Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lika-liku Peran Dokter di Tengah Pandemi

Artikel ini berjudul lika-liku peran dokter di tengah pandemi, berdasarkan hasil menonton tayangan Youtube KBR (Kantor Berita Radio) dengan NLR Indonesia, NGO yang concern terhadap penyakit kusta dan penyintasnya.

Kebetulan kakak saya berprofesi sebagai dokter yang saya melihat sendiri betapa lelahnya dia dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Sementara di masa pandemi pekerjaan itu seakan tidak ada habisnya, bahkan berita duka cita tentang rekan-rekan sejawatnya yang berpulang ke rahmatullah akibat faktor kelelahan ini hampir tiap hari diinfokan dan membuat kami sebagai keluarganya turut merasa khawatir.


Tingginya Kesenjangan Antara Jumlah Dokter dengan Jumlah Penduduk

Dokter mempunyai fungsi yang sangat penting di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Tetapi rasio jumlah dokter di Indonesia sangat jomplang yakni sebesar 0,4 per 1.000 penduduk. Artinya, hanya terdapat 4 (empat) dokter untuk melayani 10.000 penduduk. 

Angka ini makin mengkhawatirkan karena pandemi Covid-19 membuat hampir 2000 tenaga kesehatan meninggal dunia. Akibatnya, layanan kesehatan menjadi tidak optimal. Salah satu kelompok terdampak adalah pasien kusta, yang mana di beberapa kasus, mereka terpaksa putus obat dan tidak mendapat layanan. 

Hal ini berefek pada temuan kasus baru menurun karena aktivitas pelacakan kasus terbatas dan angka keparahan atau kecacatan meningkat. 

Acara ini juga mengikutsertakan saudara-saudara kita penyandang disabilitas dan OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) untuk turut menyimak dan memberikan komentar dalam talkshow kali ini.

Narasumber 

Adapun narasumber talkshow livestreaming Youtube Jumat, 29 Oktober 2021, adalah sebagai berikut:
  1. dr. Ardiansyah, IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
  2. dr. Udeng Daman - Technical Advisor NLR Indonesia
Banyak faktor yang mempengaruhi penanganan penyakit kusta ini yaitu lingkungan, kebersihan, sanitasi, ekonomi, sosial, kesehatan, kepadatan penduduk utnuk kasus penambahan jumlah penderita penyakit kusta.

Di Masa Pandemi Penderita Kusta Tidak Kehilangan Perhatian 

Menemani dr Udeng Daman hadir pula dokter Ardiansyah Bahar, pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI), yang mengatakan bahwa rekomendasi WHO 1 dokter per 1.000 penduduk, di Indonesia masih di bawah 1 rasionya, di mana tingkat layanan primer seperti puskesmas/klinik yg diisi dr umum (kurang lebih 150.000 dokter), tingkat layanan sekunder diisi dr spesialis (240.000 dokter), dibandingkan penduduk +- 270 juta, diharapkan 5 atau 6 tahun ke depan bisa terpenuhi.

Untuk pelacakan temuan baru penderita kusta, maka tim medis dari Puskemas biasanya secara proaktif mendatangi rumah-rumah warga, sehingga meskipun tinggal di daerah terpencil, tiap keluarga tetap terjangkau, termasuk rujukannya atau aksesnya, pengobatannya selama 1 bulan, atau bahkan ada yang 6-12 bulan, hingga ke riwayat pernah mengidap kusta.

Berdasarkan pendapat dr Ardiansyah Bahar, fakta di lapangan jumlah dokter belum terpenuhi dan juga distribusi dokter di daerah terpencil, perlu sekali peran pemerintah bersama organisasi profesi, termasuk jaminan kesehatan, keamanan bagi para tenaga kesehatan di daerah terpencil.

Dapat dimaklumi jika para dokter khawatir terpapar saat menjalankan tugasnya, tetapi tetap harus dijalankan karena kewajibam konsekuensi untuk bisa menolong pasien, oleh karena itu penting sekali prokes yang ketat, motivasi jd semacam pengingat bahwa pernah mengucapkann sumpah dokter untuk membantu melayani pasien. Plus juga mereka juga tetap harus melindungi keluarga, benar-benar tugas mulia dan harus kita support ini.

Jawaban Narasumber atas Pertanyaan tentang Kusta

Pelayanan telemedicine sangat membantu penanganan penyakit kusta ini. Proses penangannya juga masih banyak kendala, di mana kusta adalah penyakit menular dengan stigma yg cukup tinggi sehingga banyak pasien menyembunyikan penyakitnya, karena takut dianggap penyakit kutukan atau aib dan dikucilkan di masyarakat maupun di keluarga. Hal ini bisa membuat penanganan menjadi terhambat dan terlambat dan berakibat pada disabilitas. 

Bagi para dokter akan dilakukan pelatihan untuk meng-upgrade kapasitas dokter secara berkesinambungan, ujar dr Ardiansyah menjawab pertanyaan yg ada di kolom chat Youtube.
Pendidikan dokter itu seumur hidup, belajarnya dari masyarakat, tidak cukup dengan  hanya mengandalkan pendidikan dokter secara formal di Fakultas Kedokteran, maka dibutuhkan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan mutu dokter secara terus menerus.
Dampak layanan kesehatan penderita kusta pada saat pandemi cukup berpengaruh, terutama saat deteksi dini, oleh karena itu perlu dicarikan solusinya bisa melalui WhatsApp atau berkunjung secara door to door, agar penanganan tetap berjalan dan tidak terlambat.

Isu yang diangkat talkshow ini menarik sekali, live yang berlangsung selama 1 jam tidak terasa sudah sampai di sesi akhir. Untuk penguatan bagi para medis, dr Udeng Daman mengatakan bahwa di daerah endemis tinggi harus ada dokter, bagi yang sudah ada kapasitas harus ditingkatkan termasuk penyakit kusta. 

Kesimpulan

Demikianlah lika-liku peran dokter di tengah pandemi Covid-19 ini, meski menjadi dobel karena jadi garda terdepan dalam menangani pasien Covid, pelacakan dan penanganan penyakit kusta tetaplah menjadi perhatian. Semoga tercapai target eliminasi kusta 2024!

Untuk lebih jelasnya, teman-teman pembaca bisa mengeklik pranala video Youtube di bawah ini ya:





KBR NLR Indonesia




Posting Komentar untuk "Lika-liku Peran Dokter di Tengah Pandemi"