sudah di depan mata. Tiga ratusan tikungan tajam telah berakhir. 

1. Sibolga

Kota pertama yang kami inapi untuk melepas lelah setelah hampir 9 jam menempuh perjalanan dari Medan, adalah kota berbilang kaum, Sibolga. Kota ikan yang letaknya di tepi jajaran garis pantai Samudra Hindia atau Samudra Indonesia.

Sebelumnya saat H-1 tour, saya sudah memesan kamar hotel via OTA (Online Travel Agent). Namun sayangnya sudah enam kali melakukan pembayaran, tak kunjung berhasil, tidak tahu mengapa.

Alhamdulillah nomor WhatsApp resepsionis hotel yang tertera di situs web hotel, aktif. Fast response pula, kami sangat terbantu. Mengantisipasi kamar full booked di tanggal 24 Desember akhir pekan pula. 

Pengalaman libur lebaran lalu ke kota ini juga, kami tidak kebagian kamar, dan terpaksa sekali mengetuk rumah adik yang kebetulan sudah menjadi warga Kabupaten Pandan, tetangganya Sibolga.

hotel pertama
Hotel Syariah CN Darussalam - Sibolga, tampak depan / dokpri

Koper pakaian dan tas kami masukkan ke kamar. Sesuai peraturan hotel syariah, anak usia baligh tidak diperkenankan sekamar dengan orang tuanya. Maka tiga anak yang besar tidur di kamar sebelah, sementara saya, suami, dan si bungsu balita, di satu kamar sendiri.

Hotel Syariah CN Darussalam nyaman sekali, ada lift pula sehingga untuk mencapai kamar kami yang terletak di lantai 3, kami tak perlu bersusah payah. Sesuatu yang jarang ditemui di hotel kota kecil. Kalau di kota besar mah sudah biasa hotel bertingkat menyediakan elevator. Kamarnya bersih, nyaman, toiletnya juga bersih. Fasilitasnya TV, ada ketel listrik. 

2. Kota Nopan

Kota kedua yang kami singgahi untuk bermalam sekadar meluruskan pinggang yang tertekuk terus selama di mobil, adalah Kota Nopan. Perjalanan kami yang supersantai karena bawa anak-anak, akan beristirahat di hotel atau penginapan yang ditemui saja. Jadi tidak prepare seperti hotel di Sibolga. 

Berhubung Kota Nopan itu kota kecil yang menjadi lintasan di jalur lintas barat Sumatra, penginapan tidaklah banyak. Mampir makan bakso di tepi jalan, pemilik warung bakso menyarankan kami menginap saja di mess Pemprov Sumut. Kami pun menurutinya.

Mess pemda itu namanya pesanggrahan, istilah yang digunakan untuk rumah persinggahan sejak zaman kolonial Belanda. Bangunan klasik khas gedung-gedung buatan Belanda awalnya saya kira akan menakutkan. 

Pesanggrahan Mess Pemprov di Kota Nopan

Apalagi kami tiba di malam hari, benar-benar waktu untuk langsung tidur. Sesampainya di sana jauh dari kesan angker, justru bangunan pesanggrahan ini sedang direnovasi agar lebih bagus lagi dan tampak baru.

Kami dikasih kamar dengan ranjang 3 buah, kamar mandi di dalam kamar, ada satu lemari pakaian, serta meja kecil untuk tempat meletakkan ponsel dan benda kecil lainnya. Alhamdulillah kami semua tidur nyenyak melepas penat, perjalanan menuju provinsi tetangga dimulai keesokan harinya.

3. Bukittinggi

Pagi harinya di saat burung di pesanggrahan masih berkicau, matahari belum sempurna terbit, kami bergegas meninggalkan kabupaten Mandailing Natal menuju perbatasan dua provinsi, Sumut dan Sumbar.

Ketika mencapai gapura pembatas Sumut-Sumbar, rasanya sesuatu banget membelakangi wilayah Sumatra Utara. Sementara gapura selamat datang tidak ada kami temui hingga benar-benar masuk Provinsi Sumbar.

Kami melalui daerah Rao, Pasaman, Pasaman Barat, Bonjol si kota ekuator, ditandai dengan adanya icon bola dunia besar yang dibelah di bagian tengahnya begitu masuk kota Tuanku Imam Bonjol ini. Dan akhirnya setelah 1 jam 25 menit kami pun tiba di Bukittinggi.

Berpose di Jam Gadang

Senang sekali rasanya melihat ada rumah bagonjong di pinggir jalan. Tak perlu waktu lama kami pun makan siang di RM Simpang Raya, tepat di depan Jam Gadang yang terkenal itu. Hari Ahad di kawasan wisata Jam Koto Gadang Bukittinggi sangat ramai dengan para pelancong.

Tampak jajaran penjaja kuliner streetfood yang ditata dengan rapi untuk melayani para pengunjung. Selain jam gadang ada Istana Bung Hatta, Taman Tugu Pahlawan Tak Dikenal, melambangkan bahwa kota Bukittinggi adalah kota sejarah, kota para pahlawan yang melawan penjajahan Belanda.

Di Bukittinggi kami menginap di hotel terdekat dengan jam gadang. Sayang kami tidak mendapatkan kamar yang sesuai harapan karena padatnya pengunjung hotel. Sudahlah, yang penting malam itu kami bisa merebahkan tubuh yang lelah mengarungi perbatasan Sumut hingga tiba di Jam Gadang ini.

Kami berada di Ngarai Sianok

Esok pagi setelah sarapan di hotel, kami ke destinasi wisata berikutnya yang tak jauh dari Jam Gadang. Taman Panorama Ngarai Sianok, yang di dalamnya ada Goa Jepang atau disebut sebagai Lubang Japang oleh masyarakat setempat.

Di depan pintu masuk Goa Jepang, yang dalamnya 40 meter hingga ke dasar Ngarai Sianok

Selain ada Goa Jepang, ada pula pusat oleh-oleh dan foodcourt di dalam Taman Panorama Ngarai Sianok. Di sana saya dan suami membeli oleh-oleh untuk rekan kerja kami yang akan dibagikan sepulang dari Tour de Sumbar. 

Saya pun makan siang dengan nasi kapau yang rendangnya sangat lezat dan ada gulai daun kol singgalangnya, yang dikenal dengan gulai kapau. Maknyuss. Anak-anak memilih makan sate. Nggak di Medan, nggak di Sumbar, tetap sate padang jadi makanan favorit keluarga kami.

4. Padang

Hari Senin pagi kami bertolak menuju Padang. Kelebihan di Sumbar ini jalannya mulus, jarang ditemui ada yang berlubang atau brundulan. Kami melewati air terjun terkenal di rute Bukittinggi-Padang, air terjun Lembah Anai. 

Cantik sekali, kami tidak berhenti sebab berada di jalur kiri menuju Padang. Jika berhenti kami harus menyeberang dan tampaknya sudah banyak mobil yang parkir di sepanjang jalan, banyak sekali wisatawan berfoto dengan latar belakang air terjun Lembah Anai.

Pantai Padang samudera Hindia
Berada di gerbang samudera Indonesia, Pantai Padang.

Sampai di ibukota Provinsi Sumbar pada malam hari, setelah makan malam kami langsung mencari penginapan. Alhamdulillah dapat yang lumayan bagus yaitu di guest house syariah Sanaya Jl. Belakang Olo, Padang.

kota padang
Ocean dan kakaknya bermain di tepi Pantai Padang

Esoknya Selasa pagi kami bergerak menuju Pantai Air Manis, tempat objek wisata Malin Kundang berada. Di tengah perjalanan berhenti sebentar untuk menikmati pemandangan cantik Pantai Padang. Sejauh mata memandang samudera Hindia membentang berbatas dengan langit. 

pantai air manis
Objek wisata Batu Malin Kundang

Memasuki area Pantai Air Manis, pengunjung mulai ramai, beberapa bus dharmawisata siswa sekolah. Di sebelah kanan ada pulau kecil Pisang Ketek. Uniknya untuk mencapai pulau tak berpenghuni itu dapat ditempuh dengan jalan kaki. 

Ya, kita menerobos pertemuan dua air laut yang paling tinggi di jalan itu sebatas paha orang dewasa. Seru, kan. Jadi seperti berjalan di tengah arus banjir saja. Mendekati tepi pantai di pulau dasar laut penuh kerikil, kami pun mengenakan kembali alas kaki masing-masing.

Pantai Air Manis pulau pisang ketek
Senang ketika sudah berhasil menyeberang dengan jalan kaki ke Pulau Pisang Kecil

Sampai di pulau bertemu pantai pulau di sisi lainnya, bagaikan menemukan kepingan surga tersembunyi, yang jauh dari jamahan pengunjung lain. Airnya jernih, pasir putih yang lembut dengan sisa cangkang siput laut yang bertebaran.

pisang ketek pantai air manis
Pulau Pisang Kecil foto tampak atas, kemungkinan foto ini diambil pada pagi hari, karena siang, sore dan malam harinya, jalan menuju pulau sudah tertutup air pasang laut / Media Indonesia

Setelah makan siang, sorenya kami melanjutkan lagi trip menuju lokasi destinasi wisata kenamaan lainnya, yaitu Istana Baso Pagaruyung di kota Batu Sangkar, Kabupaten Tanah Datar.

5. Batu Sangkar

Waktu yang ditempuh dari Padang ke Batu Sangkar 2,5 jam. Uniknya setelah pertigaan Padang Panjang-Bukittinggi, dimulailah rute yang menurut saya menegangkan. Bagaimana tidak, ada jalan menanjak sampai melingkar dua kali persis angka 88. 

Sepanjang jalan saya menggemakan asma Allah di dalam hati, kami melewati jalanan menanjak di malam yang kian larut. Bersyukur sekali ketika jalan menurun ketemu guest house syariah yang terbilang nyaman, Hotel Satria, untuk tempat kami bermalam di hari Kamis itu.

Batu Sangkar
Kami sekeluarga dengan latar Istana Pagaruyung

Keesokannya kami ke kawasan wisata Istana Pagaruyung. Dikenakan HTM sebesar Rp. 15 ribu/orang, istana dikelola oleh dinas pariwisata pemkab Tanah Datar. Kami pun touring ke seluruh spot di halaman istana hingga ke belakang. Ada angkot hias yang membawa kami pergi dan pulangnya. Ongkos angkot Rp. 10 rb/orang.

Masuk ke dalam istana, pengunjung sudah hilir mudik melihat-lihat perabotan dan naik ke lantai atas istana. Istana ini terdiri tiga lantai, di tiap spot ada banner informasi tentang berbagai sudut istana.

Uniknya selama Tour de Sumbar ini, di mana pun kami berhenti untuk makan, penjualnya tidak mengenakan harga tempat wisata yang biasanya lebih tinggi. Baik itu di Bukittinggi, di Padang, di Batu Sangkar, di sepanjang jalan tempat kami berhenti makan, rata-rata harga normal meski mereka tahu bahwa kami adalah pengunjung. 

Jumat sore kami kembali ke Sumatera Utara, melewati lagi jalan lintas barat Sumatra, hingga tiba di rumah tercinta pada hari Sabtu siangnya. Perjalanan kami dimulai dari Sabtu, 24 Desember 2022, hingga hari Sabtu, tanggal 31 Desember 2022. 

Kesimpulan

Demikianlah cerita Tour de Sumbar 2022 yang kami lakukan sekeluarga pada akhir tahun 2022 lalu. Bersyukur sekali dengan izin Allah SWT rencana lama ini kesampaian juga. Meski belum seluruh Sumatra Barat kami kunjungi, paling tidak icon-icon penting ranah minang seperti Bukittinggi, Padang, Padang Panjang, Batu Sangkar dan kota-kota yang dilalui di antaranya telah kami sambangi.
 
Sampai di sini dulu pengalaman touring kami, silakan ceritakan juga pengalaman liburan teman-teman akhir tahun lalu ya, terima kasih. Salam sehat.
fadlimia Sumbar

























































8 komentar untuk "Tour De Sumbar 2022"

  1. Super santai ya kak karena waktu liburan pun cukup. Suami sudah sering bolak balik ke sumbar kak. Tapi awak gak ikut karena anak-anak masih pada kecil.
    Kalo ke sana biasanya perhentian pertama di sidempuan karena di sana tempat kakak ipar awak alias kakak kandung suami. Hari ke 2 baru langsung ke sumbar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bs bawa anak² semua ke icon² wisata di Sumbar ya Cha.. insyaallah anak² pasti senang sekaligus melatih kesabaran selama di jalan

      Hapus
  2. Jakarta bali dah gak 19 jam lagi lho mba, dah jauh lebih cepat karena masuk tol terus.
    Mba Mia dan suami hebat, menempuh perjalanan malam di tempat berbahaya itu.
    Saluuutyt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi, itu info dari Google maps pas Nataru kemaren Kak... Mgkin ada titik kemacetan entah sebelah mananya,,

      Hapus
  3. Senangnya bisa tour de Sumbar kak. Kami dari dulu pengen, tapi belum kesampaian. Rejeki mama papa Ama mertua dv pertengahan Desember kemaren kesana. Malah mereka sampai ke Lembah Harau yang katanya cantik juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami lewat jalinsum lintas barat, Devi... jadi gak lewat jalur lintas timur yang lebih dekat ke Lembah Harau, Payakumbuh. Tp insyaallah kl ada rezeki n langkah lagi ke Sumbar, pingin ke destinasi2 wisata yang belum sempat dikunjungi.

      Hapus
  4. Seru banget ya mom, jadi ingat perjalanan tour ke Padang pas lagi hamil 7 bulan dan balita, luar biasa rasanya, pastinya ga nemu indomaret atau alfamart buat jajan cemilan selama disana, dan waktu itu masih musim covid, jadi beberapa destinasi masih tutup, sayang banget pengen liat goa jepang gabisa masuk

    BalasHapus
  5. Seru sekali kak 😁 jadi pengen main ke Sumbar. Btw seluruh perjalanan ini habis berapa kak?

    BalasHapus

Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.